Apa Kabarmu Ayah?
Juni 29, 2014 § Tinggalkan komentar
Pertengahan tahun 2014. Tidak terasa, hampir separuh tahun sudah berjalan. Banyak yang terjadi dalam hidup gue sejak Janus, dewa bermuka dua, muncul di awal tahun ini. Seperti kelaziman dalam hidup, selalu ada yang datang namun selalu jua ada yang pergi. Hidup ini selalu berupa keseimbangan.
Awal tahun, gue kehilangan sosok Ayah. Sosok jagoan pertama dalam hidup gue. Ia menghembuskan nafas terakhir bada solat subuh, 21 Januari 2014. Tidak ada sakit yang mendahului. Bahkan sebelum wafatnya, Ia menyelesaikan amanah-amanah yang masih tertunda. Rabb, betapa Engkau memberikan pertanda bahwa ada pekerjaan yang belum terselesaikan. Dan Engkau membimbingnya untuk menutup apa yang masih terbuka sebelum jiwa terpisah dari raga.
Apa kabar, Ayah?
Masih terngiang di ingatan saat engkau sanggup memikul beban walau ia di luar batasan. Kau senantiasa tersenyum dalam setiap derita. Kau selalu membantu meskipun kau butuh. Ayah, tak pernah keluhmu mewarnai hari. Tak gagah tubuhmu ketika dipandang. Tak banyak uangmu jika dijumlahkan. Namun bukan itu yang selalu kau ajarkan.
Kau, dalam diammu, dalam tawamu, dalam senyummu selalu mengajarkan kami bahwa berbuat baiklah pada setiap orang, jalin silaturahim karena itulah kunci sebuah kebahagiaan. Mungkin kau tak pandai merangkai kata, atau berdansa dalam tulisan indah. Namun mata ini menjadi saksi bahwa setiap gerakmu adalah wujud dari katamu.
Apa kabar, Ayah?
Kehilanganmu masih meninggalkan sesak di dada. Belum lama engkau berpulang, keluarga baru pun datang. Ia adalah sosok gadis asli Sunda. Walau kami berasal dari fakultas di kampus yang sama, kami tak pernah mengenal satu sama lain. Hanya tahu sebatas nama. Tapi Allah lah yang menuntun langkah kami, yah. Dan 18 April 2014 menjadi hari sakral itu. Saat aku berjanji di depan wali untuk membersamainya dalam setiap langkah dan ucap. Momen ini lah yang sebelumnya engkau idam idamkan. Melihatku bersanding di pelaminan. Maaf ayah, ia tak terwujud ketika engkau masih ada.
Bukan, kedatangan keluarga baru bukan untuk menggantikan posisimu di hati kami. Ayah tetap ayah terhebat yang pernah ada.
Apa kabar, Ayah?
Mungkin engkau tak bisa melihat anggota baru keluarga kita. Namun kelak akan kuceritakan pada jagoan kecilku bahwa mereka mempunyai datuk, begitulah biasanya cucu yang lain memanggilmu, yang sangat hebat. Yang mampu mendidik ketujuh anaknya dalam kondisi serba minus.
Iya ayah, ramadhan kali ini kami akan tanpamu. Kami harus membiasakan diri. Selama ini engkau yang senantiasa memimpin buka puasa bersama. Engkau jua yang paling bersemangat menyiapkan menu ifthar untuk dibagikan kepada tetangga.
Ayah, apa kabarmu?
Semoga engkau tenang di alam sana. Dengan segala kebaikan dan kelapangan. Tak putus, doa selalu kami panjatkan.
-Bintaro, 29 Juni 2014-
Tagged: apa kabar ayah
Tinggalkan Balasan