Selamat Hari Lahir ke-29, Sayang

Maret 7, 2017 § Tinggalkan komentar

Selamat hari lahir yang ke-29, sayang.

Sebenernya belakangan ini aku mengalami masalah yang cukup akut dalam menulis. Sehingga ide-ide untuk menulis kata-kata romansa di tulisan ini menjadi terhambat. Tapi kita sedari awal tidak pernah menyengaja diri untuk bermanja-manja atawa bersenda gurau penuh cinta di sosial media. Jadi niatan untuk bermesra di blog aku urungkan.

Di usia 29 tahun ini rumah kita semakin diramaikan oleh Alby yang semakin cerdas berkata. Semakin lincah melangkah. Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi. Pun halnya Afnan. Di tengah lemak yang menumpuk hebat, ia tetap mencoba menggerakkan otot-otot agar ‘diakui’ sebagai bayi berusia lima bulan. Terimakasih untuk semua itu.

Di usia yang sama, kita masih terpisah oleh Tol Cipularang dan JORR. Sulit memang. Tapi kita mulai terbiasa. Sebenarnya penggunaan kata ‘terbiasa’ dalam menjalani hubungan HJJ (Hubungan Jarak Jauh –red), LDR udah mainstream, bukan terminologi positif. Terbiasa berjauh-jauhan akan membuat seseorang merasa nyaman dengan kondisi berjarak. Padahal sesungguhnya visi-misi berkeluarga akan jauh lebih mudah tercapai jika hidup di bawah satu atap sehari-harinya. Sementara kita masih berkutat dengan jarak 150 km.

Tapi aku merasa aman dan nyaman meninggalkan kamu di hari kerja. Buktinya sejauh ini anak-anak kita terurus dengan baik. Rumah pun aman. Masih berada pada tempatnya, belum mengorbit ke bulan. Krik.. krik.

Di Usia 29 kamu semakin ‘Palembang’. Kamu makin jago bikin pindang. Dan terutama, pempek bikinan kamu ga kalah sama pempek candy atau pak raden. Ga persis banget sih. Tapi secara tekstur, komposisi, konfigurasi, persuasi, dan argumentasi, pempek buatan kamu, numero uno. Cukanya pun sedep. Sudah mendekati level cuka mpek-mpek mamang kantin di SMP aku dulu. Haha.. Becanda, yang. *jangan kunci rumah*.

Selain jago bikin masakan Palembang, kamu juga semakin pandai membuat makanan lainnya. Cookies, agar-agar, kue dan ragam menu yang bervariasi. Bu Sisca Soewitomo mungkin minder ketemu kamu. Gordon Ramsay bahkan belum tentu bisa bikin “Gabus soup with pineapple and yellow dressing” alias pindang ikan gabus.

Kamu juga semakin mahir menjahit. Banyak baju yang sudah tidak muat, berhasil dirombak sehingga lahirlah baju kreasi baru. Ivan Gunawan, Calvin Klein, Ralph Lauren. Huh, siapa itu?

Dari kesemua itu, yang paling terpenting adalah kamu tetap menjadi ibu terbaik buat Alby dan Afnan. Istri terbaik buat aku. Dan anak terbaik buat orang tua kita. Apalah arti semua kebaikan-kebaikan fisik jika keluarga terbengkalai. Semoga di usia yang semakin bertambah ini, kamu tetap menjadi wanita sholihah terbaik dunia-akhirat. Selalu menjadi manusia yang lebih baik.

Selamat hari lahir ke-29, sayang. Udah tua juga ya ternyata. Hahaha….

Iklan

The ‘A’ Team

Mei 8, 2015 § Tinggalkan komentar

IMG-20150501-WA002718 April 2015 adalah hari yang spesial buat keluarga gue karena pada tanggal tersebut ada dua momen yang kami rayakan yaitu satu tahun pernikahan dan juga 3 bulan-an Alby. Satu tahun bisa dikatakan sebagai usia yang masih sangat belia untuk ukuran sebuah rumah tangga. Bahkan, orang-orang terdahulu berani menjamin bahwa setahun pertama menikah adalah fasa-fasa termudah yang dilewati oleh suami-istri. Ke depannya tantangan akan jauh lebih berat guna mengarahkan bahtera agar tidak karam terhantam karang.

Belum banyak hal yang bisa digambarkan atas periode 12 bulan setelah ijab qabul. Terlalu dini jika kita mencoba mengekstrapolasi keharmonisan rumah tangga hanya dengan mengambil kepingan-kepingan dari satu tahun pertama puzzle yang bernama pernikahan. Menikah bukan data-data eksakta yang bisa ditentukan dengan memasukkan variabel A dan B. Permasalahan tersulit manusia dari zaman dahulu kala, selain nasib jomblo ngenes (jones), adalah permasalahan yang ada dalam pernikahan sebab terdapat dua kepala yang isi dan pernak pernik kehidupan serta latar belakangnya bisa jadi benar-benar berbeda. Tiap-tiap diri punya ego. Maka ketika Qabil membunuh Habil, itu pun didasari atas sentimental untuk berpasang-pasangan. Qabil tidak rela menikahi Labudah.

Setidaknya setahun pernikahan bisa menjadi sedikit gambaran seperti apa wajah keutuhan sebuah pasangan. Buat gue pribadi, satu tahun terakhir adalah satu tahun terbaik yang pernah gue alami. Menikah dan mempunyai seorang bayi yang lucu benar-benar melengkapi episode kehidupan gue.

Sejauh ini, gue dan istri Alhamdulillah masih menjalani segala sesuatunya dengan baik dan lancar. Belum ada riak maupun onak yang benar-benar tajam yang mencederai keharmonisan keluarga kami. Kunci terbaik dalam mengatasi permasalahan rumah tangga adalah menahan egoisme dan menjalin komunikasi aktif serta selalu berprasangka baik terhadap pasangan. Selain kemampuan untuk meredam ego dan memformulasikan visi bersama, hal terpenting yang melandasi sebuah mahligai Indah rumah tangga adalah menikahi wanita shalihah. Karena syarat tersebut adalah langkah pertama yang sangat mungkin menentukan langkah-langkah berikutnya. Istri shalihah adalah jaminan keamanan, rasa nyaman dan cinta dalam keluarga. Benarlah jika Rasul menekankan agama sebagai dasar seseorang sebelum memilih dan memilah pasangan hidup.

Setelah satu tahun pernikahan, keluarga kami semakin kental dengan nuansa huruf pertama abjad latin. Dengan inisial huruf ‘A’ keluarga ini akan menjadi The ‘A’ team. Kelak anak kedua, tiga dan seterusnya akan mewarisi huruf ‘A’ di depan namanya.

A pertama adalah Annisa Martina. Setelah satu tahun, gue makin mengenal karakter doi. Gue dan istri punya banyak kesamaan. Kami sama-sama memiliki golongan darah O, kami seneng ngomong, kami berdua doyan makan dan yang paling penting adalah kami sama-sama bernapas. Meskipun begitu kami juga memiliki banyak perbedaan. Selain beda kelamin, istri gue cenderung tidak terlalu aktif di sosial media jika dibandingkan dengan gue yang setiap menit mengakses situs-situs facebook, instagram dkk. Keadaan tersebut sebenarnya menjadi anugerah tersendiri. Istri gue bukanlah orang yang suka curhat ini-itu di facebook. Atau pasang foto mesra-mesraan. Ia juga tidak sudi membuat status dan semua hal yang terjadi di dinding laman web besutan Zuckerberg. 008968 01 4R

Gue seneng nonton, suka update hal-hal yang kekinian, seneng baca buku-buku tentang pemikiran, ide dan pengetahuan. Sementara istri gue lebih seneng baca harga pa*mpers yang didiskon di Ele*nia. Hal itu sangat membantu masalah keuangan keluarga. Rasanya memang tidak perlu memaksakan kepada pasangan apa yang kita suka karena mereka memiliki hobi dan kecintaannya sendiri. Tidak perlu menjadi orang lain untuk menunjukkan rasa cinta.

Gue akui bahwa istri gue punya banyak kekuarangan tapi rasanya kelebihannya jauh lebih banyak. Salah satu kelebihan tersebut adalah dia mau menikah sama gue yang agak weird. Kalo kita berfokus pada kekurangan rasanya kita tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dalam berumah tangga. Pasangan yang baik adalah mereka yang mendukung satu sama lain untuk berkembang dengan apa yang mereka suka dan menjadi diri mereka. Rasul pun adu lari dengan Aisyah, menggendong Aisyah di tengah keramaian. Arggh, kenapa gue jadi berasa Mario Teguh gini. Gue keinget dengan caption di instagram ‘we come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly’. Widih, gue mesra banget ya yang. Tolong masakin semur ayam ya sehabis baca tulisan ini :D.

A yang kedua adalah Alby Shofwan Moissani. Tepat di hari yang sama, Alby merayakan usia ketiga bulannya. Ia kini mampu berceloteh banyak hal. Mengajak kami berdiskusi seolah kami mengerti. Kami berharap Alby dapat menjadi anak yang sholeh, berbakti dan menjadi panutan bagi adik-adiknya kelak. 008968 02 4R

Memiliki bayi adalah pengalaman yang luar biasa. Saat melihat senyumnya, tawanya, tangisnya adalah momen-momen terbaik yang bisa menghidupkan hari. Setiap saat gue menanti hal-hal baru apa yang ia lakukan. Detik-detik pertama kali mendengar Alby berceloteh membuat gue meleleh. Belom lagi saat melihat ia belajar tengkurep, duduk di pangkuan emaknya, kehebohan saat mandi. Gue merasa bingung dengan negara-negara dengan angka kelahiran yang rendah. Mereka seolah terbebani dengan kehadiran seorang bayi. Mungkin dalam benak mereka memiliki bayi berarti merelakan diri untuk mengurus makhluk hidup yang lemah yang hanya bisa menangis dan merengek. Itu benar. Namun membersamai tumbuh kembang sang anak jauh melewati kelelahan fisik saat mengurus mereka. Gue yakin para ibu sedunia sepakat dengan hal ini.

Memiliki bayi juga berarti mencurahkan semua perhatian dan fokus pada mereka. Saat mereka sakit maka kita juga akan merasa sakit. Sekarang gue mengerti mengapa Lara dan Zor-el menyelamatkan Kal-el dari kehancuran planetnya. Gue juga mengerti pedihnya perasaan orang tua Son goku saat merelakan anaknya pergi ke bumi sebelum Planet Saiya meledak. Anakku Alby, maaf jika ayah terlalu banyak menonton kartun :D.

A terakhir tentulah gue sendiri, Andri Wijaya alias Andrew alias Jay atau Jayho. Gue sengaja menulis kisah gue di akhir cerita karena gue sangat mengidolakan Inspektur Vijay yang selalu hadir di saat penjahat sudah kalah. Sudah, tentang gue tidak usah banyak dibahas. Gue lebih enak diajak cerita daripada dibaca kisahnya. Tsah!.

Setelah satu tahun pernikahan, banyak rintangan yang akan terjadi ke depannya. Banyak ujian yang siap menanti. Namun semoga setiap permasalahan dapat diselesaikan. Karena menikah itu sebenarnya adalah seni untuk mencari solusi dalam setiap ruangan yang berisi permasalahan dan tantangan.

Selamat Ulang Tahun, Sayang

Maret 12, 2015 § 1 Komentar

IMG-20150311-WA0014

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

7 maret menjadi hari yang spesial buatku. Setidaknya mulai dari tahun kemarin. Karena di tanggal ini, Tuhan mengizinkan engkau menyapa dunia bersama dengan segala catatan rezeki, jodoh dan takdir lainnya. Artinya, untuk tahun-tahun ke depan selama hayat masih di kandung badan (keselek), aku akan selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan ‘selamat hari lahir’ buat engkau.

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Di tahun ini, engkau genap berusia 27 tahun. Segala harapan dan doa aku haturkan untukmu sebagai ungkapan cinta seorang suami atas segala perhatian, lelah, senyuman, dan kasih yang telah membersamai selama lebih kurang 10 bulan terakhir.

Tahun lalu, aku memberikan hadiah berupa buku dan miniatur eifel yang dibawa serta pada saat lamaran. Aku memang bukan suami yang romantis. Bahkan aku kebingungan untuk memberikan kado di hari ulang tahunmu. Entah kenapa, hadiah pertama yang aku bayangkan adalah memberikan sketsa dirimu dalam bentuk goretan berwarna. Jadilah, sketsa tersebut, walaupun tidak terlalu mirip, sebagai buah tangan yang aku berikan setibanya dari Jakarta. Lebih kurang jam dua belas lebih tiga puluh menit.

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Aku tidak bisa seperti suami lain yang membuatkan lagu di ulang tahun istrinya atau memberikan liontin mewah atau bahkan sekedar menggantikan pekerjaan rumah yang selama ini senantiasa kau kerjakan. Bukan karena ingin tampil berbeda namun karena memang aku tidak atau mungkin belum terbiasa dengan hal-hal demikian.

Sayang, tahukah engkau?. Menurut sumber yang aku baca, wanita senang diberikan hal-hal kecil namun simpatik. Lebih-lebih yang sifatnya kejutan. Kebetulan, sesaat sebelum menjemputmu di kampus, aku mengantongi tiga kuntum mawar merah dan putih sebagai buah tangan. Katanya mawar merah adalah simbol keindahan dan romantisme sementara mawar putih adalah simbol rasa cinta yang sejati dan keanggunan. Sejujurnya, sayang. Aku pun tak mengerti apa makna mawar-mawar itu. Tak usah jua kau berharap aku menambahkan prosa bersamaan dengannya. Aku tak pandai merangkai kata. Jangankan sebuah prosa, menganggit pantun pun aku alpa.

Aku mencoba menerka-nerka, apa lagi yang biasanya diberikan oleh seorang pria di hari ulang tahun wanita yang dicintainya. Ternyata simpel. Engkau doyan makan. Aku pun begitu. Maka mengajakmu ke tempat makan rasanya adalah pilihan yang sangat bijak. Alhamdulillah, engkau pun mengamini undangan makan yang aku ajukan. Tanpa sungkan engkau menunjuk hollycow sebagai tempat perayaan. Plus ada promo bagi sesiapa yang merayakan ulang tahun di Hollycow, ujarmu. Sungguh sebuah kebetulan yang sangat mencengangkan atau bahasa kerennya adalah serendipity. IMG-20150307-WA0026

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Kita pun menyadari bahwasanya ada yang lebih bermakna dari aneka hadiah yang nampak di mata. Ianya adalahi lantunan doa tulus sebagai harapan yang digantungkan di langit cinta. Berharap agar doa tersebut terijabah. Dipayungi oleh keberkahan-keberkahan atasnya. Karena keberkahan adalah puncak kebahagiaan. Tidak semua bahagia berarti berkah. Kebahagiaan yang semakin menjauhkan diri dan keluarga pada kecintaan terhadap Allah bukanlah sebuah ciri tanda keberkahan yang diharapkan.

Doa yang tulus aku persembahkan untukmu. Doa yang tertutur mesra agar engkau sentiasa menjadi wanita sholehah. Agar engkau meletakkan frasa istri dan anak pada posisi teratas dalam skalamu. Semoga kelak engkau menjadi wanita yang semakin dewasa. Tegar dalam menghadapi segala uji dan musibah. Selalu berada di sampingku di saat aku butuh maupun tidak butuh. Di usiamu yang semakin bertambah, aku mendoakan engkau menjadi wanita yang lebih tangguh hingga segenap masalah tak akan mudah menggoyangkanmu.

Aku berharap engkau menjadi ibu yang shalihah untuk anak-anak kita. Sekokoh cinta sang ibu, Fatimah pada Imam Syafi’i hingga sang faqih menamai karya terbaiknya dengan ‘Al-umm’. Iya Al Umm. Yang tak lain dan tak bukan artinya adalah ibu.

IMG-20150311-WA0015Dalam marahmu, hadirkan cinta. Seperti kisah Imam Sudais kecil yang menuangkan tanah ke dalam makanan yang disajikan untuk tamu. Besar kemurkaan sang ibu melihat polah anak yang memantik emosi. Namun sang ibu sadar bahwa setiap ucapan yang meluncur deras dari mulutnya bisa berarti adalah doa yang tak bersekat. Alih alih mengumpat atau mendoakan dengan ucapan semisal ‘anak durhaka’ atau ‘anak setan’, ia malah mendoakan sang anak menjadi Imam di Masjidil Haram. Dan Keridhoan Allah di atas keridhoan orang tua. Doa tersebut terijabah.

Sayang, rajin-rajin lah membaca. Karena anak-anak kita nanti menjadikan engkau sebagai guru pertama mereka. Ini-itu akan ditanya. Berulang kali dan berima.

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Semoga engkau selalu meneladanii khadijah yang dalam peluknya Muhammad merasa tentram. Juga laksana Aisyah yang cerdas dan menjadi teman terbaik berbagi cerita. Kepedulianmu pada setiap anggota keluarga yang akan menumbuhkan kami dalam cinta.

Berat bebanmu sebagai istri. Menanggung banyak hal, mendekapnya dengan erat. Ceritalah, saat engkau ingin cerita. Marahlah, jika engkau harus marah. Bahkan Umar pun hanya tertunduk diam saat istrinya memarahi.

‘Wahai Amirul Mukminin semula aku datang hendak mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku. Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka akupun kembali sambil berkata, ”Jika demikian keadaan Amirul Mukminin bersama istrinya, maka bagaimana dengan keadaanku?”
‘Wahai saudaraku, sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena hak-haknya padaku demikian kata Umar’. “Dia yang memasakkan makananku, yang mencucikan pakaianku, yang menyusui anak-anaku dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram. Karena itu aku bersabar atas sikapnya” lanjut Umar.

Dan akhirnya sayang, semoga kelak engkau terus membersamaiku dalam suka dan duka. Kelak kita akan menjadi tua bersama. Semoga dimudahkan setiap langkahmu untuk menempuh apa yang dicitakan. Dimudahkan studimu, dilancarkan proses mengemban amanah mencerdaskan ummat.

-Salam cinta untukmu-

#21 Annisa Septrina

Desember 31, 2014 § Tinggalkan komentar

IMG-20141231-WA0002

Namanya Annisa Septrina. Seperti sudah menjadi aturan baku, sesiapa saja yang memiliki nama ‘Annisa’ maka nama panggilan wajibnya adalah ‘Ica/Icha’. Memang masih menjadi misteri siapa orang pertama yang mempelesetkan ‘icha’ untuk seorang ‘Annisa’. Tapi itu masih lebih mending daripada gue yang bernama lengkap ANDRI WIJAYA tapi dipanggil dengan ‘DODO’. Mengapa oh mengapa temen SMA gue harus menggunakan ‘Dodo’, yang lebih mirip nama makanan, buat manggil gue. Gue lebih respek kalo dipanggil dengan ‘ANDREW’,’JAY’ atau ‘ALEX’. Alex?

Sungguh suatu kebetulan istri gue juga bernama Annisa. Untungnya dia tidak dipanggil dengan nama panggilan untuk Annisa pada umumnya. Hemat gue, tidak hanya mereka yang bernama Annisa yang dipanggil ‘Ica/Icha’ melainkan semua nama yang berujung ‘Isa’. Mulai dari Merissa, Marisa, Larissa hingga Farisa. Bahkan adik kelas gue juga minta dipanggil ‘Icha’ padahal nama aslinya adalah Mahmud.

Jadi, Annisa Septrina a.k.a Ica adalah temen kelas gue semasa SMA. Sama dengan sebelum-sebelumnya, gue seolah punya ‘kewajiban’ untuk menceriterakan kembali tentang mereka yang menikah sesuai dengan perspektif dan sisa-sisa ingatan gue. Semakin lama temen kelas gue menikah, ingatan gue tentang momen-momen bareng mereka akan semakin pudar. Jadi lebih baik kalian menikah lebih cepat teman jika ingin cerita kalian termuat dalam blog ini. CEILE!.

Annisa selalu nampak berbeda di kelas. Di saat ponsel masih barang langka di SMA, dia sudah memiliki ponsel yang bagus. Saat itu, jika tak salah, ponselnya adalah Nokia Daun (Nokia 7650). Sementara ponsel kebanyakan adalah nokia 3310. Ponselnya boleh lebih bagus, tapi kalo dibanting dari ketinggian 3 meter dengan sudut elevasi 45 derajat maka dimanakah ponsel tersebut akan jatuh? What thee…. Nokia 3310 jauh lebih kuat dan tangguh dibandingkan Nokia seri lain di zamannya. Amerika bahkan menggunakan Nokia 3310 pada saat perang dunia ke 2. Bukan nuklir seperti yang banyak diberitakan.

Gue pernah satu kelompok dengan Icha saat praktikum biologi. Bersama dengan Peri, kami bertiga diharuskan untuk membuat nata de coco. Entahlah, itu kelas biologi atau seleksi peserta master chef Indonesia. Nata de coco dibuat dengan menggunakan semacam bakteri seperti pada proses fermentasi singkong menjadi tape. Tidak banyak ilmu yang kami (gue khususnya) peroleh dari percobaan itu. Rasanya tidak ada penjabaran ilmiah tentang praktikum tersebut. Kami lebih banyak belajar ilmu SABAR. Sabar menanti kapan nata de coco siap dimakan.

Praktikum di SMA gue lebih bernuansa kuliner. Selain membuat nata de coco, gue dan temen-temen juga suatu saat diharuskan membawa es krim guna mengamati sifat koligatif. Gue rasa harus ada pergantian nama dari SMA Negeri menjadi SMK Tata boga.

Selama SMA, Icha duduk satu bangku dengan Suchi Marsely. Suchi adalah anggota kelas kami yang menikah pertama kali. Mereka satu rombongan dengan Al Ridho, anak laki-laki paling rusuh di kelas (Setiap cerita pasti ada tokoh yang seperti ini), dan juga Sonia. Gue sering melabeli mereka dengan GENG HEDON, mengacu pada aktifitas mereka relatif terhadap temen satu kelas. Mirip-mirip Geng Cantik-nya Cinta, Maura dkk.

Ica, seinget gue, adalah anak basket. Bukan, ibu bapaknya bukan basket. Maksud gue, Ica jago main basket dan ikutan ekskul tersebut. Jayus ya? Ah sudahlah. Dengan postur yang mumpuni, rasa-rasanya Ica memang cocok ikutan ekstra kurikuler ciptaannya James Naismith.

Menurut guru sosiologi SMA gue, segala sesuatu yang ada di dunia ini berubah kecuali perubahan itu sendiri. Awalnya gue sepakat dengan pendapat beliau hingga gue menyadari bahwa ada hal lainnya yang tidak berubah yakni rambut Ica. Sejak kelas 1 SMA, Ica dan rambut panjangnya tak terpisahkan seperti Fenny Rose dan Agung Podomoro (sst, harga naik besok).  Sejak Si Doel masih kuliah sampe sekarang jadi Gubernur Banten, panjang rambut Ica segitu-gitu saja, modelnya pun juga. Mirip konstanta percepatan gravitasi yang 9.8 gram/meter kuadrat. Sayang, tidak ada audisi pemilihan bintang iklan shampo di sekolah kami. Jika ada, Ica pasti terpilih. Setidaknya untuk shampoo KODOMO.

Ica termasuk tipe family woman. Ia nyaris saja menjadi anak bungsu sampai suatu ketika ibunya melahirkan sang adik. Kedekatan itu pula yang menjadikan Ica bercita-cita menjadi seorang dokter mengikuti jejak sang ayah yang berprestasi di dunia kesehatan. Ica berhasil menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Pada tanggal 26 oktober ica menikahi Tommy, pria yang sudah dipacarinya sejak 2005. Wow, 9 tahun. Lama ya? Udah mirip kreditan mobil. Alhamdulillah, cinta mereka bersemi di pelaminan. Mereka berdua menikah di Grand Atyasa Convention Center. Semoga kelak pernikahan kalian berdua bernilai ibadah dan berbuah surga. Barokallahu lakuma wa baroka ‘alaikuma wa jamaa baina kuma fi khair.

Selamat Ica dan Tommy, kalian beroleh gelar ke 21.

Cinta yang Berbeda

Desember 10, 2014 § Tinggalkan komentar

IMG_194888339413238

Ada perasaan yang berbeda yang bersemayam di hati. Getaran ini tak sama. Ia menciptakan riak takjub, mensintesa cemas, menimbulkan sebuah kecintaan yang jauh dari apa yang selama ini pernah dirasakan. Getaran itu kini beresonansi dan bermuara pada haru yang membiru saat gerakan-gerakan ajaib itu menghentak kencang dari dalam rahim.

Keluarga adalah miniatur sebuah peradaban. Karenanya, setiap orang seharusnya menyadari bahwa menikah merupakan proses membentuk peradaban baru dengan keluarga sebagai batu bata penyusunnya. Atau istilah kerennya ‘menikah adalah sebuah proyek peradaban’.

Saya dan istri merasa sangat bersyukur atas kehamilan yang relatif sangat cepat yang Allah amanahkan. Saat mengetahui bahwa di dalam rahim istri saya tengah hidup sebuah nyawa yang berkembang setiap waktunya, ada cinta yang turut serta tumbuh. Rasa ini tak biasa. Ia tidak berupa cinta dengan aroma nafsu. Cinta ini berwujud perasaan untuk mengerahkan segenap kemampuan untuk melindungi dan mencurahkan perhatian atasnya lebih daripada yang pernah ada.

USG

Ada simponi haru setiap kali aku merapatkan telinga ke perut istri. Denyut jantung itu berdegup lemah namun setiap detakan itu sudah cukup untuk menguatkan semangat menyiapkan diri menjadi orangtua. Tak jarang kaki dan tangan itu meninju atau mungkin menendang rahim tempat di mana ia tinggal. Mungkin kelakuan tersebut adalah bentuk pembangkangan atau upaya pemberontakan karena tempatnya berdiam sudah tidak bisa berkompromi dengan ukuran tubuhnya yang semakin membesar seiring bertambahnya waktu.

Semakin hari tendangan dan pukulan itu semakin kencang. Kelak, kami ingin engkau menjadi seorang pejuang yang gagah perkasa dalam membela hak-hakmu dan hak-hak agamamu. Jadilah kau sekokoh karang laksana ketangguhan Muhammad Al Fatih saat merobohkan tembok bizantium.

Nak, cinta kami atasmu bukanlah cinta biasa. Dulu ayah tak mengerti mengapa kakek dan nenek melindungi ayah atau ibu dengan cara yang sama dengan apa yang kami lakukan kepadamu. Sekarang ayah sadar bahwa saat menjadi orang tua ada cinta yang berbeda yang mengalir dalam setiap hela nafas mereka. Cinta ini mengedepankan sebuah proteksi, rasa cemas dan kebanggaan atas objek yang dicinta.

Kami senantiasa mendoakan engkau dalam setiap lirih. Kami ingin engkau menjadi anak yang shalih. Oleh sebab itu, kami memilah apa yang selayaknya dan sepatutnya kau dengar sejak di usia kandungan. Jika para orientalis atau ilmuwan barat merekomendasikan Mozart guna membantu meningkatkan kemampuan otak maka kami lebih memilih lantunan Ar-Rahman Syaikh Mishary. Sungguh, sebaik baik perkataan adalah Al Quran. Kami ingin apa yang pertama kali kau kenal dan terdengar olehmu adalah kalam Ilahi bukan not balok karya musisi atau lantunan merdu para biduan.

Nak, saat usia kandungan ibumu memasuki 7 bulan, dokter mengatakan bahwa ada cairan berlebih di otakmu. Saat ibumu memberitahu ayah kondisi tersebut, ayah langsung kalut dan sedih. Belum pernah ayah merasakan sebuah kekhawatiran lebih-lebih daripada ini. Cinta ini memang berbeda, nak.

Sontak ayah menduga apakah itu hidrosefalus ataukah kemungkinan kelainan lain pada otakmu. Pikiran ayah tak tenang kemudian. Pun halnya dengan ibumu. Kami mencoba ikhlas dan menyiapkan semua kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi kepada engkau. Selang beberapa pekan, dokter mengatakan bahwa cairan berlebih di otakmu sudah hilang, nak. Bukan main bahagianya ayah serta ibu mendengar berita itu. Berita yang jauh lebih membahagiakan daripada saat ibumu menerima lamaran ayah. Saat kau sudah dewasa, ucapkanlah terimakasih dan selipkan doa pada setiap orang yang mendoakan kesehatanmu.

Nak, tak ada kebahagiaan lain selain mengetahui bahwa engkau sehat-sehat saja di dalam janin. Beratmu kini sudah mencapai 2,3 kg. Padahal 2 pekan lalu, angka itu masih berada di satu koma lima. Kami sempat khawatir dengan pertumbuhanmu. Namun tak ada yang dapat kami lakukan selain doa tak terputus agar engkau senantiasa sehat.

Nak, maafkan ayah yang tak bisa menyapamu setiap hari. Ayah hanya menyisihkan waktu-waktu sisa untuk menyapamu saat engkau tengah bercengkrama dengan ibu lewat setiap gerakan-gerakan yang membuat ibumu bertanya-tanya, apa yang sebenarnya kau lakukan di dalam sana. Kami mengira kau tengah bermain bola. Atau mungkin kau sedang mengerjakan model matematika untuk memecahan persoalan kimia fisika?.

Setiap kali ayah membisikkan kata cinta melalui suara yang menerobos dinding rahim, ayah berharap doa dan harap terdengar oleh telingamu. Sampaikah kata-kata itu kepadamu, nak?. Ayah dan ibu mendoakan kau menjadi anak yang shalih. Sehingga kelak kau termasuk 1 di antara tiga hal yang tidak akan memutuskan pahala kami.

Nak, cinta ini tak sama.

Sumber Gambar

Gambar 1 dari facebook
Gambar 2 dari koleksi pribadi

Mengapa Harus Cinta?

November 25, 2014 § 2 Komentar

Gue tidak terlalu menyukai bacaan yang bertema cinta. Cinta, dalam segenap novel yang gue baca resensinya, nampak begitu lemah. Kisah-kisah dalam buku-buku itu hanyalah bentuk perulangan dari romantisme picisan tentang pria, wanita, kisah cinta yang menggelora, perpisahan, air mata dan kepiluan yang mendalam. Ahh, gue bingung kenapa tulisan dengan tema cinta masih terus menggelayuti pikiran anak muda. Bacaan-bacaan yang menjadi arus utama berputar di sekitaran obrolan tentang perasaaan. Dan untuk itu gue harus bilang bahwa kalian, pemuda indonesia adalah generasi rapuh. Dan gue pernah menjadi bagian dari generasi itu. Kalian ringkih!.

Memang tak semua tulisan bertemakan cinta berasaskan sifat mendayu-dayu dan klise. Beberapa judul buku menggambarkannya dengan lebih dewasa. Habiburahman El Shirazy menurut gue sukses besar dengan kisah Aisyah-Fachrie atau Azzam-Anna. Juga tulisan-tulisan suplemen bertema cinta dengan segudang ilmu di dalamnya ala Salim A Fillah.

Generasi muda kita dalam kondisi yang relatif aman dan nyaman hingga mereka harus mengais-ngais tema untuk menyokong dorongan biologis yang dikenal dengan pubertas. Beri mereka tulisan Asma Nadia atau Helvy Tiana Rosa dalam menyambut cinta dengan lebih logis. Lalu mereka akan berucap ‘buku seperti ini terlalu berat buatku’. Miris, bukan?.

Iya, tulisan ini hanyalah sebatas reaksi dari kegeraman gue pada semaraknya buku-buku beraliran melankolis yang seolah menggambarkan semangat anak muda kekinian. Gue mencoba membenturkan selera gue dengan orang lain. Salah? Memang.

Ya sudah begitu saja. Buat kalian para pemuda, apalagi yang mengaku aktifis dawah, coba luaskan bacaan kalian dengan segenap tulisan beraliran tema pemikiran, pergerakan, teknologi dan perkembangan dunia. Sadar pluto sudah tidak lagi menjadi bagian tata surya kita?. Atau pernah mendengar ‘String Theory’?. Atau kalian masih sibuk memikirkan pujaan hati sambil menghapus air mata seusai membaca novel bertemakan cinta?. Terlalu banyak mengkonsumsi gaya bahasa cemen percintaan membuat kalian berleye-leye hanya sekedar untuk memikirkan jodoh yang tak kunjung datang atau galau sehabis membaca buku ‘Tuhan Maha Romantis’. Ahh cukuplah bacaan-bacaan itu menggambarkan seperti apa mentalmu, anak muda. Pantas saja FTV laku.

Surat Terbuka untuk Anakku

Juli 18, 2014 § Tinggalkan komentar

Dear Anakku..

Sengaja ayah tuliskan sebuah surat terbuka untukmu karena fenomena ini sedang menjadi trend di Indonesia. Rasa-rasanya hampir setiap hari ayah melihat surat dengan label ‘terbuka’ berseliweran di media sosial. Beragam kalangan sudah mencoba mulai dari artis hingga pemain bola, dari para pemuka agama hingga rakyat biasa. Semua orang merasa berhak untuk menuangkan kekesalan, sumpah serapah dan opini dalam goresan-goresan tulisan yang dialamatkan pada suatu pihak namun ‘memaksa’ semua orang untuk membacanya. Isinya bermacam-macam nak. Ada yang berisi permohonan maaf, pendapat tentang pemimpin hingga sebuah harapan seperti apa yang sedang ayah lakukan.

Awalnya ayah ingin membuat surat kaleng. Tapi gagal. Karena pengirim surat ini sudah jelas ayahmu sendiri. Terbersit niatan mengirim surat tertutup lewat merpati tapi ia tengah merugi. Info terakhir merpati hampir saja dipensiunkan oleh Dahlan Iskan. Sedih ya nak :(.

Nak, saat ayah menulis surat ini kau masih berada dalam kandungan ibumu dengan usia lebih kurang tiga bulan. Bahkan jenis kelaminmu pun kami belum tahu. Kami adalah calon ibu-ayah muda yang pertama kali mengalami proses menanti kelahiran sang buah hati. Iya, kelahiran engkau yang kini kami harap-harapkan.

Betapa bahagianya kami ketika mengetahui engkau diam-diam sudah menjadi calon anggota keluarga baru. Lebih bahagia daripada ketemu coboy junior *plak*. Ayah seketika koprol sambil sujud syukur. Dokter yang meyakinkan kami. Ia berucap bahwa usia kandungan ibumu baru 4 minggu sementara ukuranmu hanya beberapa centimeter, tak lebih besar daripada biji apel.

Nak, tahukah engkau, kami menyadari keberadaanmu sepulang bulan madu ke selatan Pulau Sumatera. Itu pun modal tiket gratis dari temen-temen ayah. Bukannya ayah tidak mampu untuk berbulan madu ke tempat yang lebih jauh tapi bukankah lebih baik uangnya digunakan untuk bekal pendidikanmu nanti. Ayah memang jagonya ngeles, nak.

Nak, kelak kau harus bulan madu ke tempat yang lebih jauh. Kau mungkin bisa pergi ke Gaza. Saat ayah menulis surat ini, Gaza tengah berduka. Ratusan roket terbang lalu-lalang di atas langitnya. Negeri para mujahid berjuang dengan segenap air mata dan darah. Gaza, bisa jadi pilihanmu karena bulan madu tak melulu tentang menghabiskan malam-malam pertama nan indah dalam kamar yang dihiasi aroma bunga. Kau bisa menjadi relawan yang mengirimkan bantuan dan istrimu yang merawat para balita malang yang tercabik tubuh dan hatinya.

Nak, memang saat ini engkau belum mengerti apa maksud tulisan ini. Ayah pun sama. Tapi ada satu hal penting yang ingin ayah sampaikan padamu di tiap tumbuh kembang engkau di dalam rahim istriku yang kelak akan kau panggil ‘ibu’. Ayah menyaksikan sendiri bagaimana susahnya menjadi seorang wanita hamil. Sejak menyadari ada jiwa yang hidup di dalam tubuhnya, ibumu semakin menjaga apa yang ia konsumsi. Semua makanan ia seleksi. Tak ada lalapan, obat-obatan, bahkan ibumu sengaja tidak mengkonsumsi ekstrak kulit manggis. Padahal itu adalah sebuah kabar gembira. Semuanya dilakukan demi kesehatanmu, nak. Kami ingin engkau terlahir menjadi anak yang sehat, utuh sebagai manusia normal tanpa kekurangan satu apa pun. Selama kehamilan ibumu, ayah pun tak mengkonsumsi jengkol, pete, dan turunannya. Bukan karena takut terjadi apa-apa denganmu tapi karena memang ayah tak pernah suka makanan tersebut.

Kami menyadari bahwa tumbuh kembangmu tidak melulu mengenai aspek fisik. Karenanya kami semakin meningkatkan ibadah. Terucap harap dalam doa, semoga kelak kau akan menjadi anak yang soleh jika cowo, solehah jika cewek. Di Zaman sekarang jenis kelamin sering menjadi bias, nak. Semakin banyak cowo yang ‘sholehah’.

Dalam doa kami juga berharap kelak engkau menjadi salah seorang penghafal quran yang baik sejak usia mudamu seperti Musa peserta hafiz cilik dengan lantunan lagu syaikh rasyid yang membawakan Al Ghamidi dan Syaikh Sudais. Kami berharap padamu nak jika kelak kami pun lalai dalam menghapal kalam ilahi. Hapalanmu itulah yang nantinya akan memberi kami kesempatan bertahtakan mahkota saat kita berkumpul di syurga.

Jangan kau kira kami tak mendoakan engkau setampan Yusuf, segagah Umar, secerdas Ali. Ketampanan fisik itu perlu, tapi kau tetep harus jadi manusia. Karena banyak juga yang ganteng-ganteng serigala :D.

Ibumu tiap hari muntah, bukan karena melihat wajah ayah, tapi memang perubahan hormon yang tengah bekerja. Ditambah lagi maag yang diderita. Betapa pilu ketika melihat penderitaan seorang ibu yang mengandung. Ia lemah, tidak bisa beraktifitas seperti biasa. Lebih mengakrabi kamar dan kasur karena lelah yang didera. Setiap saat ia kelaparan karena asupan nutrisinya harus dibagi denganmu, nak.

Nak, kau harus berbakti. Ayah dulu tak pernah menyadari betapa sulitnya menjadi seorang ibu. Belum lagi jika engkau sudah menemui dunia dan menjadi bagiannya.

Di tengah kehamilannya, Ibumu memaksa diri untuk ikut berpuasa. Padahal ia tahu hal itu akan sangat melelahkan. Dalam lelah ia masih menyiapkan menu berbuka untuk ayah. Kau tak akan menemukan romantisme ini dalam kisah Romeo-Juliet sebab mereka tidak pernah berpuasa ramadhan.

Nak, ayah dulu bukan orang yang patuh pada orang tua, terutama terhadap ibu. Ayah baru menyadari semua saat menjadi calon orang tua. Ayah menyadari betapa berlemah-lemah ibu, bersusah payah mengandung dan membawa bayi dalam tubuh kemana-mana adalah sebuah cerita yang nyata. Ibu rela mengadu nyawa demi hadirnya engkau. Ayahnya ayah (bingung ya nak bacanya. Ayah juga), mulai sekarang kita sebut dengan ‘kakekmu’, juga mengusahakan sekuat tenaga agar bagaimana ayah dan anak yang lain lahir dengan sehat walafiat.

Jadi nak, jika engkau suatu saat ingin membangkang dan mencoba mengeluarkan sumpah serapah, ingatlah bahwa ada darah dan air mata dalam proses keberadaanmu ke dunia.

Nak, saat kau membaca surat ini. mungkin kau sudah besar, sudah bisa mengeja satu per satu huruf yang tersambung menjadi kata lalu kau rangkai menjadi kalimat dalam paragraf-paragraf. Kelak ketika kau dewasa, kau harus menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Manfaat itu dapat dituai jika engkau berbunga. Pupuklah dirimu dengan ilmu. Jika ada masalah ceritakan pada ayah dan ibu. Bukan pada Dewi Sandra, nak. Kecuali saat itu kau sudah menulis catatan hati seorang istri. Tapi kalo nantinya kau adalah pria, jangan coba-coba, nak.

Jika kelak engkau terlahir sebagai seorang pria maka kau harus memiliki kepribadian tangguh. Lahirlah sebagai pria yang kokoh bak Umar I dan sezuhud Umar II dengan lisan Amr bin Ash dan keshalihan para salafus salih. Jika engkau terlahir sebagai seorang wanita, kau boleh memiliki rupa berparas Atikah namun jangan kau lupa untuk menjaga ‘izzah’ seorang wanita laksana Sumayyah. Saat kau hadir dengan keceriaan, hiduplah seperti Aisyah. Namun jangan kau ikuti rasa cemburunya yang membuncah.

Berpegang teguhlah pada jalan Allah, nak. Kau boleh jadi apapun saat kau dewasa asal selalu ingat bahwa engkau adalah da’i/da’iyah sebelum segala sesuatunya. Kehidupanmu ke depan akan lebih berat daripada apa yang ayah alami saat ini.

Sampai di sini saja nak surat terbuka ayah padamu. Maaf jika ayah tidak menulis surat ini dengan serius. Jika serius langsung temui ortu aku aja. Semoga kamu nantinya memahami bahwa ayah hanya ingin engkau menjadi anak yang sehat walafiat dan soleh/solehah. Tetep semangat ya nak biar kita bisa kongkow di tempat biasa. Salam peace, love and gaul.

Wassalamualaikum wr wb

Dari calon ayah di tengah tiga bulan kehamilan sang istri. Sehat-sehat terus ya yang dan dede yang ada di kandungan ummi :). Ditulis tepat tiga bulan selepas hari pernikahan kami. 

Belitung, Je t’Aime (Part 1)

Juni 18, 2014 § 3 Komentar

 

IMG-20131026-WA0007

Jatuh cinta berjuta rasanya. Biar siang biar malam terbayang wajahnya.
Jatuh cinta berjuta indahnya. Biar hitam biar putih manislah nampaknya.

Puluhan tahun lalu Titiek Puspa menyanyikan lagu ini hingga membuai setiap telinga untuk larut mendengarkan. Lagu yang mengabadi, menyusuri lorong-lorong waktu hingga tiba di saat facebook, twitter dan path menjamur. Kini, soundtrack yang sama terngiang di otak gue, mengalun-alun merdu sambil sesekali Jangan Cintai Aku Apa Adanya milik tulus mengintersep playlist yang terputar secara acak di playlist winamp.

Jangan cintai aku apa adanya, jangan…
Tuntutlah sesuatu, biar kita jalan ke depan.

 

Tulus memilih kekuatan lirik dalam setiap tembang yang diresonansikan. Perpaduan dua lagu beda generasi tengah menggambarkan situasi hati gue. Begini katanya ketika orang sedang jatuh cinta. Hati yang sentiasa beroma. Jantung yang lebih cepat memompa hingga otak pun berhenti bekerja.

“Brain is most awesome organ. They work 24 hours a day and 365 days in 1 year. From birth until… You fall in love”.

And this is what’s happening to meI am truly falling in love.

20140531_061222

Klise? Pasti. Norak? Iya. Karena menurut temen gue, saat kalian jatuh cinta adalah saat dimana rasa malu, norak, aneh tidak lagi menjadi hal penting yang kalian perdulikan. Kalian akan mensintesa sebuah negasi yang memberikan ‘pembenaran’ atas semua kelakuan di luar kenormalan. Atau kalian mungkin bisa meng-kambinghitam-kan, katakanlah, semua dopamin, oksitosin, serotonin, norepinefrin yang disekresikan saat kalian jatuh cinta.

Dan gue sedang jatuh cinta. Setiap hari. Pada orang yang namanya tersebut dalam janji di depan saksi. Dan gue mau bercerita, ber-absurd ria. Namun gue berusaha konsisten. Setidak normal apapun, gue tidak akan pernah dengan sadar bermesraan, berucap hal-hal romantis nan menjengkelkan di media sosial yang bisa dengan mudahnya diakses. Kongruen dengan apa yang gue tulis sebelumnya.

*****

Waktu berlalu tanpa bisa diajak kompromi. Sebulan setelah pernikahan, fase-fase yang (katanya) paling membahagiakan dari semua penggalan penggalan cerita sebuah bahtera yang bernama rumah tangga, terasa berlalu begitu saja. Tibalah kami di penghujung Mei. Beberapa tanggal dengan corak warna merah menghiasi tanggalan. Terjadwal gue dan istri akan berkunjung ke negerinya Ikal, Arai dan para Rainbow troops lainnya. Kami akan menghabiskan 3 hari di Belitung untuk mengecat batu raksasa yang ada di pantai tanjung tinggi.

“Seriously?” 

Tentu tidak. Belitung menjadi destinasi honeymoon gue bareng istri yang tiket keberangkatan dan sebagian keperluan diakomodasi oleh rekan-rekan yang tidak bisa gue sebutkan satu per satu. Mulai dari Paijo, Parno, Markonah, umm.. Siapa lagi ya?.

“Siapa, Egi?”

“Eki?”

“Hah Edi?”

“C, om. Charlie!”

 “Oh Charlie, kok suaranya mirip cewe?” *Mati berdiri*

Sebelum terbang, kami sudah membuat rencana perjalanan dengan sangat detail. Hari pertama ke Belitung timur, Hari kedua dan ketiga ke Belitung Barat. Done. Detail sekali, bukan? :D.

20140528_054858Kami menumpang Pesawat Citilink dengan keberangkatan paling pagi, bahkan sebelum ayam terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Ternyata ada hal unik yang kami temukan selama keberangkatan. Announcer maskapai menyapa penumpang dengan pantun sebagai warisan kebudayaan melayu. Untungnya pantun tersebut tidak berbalas. Gue takut pesawat yang kami gunakan sebenarnya sudah disewa untuk acara lamar-lamaran. Huft.

Satu jam perjalanan, kami tiba di bandara H. AS. Hanandjoeddin.

20140528_071031

Bandaranya imut

Setibanya di Bandara, kami menggunakan travel menuju Belitung Timur. Jalanan yang diaspal rapih dan lengang membuat perjalanan menuju bandara hanya ditempuh dalam 2 jam. Betapa kontradiktif dengan kemacetan yang ada di ibukota.

Kami menginap di sebuah penginapan hasil rekomendasi pengemudi travel. Ia juga berujar bahwa warga yang tinggal di Belitung terkenal jujur. Bahkan motor yang terparkir di depan rumah dengan kunci masih menggantung, dijamin akan aman.

Gue lalu meminjam motor untuk menelusuri Belitung timur, mengunjungi berbagai tempat khas Manggar mulai dari rumah kata Andrea Hirata, SD Muhammadiyah Laskar Pelangi dan Pantai Serdang. Dan ternyata memang benar. Penduduk di Manggar benar-benar ramah dan jauh dari kriminalitas. Di beberapa tempat gue melihat motor-motor dengan kunci yang masih bertengger manis di slotnya

Rumah Kata

Museum Kata

Museum Kata

Destinasi pertama kami setibanya di Manggar, Belitung timur, adalah Rumah Kata milik Andrea Hirata. Rumah kata bisa dikatakan sebagai museum tentang sekelumit hal seputar Laskar Pelangi yang fenomenal. Di dalamnya kita bisa menemukan cuplikan foto dari film Laskar Pelangi, quote-quote Andrea Hirata hingga koleksi buku Laskar pelangi dalam berbagai bahasa mulai dari Korea, Cina, Spanyol dan banyak lagi. Menurut penjelasan salah seorang penanggung jawab rumah tersebut, Laskar Pelangi sudah diterjemahkan ke lebih dari 10 bahasa di lebih 30 negara. Sebuah prestasi yang luar biasa dari seorang anak Indonesia yang lahir dan besar di sebuah kampung kecil di selatan Pulau Sumatera.

Semangat yang ingin ditularkan oleh Andrea Hirata sepertinya berhasil ditransmisikan hingga setiap orang yang singgah ke tempat ini dapat merasakan aura inspirasi. 

IMG_0114

Ruang depan rumah berisi banyak sekali kata-kata yang menginspirasi

IMG_0116Menengok ke luar jendela, kita akan mendapati selasar yang digunakan sebagai tempat belajar, berkreasi, berbagi, dan bercerita agar setiap anak, siapapun ia, tak pernah berhenti bermimpi. Karena mimpi adalah langkah awal untuk memulai langkah besar lainnya.

20140528_134411

Buku Laskar Pelangi dalam berbagai bahasa

20140528_134457

Ruang Tengah

Rumah ini terbagi menjadi beberapa ruangan meliputi ruang depan, ruang tengah dan ruang belakang. Ruang depan menjadi tempat registrasi bagi para pengunjung. Sementara di ruang tengah kita bisa menemukan kesederhanaan, ketenangan berbaur bersama teriknya matahari. Di dalam kamar-kamar yang terdapat di ruang tengah inilah kita bisa menemukan galeri foto adegan film Laskar Pelangi.

20140528_133643

20140528_133622

Galeri Foto yang diambil dari film Laskar Pelangi

Di ruang belakang bangunan terdapat sebuah warung kopi tradisional. Kaget kenapa ada warung kopi di sini? Sama. Gue juga kaget. Kopi manggar memang terkenal. Apapun alasan warung kopi berdiam di ruang belakang Rumah Kata, kalian tetap harus mencoba aroma dan nikmatnya kopi khas Belitung timur.

Mari Ngopi

Rumah kata tak pernah sepi. Saat kami datang berkunjung, tak kurang 5-10 pengunjung lain juga berada di tempat yang sama. Tak ketinggalan jurnalis melakukan wawancara dengan pengelola.

Rumah kata menjadi tempat yang sangat baik untuk menggali inspirasi. Buat gue dan istri, rumah kata menyajikan pengharapan, mimpi-mimpi yang jadi kenyataan, serta semua perjuangan. Nilai-nilai inilah yang nanti akan kami wariskan kepada anak-cucu kelak.

Replika SD Muhammadiyah

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Bagi kalian yang berinteraksi dengan Andrea Hirata melalui bukunya Laskar Pelangi, atau melalui filmnya, SD Muhammadiyah sangat lekat dengan imajinasi. Di tempat inilah para laskar pelangi menempuh pendidikan sekolah dasar. Ia tak berupa Hogwarts dengan Griffindor dan Slyterin yang megah dan sakti mandraguna walau hanya dalam imajinasi belaka. Di SD Muhammadiyah, kita tidak akan menyaksikan sebuah fiksi. Di sini kita mendapati kisah nyata perjuangan heroik Bu Muslimah yang sekuat tenaga mendidik siswa yang jumlahnya tak sampai sepuluh.

Papan tulis serta bangku nan lusuh menghiasi sekolah yang terdiri dari dua ruangan dengan sekat dan dinding yang terbuat dari kayu. Tapi gue ga terlalu heran. Gue pernah melihat sekolah dengan kondisi yang lebih memprihatinkan. Dengan semua keprihatinan yang kita saksikan, Mendiknas masih kekeuh menstandardisasi inteligensia siswa dari Sabang hingga Merauke dengan Ujian Nasional meskipun infrastruktur sekolah tidak berimbang antara satu wilayah dan wilayah lain.IMG_0121

Lagi nunjuk apa, neng?

Lagi nunjuk apa, neng?

SD Muhammadiyah yang menjadi objek wisata hanya berupa replika, bukan bangunan asli. Ia direplikasi untuk menjadi saksi sejarah betapa kerja keras dapat menghancurkan semua persepsi-persepsi negatif dan mampu menempa karbon yang rapuh menjadi intan yang keras membaja.

Tak Lupa, kami bernarsis ria. Meninggalkan jejak bersama dinding-dingin yang mulai usang termakan rayap.

Potret perjuangan di SD Muhammadiyah Manggar layak menjadi tamparan bagi sekolah-sekolah parlente. Karena sejatinya prestasi tidak semata diukur dari seberapa bagus kurikulum pendidikan yang kalian punya. Atau seberapa berlimpah dana yang tersedia. Dari sekolah reot inilah, seorang penulis bisa menghasilkan karya yang mendunia.

Pantai Serdang

 

Selamat datang di Pantai Serdang

Selamat datang di Pantai Serdang


Tidak banyak orang yang tahu bahwa Belitung timur memiliki pantai. Memang, pantainya tidak seelok Belitung barat yang megah dengan batu batu raksasa yang menjulang. Pantai serdang mirip dengan pantai pada umumnya. Namun pantai ini lebih teduh dengan banyak pohon pinus di sepanjang bibir pantai. Terdapat beberapa spot yang dibangun untuk memfasilitasi aktifitas fotografi dadakan.

Destinasi tidak selalu menjadi variabel baku tentang indahnya sebuah perjalanan. Karena kata tanya “kemana” kini sudah disubstitusi oleh “dengan siapa”. Maka orang yang membersamai perjalanan kita akan jauh lebih penting daripada tujuan yang akan kita datangi.

Ketika hati sudah bertaut, janji telah tersebut maka kemana pun kaki melangkah akan terasa jauh lebih mudah. Karena akan ada pundak yang senantiasa tegak kokoh untuk bersandar. Ada telinga yang terpasang untuk selalu mendengar. Ada mata yang tak terlelap untuk terus menatap.

Wanita berkerudung merah

Wanita berkerudung merah

20140528_161001
20140528_161243Bukankah dulu Khadijah membersamai Muhammad dalam setiap kesulitan, himpitan, pergolakan. Hingga perempuan agung inilah yang mendapatkan titipan salam dari Allah melalui Jibril. Tak pernah sedikit pun ia mundur dari keyakinannya untuk terus mendampingi Muhammad. Karena ia sadar bahwa ujung dari perjalanan mereka akan berbuah surga.

Dan di Pantai Serdang pun menjadi begitu indah. Tak bisa lagi Pantai Kuta menjadi jumawa. Wanita di sebelah gue hanya bisa tersenyum manis. Memamerkan gigi yang tersekat oleh kawat-kawat. Hatta, lembayung senja pun kalah oleh pancaran keindahan senyumnya.

Dalam khidmatnya kami menatap langit, gue teringat kembali sebuah syair dari Sapardji Joko Pramono, Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana.

 

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada

 

 Sungguh. Belitung, Je’t Aime…

#17 My Wedding

Mei 2, 2014 § Tinggalkan komentar

IMG-20140419-WA0019Finally.. It’s my turn.

My turn to promise in front of Father in law, in the center of crowd, to utter lifetime commitment, Mitsaqon Ghaliza. My heart thumped incessantly, My hand shake abnormally, It’s time for me to put off my solitude.

“Saya Terima Nikah dan Kawinnya Annisa Martina Dengan Mas Kawin tersebut Dibayar Tunai”

I response promptly what My father in law tells me about. And in a glance. The Witness said “Sah”. I feel relieved. It’s so heart-thumping.

Syahdu orang-orang yang menyaksikan akad berucap “Barokallahu lakuma Wa baroka ‘alaikuma wa jamaa baina kuma fi khair”. Doa terbaik yang dihaturkan untuk pasangan yang baru menikah. Lafal terindah yang menghantarkan sebuah pernikahan agar mencapai sebuah makna barokah.

Tanggal 18 April 2014 menjadi tonggak bersejarah dalam hidup saya. Saat dimana saya resmi menikahi seorang gadis sunda yang baru ditemui sebanyak 4 kali. Tak ada keyakinan yang lebih ajeg daripada ketetapan hati untuk menikahi seorang Annisa Martina. Mungkin keputusan ini bukan keputusan berlandaskan nafsu semata. Ia terharap berupa keridoan yang diberikan Allah sehingga berbuah ketenangan untuk melangkah.

Bukanlah durasi pertemuan yang menjadi jaminan. Bukan pula embel-embel keduniaan yang menjadi acuan. Saat doa terbaik sudah dipanjatkan, saat ikhtiar yang halal telah dilakukan maka semua keputusan hanya bisa kita pasrahkan kepada Allah semata. Bahwa dalam setiap kemudahan-kemudahan selama proses menjelang pernikahan bisa jadi adalah petunjuk keberkahan.

Pada akhirnya, ujung dari sebuah proses romansa alfa dan beta adalah sebuah perjanjian yang berat. Sebuah Mitsaqon Ghaliza. Ada yang berdarah-darah memperjuangkannya dengan penuh dosa. Ada yang tertatih-tatih menempuh lamanya waktu pacaran dengan harap-harap cemas dan tidak sedikit yang menanti dengan cara halal yang merupakan tuntunan agama.

Jika pada akhirnya kita memilih yang halal, mengapa pada tahapannya kita sengaja mengotori dengan aktifitas yang mendekati pada nilai haram?

Sekarang, saya sudah beroleh gelar ke-17 dari rangkaian panjang perjuangan temen-temen IPA A untuk menggenapkan separuh Agamanya. 17, sebuah angka yang merupakan simbol transisi biologis anak-anak ke usia dewasa. Karenanya banyak yang merayakan ultah ke-17 sebagai Sweet seventeen.

Semoga pernikahan kami mendapati keberkahan dan juga penuh ketenangan (Sakinah), penuh kasih sayang (Mawaddah) dan penuh rahmah (ampunan).

IMG-20140420-WA0024

Izinkah saya bersenandung ala dinda-nya Gradasi

Engkau sambut pagi
Dengan senyum ceria yang menawan
Mengantarkan daku pergi
Meraih mimpi ….kita

Andai ku bisa
Membuat diriku menjadi dua
Kutinggalkan yang satunya
Tuk temanimu…cinta duhai permataku

Reff:
Dinda…Sejuta pesonamu hadir dalam jiwa
Dinda…Senyummu mampu membuatku tak mengeluh
Dinda…Binar bola matamu terangi hariku
Dinda…Ketenangan bagai telaga yang kau berikan

Ketika ku pulang
Dibawah naungan lembayung senja
Kau berhias menantiku
Bertabur rindu …kita

Hujan Tak Pernah Sama

April 15, 2014 § Tinggalkan komentar

rain

Hujan tak pernah sama. Suatu waktu rinainya menari menggelayuti ranting dan dedaunan. Ia betah berlama lama di sana. Enggan turun hingga bosan.

Kay, waktu itu kau yang bersikeras menggoyang rantingnya. Agar lekas goyah rinainya, ujarmu.

“Aku tak suka saat rasa bersemayam terlalu lama. Aku ingin ia bebas. Seperti kita. Rasa ini bukan cinta. Ia hanya rindu yang terpupuk oleh frekuensi temu“.

Kau juga kay yang bersikukuh menafikan apa yg kita rasakan. Atau mungkin lebih tepatnya apa yng aku rasakan. Karena hingga saat ini, saat dimana planet menjauhi orbitalnya, aku masih tidak mengerti apa yang kau pikirkan. Di saat yg sama kau tau seperti apa aku.

Lain waktu, hujan turun dengan derasnya. Turunnya tak malu-malu. Kala itu kita bersengaja diri meneduh di salah satu mesjid di sekitaran kebayoran. Kita tersenyum kecil sambil menahan malu karena kekonyolan kita adu lari menjangkau halte yang kita tuju.

Belom tampak halte, hujan turun lebih cepat. Kau mengeluh. Mengapa hujan terlalu digdaya. Kita berlari adu kencang. Kau lupa kerudung birumu basah kuyup oleh cipratan air yang terinjak oleh setiap deru. Aku pun lupa, sepatu yongki komaladi yang senantiasa kupakai kini lepek.

Ah kay, kala itu hujan bukanlah tandingan.

Aku aneh denganmu kay. Kau tak pernah membawa payung yang mampu menjagamu dari ganasnya air yg turun dari langit dengan pongah. Tapi suatu hari kau justru yang membuatku terdiam tanpa kata di saat hujan yang lagi tak sama.

“Sini, aku payungi kamu!!”

“Kay, kau bawa payung? Wah, tumben sekali”. Ujarku yang mash bingung dengan kelakuan Kay saat hujan kembali menyapa.

“Iya, aku bosan bermandikan hujan. Tidak setiap saat dia datang, aku hanya bisa pasrah. Menerima basah dengan tangn terbuka. Aku punya hak untuk memilih”.

“Kay, bukankah kau bisa berlindung di bawah gedung atau mengendap menikmati hangatnya latte di kafe terdekat hingga ia reda?”

“Kau tahu? Berlindung mungkin tidak akan membasahimu. Tapi sadarkah, berlindung tidak akan mengubah situasi. Apalagi untuk setiap orang yg punya tujuan dari setiap perjalanannya. Tembok tembok itu hanya menghalusinasi dan menghambat langkah”.

“Oke Kay, kau memang dilahirkan untuk berdebat. Kau cocok menggantikan Marty Natalegawa untuk berdiplomasi dengan negara tetangga atau mensomasi amerika yang berjalan di atas bumi dengan seenak jidat”.

Kali ini kau hanya diam. Menyesuaikan gerak kakiku, berjalan di bawah payung. Meniti setiap jalanan yang tergenang.

Hari ini aku memandangi hujan dari balik kaca. Perciknya jatuh tak berirama. Sesaat ia turun dengan perlahan namun selang seperkian waktu, ia lalu turun bak air bah untuk kemudian kembali meluruh menjadi gemericik mesra. Hujan hujan ini membawa memori yang dulu pernah kita sintesa.

Segelas coklat mencoba menghangatkanku hingga aku tertawa sendiri mengenang betapa dialog kita dulu sangat hidup. Kau seolah memberikan jiwa pada setiap penggalan kata. Aku hanya bisa terdiam mendengarkanmu bercerita dengan penuh semangat.

Kay, hujan ini tak pernah sama.

Dulu kita menikmatinya dengan sejuta pengharapan dan rasa. Kita sadar bahwa cinta yang kurasa hanya bisa diterjemahkan oleh rasa yang sama. Dan tak ada cinta tanpa ijab qabul yg mendahului. Kau bersikukuh.

Sepatu-nya tulus masih melantun merdu dari salah satu speaker di kafe ini. Tulus, kau juga yang mengenalkanku padanya. Waktu itu kau memaksaku menyukai Sewindu.

Sambil termangu dan bernyanyi mengikuti dentingan lagu, gelas coklatku diserobot oleh makhluk mungil dengan cincin emas putih tersemat di jari manisnya.

Kamu selalu mengenang hujan ‘kita’ mas?

Kau selalu cerdas Kay sayang!!

Sumber Foto :

Foto Danbo keujanan dari sini

Where Am I?

You are currently browsing the Cinta category at I Think, I Read, I Write.

%d blogger menyukai ini: