Uncharted

Februari 19, 2013 § Tinggalkan komentar

love

Cinta hanya dapat dirasa, tak bisa dipaksa. Tak peduli berapa berat untuk mencoba, karena hati hanya bisa disentuh oleh hati. Tak bisa digurui, tak bisa didikte. Ia tak nampak, tak berujud. Laksana napas yang sedia berhembus, maka ia pun masuk tanpa tersadar. Tetiba hati mulai bergetar.

Inikah cinta? Manusia bertanya!

Inikah cinta? Manusia merasa!

Banyak yang bahagia, tak sedikit yang merana. Yang bahagia berarti menemukan dia yang selalu siap sedia menerima kekurangan, menjadi bijak dengan kelemahan dan menjadi tangguh dengan kealpaan, sang pasangan. Menemukan hati tempat berlabuh, menemukan telinga tempat mengeluh.

Bagi mereka yang bahagia, Jodoh itu hebat. Di antara milyaran manusia yang hidup di muka bumi, di antara manusia yang lahir dalam jumlah 7 stiap detiknya, kita mampu menemukan ia. Seorang asing, yang mungkin baru beberapa saat kita kenal. Seseorang asing yang mau berbagi beban bersama, seorang asing yang bahkan tidak ada secuil pun cintanya sebanding dengan cinta ibu kita. Tapi kita mau, melakukan itu semua demi ia yang tercinta.  Ia berupa palindrome, dari depan dan dari belakang, ia tetap sama. Ia bisa menjadi baik dari arah manapun. Tetap indah.

Bagi mereka yang merana, cinta tak lebih dari sekedar kata kata. Ibarat nasi, ia sudah basi. Diksi pun menjadi tak berarti, klise. Dunia seolah runtuh, tidak adil dalam bersikap. Bagaimana mungkin, mencintai tak harus memiliki. Bagaimana mungkin cinta tak bisa berubah definisi. Ia tak mampu menembus kotak-kotak marjinal antara sahabat, teman, dan pasangan.

Bagi mereka yang merana, cinta tak ubahnya sebuah karma. Terjebak dalam nostalgia lama. Terkungkung, diam, terjerembab dalam siluet kisah yang kelam. Tak mampu keluar, atau sebenarnya tak mau keluar?

Ah gue tak mengerti cinta. Ia terlalu rumit untuk dicerna.

Tapi apa yang kini dirasa pasti berbeda. Sudah saatnya menghalalakan cinta? Tapi apa daya tangan ini tak kuasa. Manusia adalah hamba, tak berkenan menolak, tak kuasa mengelak. Hanya bisa berusaha dan berdoa. Bahwa Rabb, Sang Maha Pemilik Hati. Ia yang menggenggamnya, Ia juga yang membolak-balikkannya. Jika ia yang terbaik, insyaallah tak ada yang bisa menghalang. Dimudahkan, dilancarkan, ditenangkan.

Namun jika ia bukan orang yang terbaik, Ia akan menunjukkan jalan yang lebih baik. Bahwa kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita pinta, tapi yakinlah kita pasti mendapatkan apa yang kita butuhkan. Menikah dengan siapa itu penting. Tapi Lebih penting lagi respon kita dengan jodoh yang sudah ditentukanNya.

Ah ceracau apa ini.. Lagi lagi gue tak mengerti.

Meraba raba hati, adakah yang salah. Mengorek-orek sikap, adakah yang cacat. Ada, pasti ada. Lantas tidak adakah kesempatan itu? Lenyapkah ia sudah? Atau ada alasan lain yang bikin gue ga ngerti?

Cinta, tak pernah lekang untuk dicerna.

Karena sesungguhnya perasaan tidak bisa dipaksa, ia hadir dalam bentuk yang tidak direncanakan. Datang dengan spontanitasnya sendiri. Muncul dalam suatu dimensi yang abstrak, tidak terimaji, tanpa wujud.

Sia sia saja bagi mereka yang mencoba memaksakan cinta, apalagi membunuh dengan sengaja. Karena ia tanpa citra, biarlah ia menghilang dengan sendirinya. Perasaan itu sulit dimengerti, jenderal.

Kau bisa mencintai siapa saja yang kau suka, dengan dan atau tanpa alasan. Tapi untuk menjadi dicintai, itu hal yang berbeda.

Cobalah meraba raba hati, benarkah ia yang selalu terpatri. Tidak sempatkah Tuhan menjadi saksi bahwa benar cinta itu suci? Terlibatkah Ia dalam setiap aksi? Atau hanya berdoa saat tak ada lagi tempat untuk ditangisi?

Ga usah ditanggepin, eneg bacanya pun ga masalah. Sekali sekali gue nulis yang kyk gini :D.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Uncharted at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: