4 langkah Mempersiapkan Si Pemimpin Kecil

Oktober 4, 2013 § 2 Komentar

save“Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan”

Terkisah seorang anak yang agak tuli dengan kemampuan inteligensia di bawah rata-rata, pulang ke rumah dengan tertunduk lesu dan membawa secarik surat yang kemudian ditunjukkan kepada ibunya. Surat yang berasal dari guru sang anak tersebut berbunyi “Tommy, anak ibu sangat bodoh, kami meminta Anda untuk mengeluarkannya dari sekolah”.

Membaca surat tersebut, perih hati sang ibu. Namun ia bertekad akan mendidik anaknya dengan caranya sendiri. Ia akan mematahkan semua persepsi orang tentang Tommy.

Kini, kerja keras sang ibu telah berhasil membuat kita menikmati indahnya malam hari dengan sinar lampu. Anak bodoh itulah yang kemudian menjadi salah satu pionir keberadaan perusahaan General Electric yang menggurita hingga saat ini. Wanita tersebut adalah Nancy Matthews Edison, ibu dari penemu lampu pijar Thomas Alfa Edison.

Begitulah peran seorang ibu. Ketika semua memicingkan mata, ibulah yang selalu mengulurkan tangan memberikan semangat. Ketika dunia bermuram durja, ibu yang mengangkat kita hingga ke atas nirwana.

Rumah adalah sekolah pertama untuk seorang anak dengan sosok ibu sebagai pendidik utama. Berbicara masalah hubungan ibu dan anak berarti mendikusikan bagaimana melahirkan seorang pemimpin masa depan. Ibu, tidak dapat dipungkiri adalah garda terdepan dalam menyiapkan bekal kepemimpinan dari setiap individu yang lahir. Dalam ulasan sejarah, kita selalu disajikan oleh peran seorang ibu di balik kehebatan pemimpin-pemimpin tangguh

Ability can take you to the top. But it takes character to keep you there (Zig ziglar)

Pemimpin sendiri adalah hasil integrasi antara potensi dan karakter kepemimpinan. Setiap individu mempunyai potensi untuk memimpin tapi tidak banyak yang memiliki karakter. Seperti apa yang tersebut oleh John Locke dengan teori tabularasanya bahwa anak diibaratkan kertas putih tak berwarna, kitalah (orang tua) yang memberi goresan dan lukisan sehingga tergambar sesuatu seperti yang kita harapkan. Potensi tersebut akan dorman jika tidak ditopang oleh peran orang tua yang membentuk karakter kepemimpinan seorang anak.

The only thing in the world not for sale is Character (Antonin Scalia)

Lalu untuk membentuk pemimpin dengan karakter dan potensi kepemimpinan yang hebat, siapakah yang paling berperan? Tugas mulia kedua orang tua sebagai pewaris, penjaga dan pemelihara nilai-nilai yang diturunkan kepada seorang anak. Tetapi Ibu tetap dan selalu menjadi orang terdekat yang mendapatkan porsi paling besar dan bertanggung jawab dalam pembentukan karakter para pemimpin bangsa.

Seperti apa peran seorang ibu guna menyiapkan pemimpin-pemimpin hebat? Mari simak empat langkah berikut

1.       Membekali Diri Sejak Dini

 Great mom had great child

Untuk menyiapkan seorang pemimpin yang hebat maka diperlukan ibu yang hebat. Ibu yang hebat lahir dari kebiasaan-kebiasaan yang menuntut mereka untuk menjadi cerdas secara akal dan moral, menjaga diri dengan asupan-asupan pengetahuan yang menjadi bekal untuk menyiapkan generasi mendatang yang cemerlang. Pendidikan menjadi salah satu faktor kunci. Wanita berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi para pria juga bukan untuk mendapatkan pengakuan atas hak-hak kesamaan akan status sosial. Seorang wanita bertanggung jawab melahirkan generasi yang cemerlang sehingga pendidikan menjadi variabel yang penting dalam proses persiapan tersebut.

You teach a man, you teach a man. You teach a woman, you build a generation

Bahkan menyiapkan pemimpin yang hebat bukan sejak dalam kandungan tapi sejak memilih pasangan. Ibu yang baik, yang memiliki visi ke depan atas seperti apa anaknya kelak harus senantiasa memikirkan hal tersebut. Mereka harus memikirkan bagaimana pasangannya kelak dapat memberikan dukungan dalam melahirkan generasi penerus yang peka terhadap permasalahan sekitar.

Harus disadari bahwa sehat fisik dan akal sangat dipengaruhi oleh apa yang dikonsumsi oleh sang ibu pada saat mengandung. Bukan hanya asupan makanan seperti folat, protein, vitamin dan sebagainya namun juga asupan akal dan ruhani yang sangat mempengaruhi emosi sang ibu yang secara emosional berkorelasi terhadap pertumbuhan kejiwaan bayi tersebut sehingga tumbuh pemimpin yang sehat jasmani dan rohani.

2.       Menerapkan Pola Asuh yang Tepat

Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein” yang kemudian diserap oleh bahasa perancis pada abad ke 14 menjadi “caractere” dan kemudian diadopsi oleh bahasa inggris “character”. Karakter berarti suatu sifat atau watak yang membedakan seseorang dengan orang lainnya. Seorang pemimpin haruslah memiliki karakter kepemimpinan yang kuat.

Untuk mempersiapkan seorang pemimpin maka diperlukan pendidikan karakter yang dibangun sejak awal dan dapat terefleksikan dari pola asuh yang digunakan oleh orang tua. Pola asuh sangat berperan penting dalam menentukan karakter seorang anak.

Pola asuh adalah proses interaksi antara seorang anak dengan orang tuanya yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis serta norma-norma yang berlaku disuatu masyarakat. Menuut Hurlock, Hardy dan Heyes pola asuh dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif.

Pola asuh otoriter terindikasikan pada interaksi orang tua yang terlalu memaksakan kehendak dan memegang kendali aturan secara penuh dan terkadang bersifat “memaksa” tanpa melibatkan aspek-aspek komunikasi dua arah.

Pola asuh demokratis melibatkan anak dalam setiap pengambilan keputusan. Pola interaksi seperti ini membentuk karakter anak yang tenang, siap berdiskusi, kreatif dan peka terhadap solusi. Sementara pola asuh permisif bertendensi pada kebebasan penuh yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dalam mengambil setiap keputusan. Pola asuh permisif terkadang berujung pada ketidakpedulian terhadap resiko yang diambil.

Untuk menyiapkan pemimpin masa depan, pola asuh yang ditanamkan sebaiknya berakar pada nilai-nilai moral dan etika yang dilandasi oleh kepekaan terhadap permasalahan sosial. Latih mereka untuk lebih bisa berempati dan bersimpati terhadap realita sosial dan aktif melibatkan mereka sehingga timbul kesadaran untuk membenahi apa yang menurut mereka kurang baik dan mempertahankan apa yang baik.

Menurut psikolog anak dan keluarga,  Anna Surti Ariani, orang tua haruslah berada pada posisi sejajar dengan anak dalam kegitan parenting. Seorang ibu sebaiknya menerapkan pola asuh moderat yang membuka ruang diskusi dan memandang mereka sebagai partner yang sejajar sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka.

3.       Memberikan Keteladanan

Dalam pepatah jawa tersebut “kacang mangsa tinggal lanjaran” atau buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya. Karena sikap, karakter, dan perilaku anak adalah buah dari pengamatan dan proses meniru orang tua terutama ibu maka untuk melihat seperti apa seorang anak berperilaku tengoklah seperti apa ibunya. Children see children do.

children

Karena setiap pribadi adalah pemimpin, setidaknya atas diri mereka masing-masing, seorang ibu dituntut untukmemberikan keteladanan tentang bagaimana memimpin diri sendiri dan memimpin orang lain dengan membiarkan si kecil mengamati tindak tanduknya. Ibu, sebagai pemegang nilai-nilai dan guru peradaban, harus memberikan contoh-contoh yang sejatinya dapat menjadi model bagi anak dalam aktifitas dan tingkah polah sehari-hari.

Seorang ibu harus mampu memberikan keteladanan dalam bersikap karena anak-anak adalah imitator terbaik. Mereka akan selalu meniru dan mengimitasi apa yang terindra. Keteladanan ini yang kemudian akan membentuk kebiasaan dan kebiasaan tersebut lama kelamaan akan menjadi karakter.

Berdasarkan teori oleh Stephen R.Covey terdapat tiga teori pembentukan karakter. Determinisme genetis yang menyebutkan bahwa karakter seseorang diwarisi sejak kakek-nenek terdahulu. Determinisme psikis, karakter yang diturunkan dari kedua orang tua dan determinisme lingkungan, karakter yang dibentuk hasil tempaan suatu lingkungan. Para psikolog banyak yang menjadikan teori determinasi lingkungan sebagai landasan.

Lingkungan terdekat bagi si kecil adalah apa yang dapat mereka jangkau dengan indra mereka secara langsung dan ibu adalah lingkungan itu sendiri.

Sembari menceriterakan bagaimana kisah para pemimpin-pemimpin hebat agar tertanam dalam otak bawah sadar mereka tentang para pemimpin, berikan mereka contoh dan keteladanan dalam bersikap. Bagaimana seorang pemimpin dilihat dari hal-hal kecil yang mereka lakukan setiap harinya.

4.       Full Time Mother

Ibu, bagaimanapun juga, tetaplah seorang wanita yang memiliki keterbatasan dan kelemahan. Di antara keterbatasan tersebut adalah dinamika aktifitas yang terbentur oleh variabel waktu.Tidak sedikit wanita yang bekerja di luar rumah, menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk kebutuhan kantor dan menyaingi tugas utama mereka sebagai ibu. Pada akhirnya situasi tersebut menjadi dalih bahwa apa yang mereka lakukan dalam kerangka membantu pemenuhan kebutuhan keluarga.

Ibu dengan porsi waktu dominan di rumah memiliki peluang lebih besar menyiapkan putra-putri yang kelak menjadi pemimpin. Pendapat ini pasti akan sangat kontroversial mengingat working mother memiliki alasan tersendiri untuk bekerja misalnya sebagai jaminan keamanan finansial ketika terjadi sesuatu pada seorang suami. Tetapi pada dasarnya tugas tersebut bukan domain primer seorang ibu.

Pola-pola pendidikan juga akan berbeda mengingat ibu yang bekerja di luar kantor memiliki keterbatasan waktu untuk berinteraksi. Semua pilihan ada konsekuensinya. Yang jelas anak seperti apa yang diproyeksikan akan tumbuh di masa depan bergantung dengan bagaimana peran ibu dalam mengatur waktu.

Semoga empat langkah di atas dapat menjadi referensi dalam mempersiapkan si pemimpin kecil.

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with stephen r.covey at I Think, I Read, I Write.