#21 Annisa Septrina

Desember 31, 2014 § Tinggalkan komentar

IMG-20141231-WA0002

Namanya Annisa Septrina. Seperti sudah menjadi aturan baku, sesiapa saja yang memiliki nama ‘Annisa’ maka nama panggilan wajibnya adalah ‘Ica/Icha’. Memang masih menjadi misteri siapa orang pertama yang mempelesetkan ‘icha’ untuk seorang ‘Annisa’. Tapi itu masih lebih mending daripada gue yang bernama lengkap ANDRI WIJAYA tapi dipanggil dengan ‘DODO’. Mengapa oh mengapa temen SMA gue harus menggunakan ‘Dodo’, yang lebih mirip nama makanan, buat manggil gue. Gue lebih respek kalo dipanggil dengan ‘ANDREW’,’JAY’ atau ‘ALEX’. Alex?

Sungguh suatu kebetulan istri gue juga bernama Annisa. Untungnya dia tidak dipanggil dengan nama panggilan untuk Annisa pada umumnya. Hemat gue, tidak hanya mereka yang bernama Annisa yang dipanggil ‘Ica/Icha’ melainkan semua nama yang berujung ‘Isa’. Mulai dari Merissa, Marisa, Larissa hingga Farisa. Bahkan adik kelas gue juga minta dipanggil ‘Icha’ padahal nama aslinya adalah Mahmud.

Jadi, Annisa Septrina a.k.a Ica adalah temen kelas gue semasa SMA. Sama dengan sebelum-sebelumnya, gue seolah punya ‘kewajiban’ untuk menceriterakan kembali tentang mereka yang menikah sesuai dengan perspektif dan sisa-sisa ingatan gue. Semakin lama temen kelas gue menikah, ingatan gue tentang momen-momen bareng mereka akan semakin pudar. Jadi lebih baik kalian menikah lebih cepat teman jika ingin cerita kalian termuat dalam blog ini. CEILE!.

Annisa selalu nampak berbeda di kelas. Di saat ponsel masih barang langka di SMA, dia sudah memiliki ponsel yang bagus. Saat itu, jika tak salah, ponselnya adalah Nokia Daun (Nokia 7650). Sementara ponsel kebanyakan adalah nokia 3310. Ponselnya boleh lebih bagus, tapi kalo dibanting dari ketinggian 3 meter dengan sudut elevasi 45 derajat maka dimanakah ponsel tersebut akan jatuh? What thee…. Nokia 3310 jauh lebih kuat dan tangguh dibandingkan Nokia seri lain di zamannya. Amerika bahkan menggunakan Nokia 3310 pada saat perang dunia ke 2. Bukan nuklir seperti yang banyak diberitakan.

Gue pernah satu kelompok dengan Icha saat praktikum biologi. Bersama dengan Peri, kami bertiga diharuskan untuk membuat nata de coco. Entahlah, itu kelas biologi atau seleksi peserta master chef Indonesia. Nata de coco dibuat dengan menggunakan semacam bakteri seperti pada proses fermentasi singkong menjadi tape. Tidak banyak ilmu yang kami (gue khususnya) peroleh dari percobaan itu. Rasanya tidak ada penjabaran ilmiah tentang praktikum tersebut. Kami lebih banyak belajar ilmu SABAR. Sabar menanti kapan nata de coco siap dimakan.

Praktikum di SMA gue lebih bernuansa kuliner. Selain membuat nata de coco, gue dan temen-temen juga suatu saat diharuskan membawa es krim guna mengamati sifat koligatif. Gue rasa harus ada pergantian nama dari SMA Negeri menjadi SMK Tata boga.

Selama SMA, Icha duduk satu bangku dengan Suchi Marsely. Suchi adalah anggota kelas kami yang menikah pertama kali. Mereka satu rombongan dengan Al Ridho, anak laki-laki paling rusuh di kelas (Setiap cerita pasti ada tokoh yang seperti ini), dan juga Sonia. Gue sering melabeli mereka dengan GENG HEDON, mengacu pada aktifitas mereka relatif terhadap temen satu kelas. Mirip-mirip Geng Cantik-nya Cinta, Maura dkk.

Ica, seinget gue, adalah anak basket. Bukan, ibu bapaknya bukan basket. Maksud gue, Ica jago main basket dan ikutan ekskul tersebut. Jayus ya? Ah sudahlah. Dengan postur yang mumpuni, rasa-rasanya Ica memang cocok ikutan ekstra kurikuler ciptaannya James Naismith.

Menurut guru sosiologi SMA gue, segala sesuatu yang ada di dunia ini berubah kecuali perubahan itu sendiri. Awalnya gue sepakat dengan pendapat beliau hingga gue menyadari bahwa ada hal lainnya yang tidak berubah yakni rambut Ica. Sejak kelas 1 SMA, Ica dan rambut panjangnya tak terpisahkan seperti Fenny Rose dan Agung Podomoro (sst, harga naik besok).  Sejak Si Doel masih kuliah sampe sekarang jadi Gubernur Banten, panjang rambut Ica segitu-gitu saja, modelnya pun juga. Mirip konstanta percepatan gravitasi yang 9.8 gram/meter kuadrat. Sayang, tidak ada audisi pemilihan bintang iklan shampo di sekolah kami. Jika ada, Ica pasti terpilih. Setidaknya untuk shampoo KODOMO.

Ica termasuk tipe family woman. Ia nyaris saja menjadi anak bungsu sampai suatu ketika ibunya melahirkan sang adik. Kedekatan itu pula yang menjadikan Ica bercita-cita menjadi seorang dokter mengikuti jejak sang ayah yang berprestasi di dunia kesehatan. Ica berhasil menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Pada tanggal 26 oktober ica menikahi Tommy, pria yang sudah dipacarinya sejak 2005. Wow, 9 tahun. Lama ya? Udah mirip kreditan mobil. Alhamdulillah, cinta mereka bersemi di pelaminan. Mereka berdua menikah di Grand Atyasa Convention Center. Semoga kelak pernikahan kalian berdua bernilai ibadah dan berbuah surga. Barokallahu lakuma wa baroka ‘alaikuma wa jamaa baina kuma fi khair.

Selamat Ica dan Tommy, kalian beroleh gelar ke 21.

Iklan

Tagged: ,

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading #21 Annisa Septrina at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: