Good Laboratory Practice

Desember 13, 2010 § 6 Komentar

Tahukah kalian berapa intensitas suara yang mash bisa ditolerir oleh telinga manusia sesuai dengan standar dunia?
Jawabannya adalah 85 desibel selama 8 jam. Untuk setiap kenaikan 3 angka saja dari nilai 85 tersebut maka manusia normal hanya bisa bertahan selama 4 jam. Keadaan ini berlaku untuk kelipatannya.

Memotong rumput dengan alat pemotong rumput mesin menghasilkan intensitas suara sekitar 100 desibel. Dengan demikian untuk memotong area hijau ITB seluas 5 hektar dengan 10 orang petugas pemotong rumput maka seharinya setiap petugas hanya boleh memotong rumput selama 15 menit saja.

Lalu apa yang bisa dilakukan? Banyak ide yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut misalnya saja dengan menambah jumlah petugas ato pemotongan dilakukan dengan sistem shift. Akan tetapi efektifitas kerja akan sangat rendah mengingat satu orang hanya diberikan 15 menit saja untuk memotong rumput2 sesuai dengan acuan kesehatan. Alternatif lain yang bisa dipilih adalah pemanfaatan enggineering. Petugas pemotong rumpur dapat menggunakan ear plug, sejenis alat yang dipasang di telinga untuk mengurangi kebisingan. Alat sejenis ini dapat kita lihat pada perlombaan jet darat atau F-1.

Ear plug memiliki NRR (Noise Reduction Ratio) sebesar 20-30 desibel. Artinya dengan penggunaan alat ini maka tingkat kebisingan dapat ditekan hingga 30 desibel. Dengan memanfaatkan Ear plug seorang petugas pemotong rumput dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Karena 100-30 adalah 70 (+7 faktor kesalahan) sehingga intensitas suara yang dihasilkan dari alat pemotong rumput tersebut hanya berada pada angka 77 desibel dengan memasang Ear plug pada telinga. Solusi ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan menambah jumlah personel petugas pemotong rumput.

Ear Plug

Gambaran tentang penggunaan Ear plug untuk meningkatkan keselamatan kerja di atas adalah bagian materi dari workshop atau pelatihan yang diberikan oleh PT Chevron Pacific Indonesia kepada beberapa orang mahasiswa dan unit K3L serta analis dari beberapa laboratorium yang ada di ITB. Workshop berlangsung selama 3 hari 8-10 Desember di ruang Total Teknik Perminyakan ITB.

Pelatihan ini berkat kerjasama pihak FTTM khususnya Teknik perminyakan dengan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Workshop ini dikenal dengan Good Laboratory Practice. Sebuah Pelatihan terkait wawasan tentang bagaimana seharusnya kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan.

Workshop dikemas dengan sangat menarik. Tiga hari pelatihan yang diberikan benar2 memberikan gambaran tentang bagaimana pentingnya keselamatan dalam bekerja di laboratorium.

Hari pertama merupakan penjelasan tentang PPE atau Personal Protective Equipment. PPE lebih dikenal dengan istilah Alat Pelindung Diri (APD). Bagaimana sebenarnya perlengkapan yang diperlukan ketika seseorang bekerja di dalam laboratorium, dijelaskan di hari pertama. Materi ini disampaikan oleh Pak Adi dengan guyon2 segar yang membuat kami sebagai peserta sangat menikmati penyampaian materi yang diberikan. Hal ini tentunya berdampak pada mudahnya materi tersebut terserap oleh peserta dan gw khususnya secara pribadi.

Beliau juga menjelaskan tentang Material Safety Data Sheet (MSDS). Yow, sebuah lembar petunjuk bahan-bahan kimia yang sangat tidak asing bagi mahasiswa kimia. Walaupun pada kenyataannya kami tidak mengenal MSDS tersebut lebih jauh. Sebagian mahasiswa kimia hanya menjadikan MSDS sebagai prasyarat dalam mengikuti praktikum bukan sebgai suatu standar keselamatan. Tapi lumayan, daripada tidak sama sekali.. 😀

Hari kedua dibawakan oleh pak Adrianto dengan materi terkait ISO 14000, ISO 17025 dan regulasi2 serta standardisasi kelayakan sebuah laboratorium. Dengan logat minangnya yang masih kental, pak Anto (panggilannya, red) menyampaikan materi tersebut dengan sangat lancar.

Meskipun beberapa slide terlewat begtu saja. Tapi, di hari kedua gw ga bisa ikut secara full. Selaen gw ketiduran paginya, gw harus ikutan seminar laen di Jurusan Matematika tentang pengambilan data yang disampaikan oleh Pak Suryono, alumni Teknik Perminyakan. Gw sih waktu itu ngarepnya bisa punya Jurus Kage Bunshin No Jutsu, jurus andalan Naruto. Kalo bisa jurus itu kan enak, gw bisa ke seminar yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Tapi sayangnya jiraiya belom ngajarin gw,,hahaha.

Walo gw ga ikutan hari kedua secara full a.k.a bolong bolong tapi hari kedua merupakan hari terindah gw selama ikut pelatihan ini. Kenapa?? Seperti biasa kalo ada doorprize gw selalu nunjuk. Kebetulan waktu itu hadiahnya adalah tas dengan logo “CHEVRON”.

“Gimana gw ga ngiler tuh ngeliat tas itu. Secara, tas gw yang lama juga sudah memprihatinkan”.

Dengan penuh nafsu gw mendengarkan pertanyaan pemateri. But, bukan gw ternyata yang ditunjuk buat jawab. Wah, gw akhirnya pasrah. “Tas berlogo CHEVRON yang bisa gw tunjuk2in ke temen gw raib nih” pikir gw.

Mungkin Tuhan tau kalo niatnya ga bener makanya gw ga dikasih kesempatan untuk punya itu tas.

Ternyata ia yang ditunjuk tidak bisa menjawab dengan benar. Jawaban yang seharusnya adalah ISo 17025 dijawabnya dengan ISO 14000. Wow, dengan lidah yang menjulur dan berliur, gw langsung mengacungkan jari. Dengan penuh kepercayaan diri, gue meralat jawaban si mas2.

Gue bilang, “pak, jwabannya ISO 17025”.

Jreng jreng jreng…. “Selamat, Anda berhak mendapatkan tas ini” ujar sang pemateri. Wah, gw yang kelewat seneng langsung menangis dan lari keliling lapangan.

Hari ketiga adalah hari terakhir pelatihan, Materinya adalah tentang FSWP. Siapa yang tau dengan FSWP? Pasti ga tau kan? Jadi, FSWP adalah…emmm,emmm, emmm…apa y??gw lupa!!!

FSWP adalah singkatan dari Fundamental Short Work Practice. Dari kepanjangannya kita bisa tau FSWP adalah petunjuk keselamatan kerja yang fundamental. Semua hal terkait dengan keselamatan kerja dan regulasinya dibahas di sini. Materi oke yang belom pernah gw dapetin sebelumnya.

Ga cuma itu, di hari ketiga, materi yang disampaikan oleh Pak Maladi juga menjelaskan tentang kebakaran dan bagaimana mengatasinya. Sebenernya dulu waktu kuliah manajemen laboratorium gw pernah belajar konsep kebakaran dan bagaimana mengatasinya.

Pelatihan kali ini mempertajam sense gw tentang kebakaran tersebut. Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur yang saling berikatan atau dikenal dengan segitiga kebakaran. Segitiga ini disusun oleh bahan, oksigen, dan api (panas). Jika ketiga unsur ini berada bersamaan dalam suatu kondisi maka kebakaran dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk mengatasi kebakaran maka salah satu unsur dari segitiga kebakaran tersebut harus diputus. Untuk itu, dikenal beberapa teknik pemadaman kebakaran

1. Cooling, teknik ini memutus unsur panas dengan menyemprotkan air atau busa kepada bahan yang sedang terbakar

2. Smoothering, dengan mengurangi atau menghalangi oksigen

3. Starving, menghalangi bahan yang dapat terbakar

4. Quenching, meghilangkan reaksi berantai dari proses kebakaran tersebut

Selain pemahaman tentang metoda pemadaman kebakaran, kami juga diberikan pengetahuan tentang APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan diberikan secar teori penggunaan APAR tersebut.

Proses terjadinya kebakaran tidak selalu bergantung pada tiga variabel segitiga kebakaran. Kebakaran hanya dapat terjadi pada daerah antara LEL-UEL. LEL adalah Low Explosion limit sementara UEL adalah Upper Explosion Limit. Di luar daerah tersebut peristiwa kebakaran atau ledakan tidak akan terjadi.

flammability range

Pada akhir sesi pelatihan ini, semua peserta mendapatkan sertifikat yang dibubuhi tandatangan Manager Technology Support PT CPI. Buat gw pribadi pelatihan ini sungguh sangat luar biasa. Persiapan yang dilakukan oleh Chevron maupun jurusan Teknik Perminyakan memang patut diacungi jempol.

Tidak ada kata rugi setelah mengikuti program pelatihan ini. Selain mendapatkan materi yang sangat penting, kami juga diberikan kesadaran bahwa laboratorium2 yang ada di kampus ITB ini jauh dari kategori baik atau bagus. Entah itu dari variabel keselematan ataupun kesehatan di lingkungan laboratorium.

Tidak hanya materi, pematerinya pun orang-orang berkualitas yang dimiliki chevron dan mereka dengan sangat rendah hati mau berbagi ilmu. Di samping itu ,peserta juga dimanja dengan berbagai hidangan konsumsi yang disajikan selama pelatihan dan souvenir yang dibagi-bagikan buat peserta yang mampu menjawab doorprize. Peserta juga mendapatkan tas berisi modul, pulpen, dan notebook.

sertifikat gw

perlengkapan workshop

Satu hal lain yang membuat saya kagum dengan Chevron adalah kerendahan hati mereka untuk siap menerima kritik dari peserta dalam sebuah proses evaluasi harian yang mereka sebut plus-delta untuk memberikan kritikan membangun dalam upaya memperbaiki performa Chevron ke depannya. Lebih hebatnya lagi, apa yang disampaikan langsung diperbaiki keesokan harinya. Sungguh benar-benar profesional.

Tagged: , , , , , , , ,

§ 6 Responses to Good Laboratory Practice

Tinggalkan komentar

What’s this?

You are currently reading Good Laboratory Practice at I Think, I Read, I Write.

meta