#13 Putra Abu Sandra

November 5, 2013 § Tinggalkan komentar

Cerita kali ini adalah tentang seseorang yang cukup dikenal di kalangan SMA N 3 Palembang, khususnya di angkatan gue. Nama lengkapnya Putra Abu Sandra tapi kami lebih mengenal dia dengan “Putra”. Bareng-bareng gue sejak sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. Gue juga bingung kenapa putra selalu menjadikan gue sebagai role model hingga pilihan sekolah pun harus disama-samain. uhuk!.

Di sekolah menengah pertama, doi tidak terlalu menonjol secara akademis. Biasa-biasa saja. Namun Putra terkenal sebagai sosok “jagoan”. Dia kedapatan beberapa kali berkelahi dengan teman satu sekolah. Mulai dari masalah kecil hingga masalah sensitif. Misalnya ditanya tentang berat badan.

Dia berpedoman pada anekdot dari kota asalnya, sekayu “Mati dem asal top” atau bahasa indonesianya adalah tidak masalah mati, asal terkenal. Yah mirip-mirip wise word nya kurt cobain, Nirvana :D.Digital Camera

Pernah suatu ketika, Putra berkelahi karena membela teman satu bangkunya. Ia tidak rela temannya disakiti karena di PHP-in. Dia memang tipikal orang yang membela kebenaran dan persahabatan. Sangat cocok untuk menggantikan kotaro minami di balik kostum satria baja hitam. Fyuh!!

Cerita dengan seragam putih-biru berlalu begitu cepat saat gue bertemu lagi dengan Putra di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Palembang. Di masa orientasi, gue baru tahu kalo Putra ternyata ikut ‘terjerumus’ dalam organisasi siswa intra sekolah atau OSIS. Entah apa yang membuatnya tertarik bergabung dengan unit tersebut. Padahal gue pengen merokemendasikan dia untuk gabung unit debus atau smackdown.

Gue sejak awal diwanti-wanti untuk tidak terlibat secara langsung dalam OSIS. Entah kenapa gue bersyukur atas keputusan tersebut. Soalnya yang gue denger, anak OSIS itu sangat sibuk dan sering dimarahi oleh seniornya. Belom lagi mereka juga tidak jarang latihan tari. Gue bingung, ini OSIS apa sanggar tari. Yakali saat mau bertemu perwakilan organisasi satu SMA mereka harus berjalan sambil jinjit ala balerina.

Selain itu, menjadi anggota OSIS juga berarti harus menjaga wibawa di depan siswa lainnya. Buset dah, kalo jalan kudu tegap, pasang pose berwibawa bak tentara penjaga perbatasan negara Indonesia-Papua Nugini.

Dan, terpilihlah saat itu Putra sebagai Ketua OSIS. Gue bangga punya temen SMP yang awalnya biasa-biasa saja dapat bertransformasi menjadi sosok kredibel yang sangat dipercaya oleh satu sekolah. Menjadi ketua OSIS berarti meningkatkan pamor di mata guru dan siswa satu sekolahan. Coba tanya kepada penjual mpek-mpek di Kantin. Siapa yang tidak kenal putra.

“Oh Putra. Yang suka ngutang kalo makan mpek-mpek kan?”.

Putra tetiba berubah menjadi sosok yang diandalkan oleh sekolah untuk memegang komando terhadap organisasi di bawah OSIS. Dan gue kehilangan sosok putra yang lugu, imut dan menggemaskan. Kucing gue, kemana aja lo!

Entahlah bener atau tidaknya, suatu ketika gue mendengar cerita dari salah seorang anggota OSIS lainnya. Sebut saja namanya Arsyad. Arsyad berseloroh bahwa semasa di OSIS, setiap junior pasti memiliki julukan masing-masing. Arsyad misalnya, dia berkata bahwa para senior selalu memanggilnya dengan “si ganteng”. Selepas dia cerita, gue dan beberapa orang temen langsung muntah di tempat. Sementara Putra, karena fisiknya yang lebih kecil dibandingkan dengan anggota OSIS yang lain, dikenal dengan “anak gelok (toples)” sebuah istilah lain untuk menyebut bayi tabung, what a n(l)ame!.

Putra adalah last born dari semua anggota IPA A. Dia baru masuk ke kelas kami pada saat naik kelas 3 SMA. Menggantikan Mariska yang harus menjalani program pertukaran pelajar ke Amerika. Jadilah kelas kami kehilangan sosok hebat dan digantikan oleh sosok hebat lainnya. Sayang, Putra ternyata memilih Edo sebagai teman sebangkunya,,,hahaha.

Meskipun duduk di bangku paling belakang bersama biang keributan, Putra tetep mampu menunjukkan kemampuan akademis yang signifikan. Dia adalah contof figur pekerja keras. Di tengah sulitnya soal-soal ujian masuk UGM, dia mampu lulus dan menembus jurusan Teknik Sipil. Di saat yang bersamaan, gue menyelesaikan soal bangun ruang pun sampe panas dingin.

Ilmu “jagoan” putra ternyata masih membekas hingga SMA. Pernah, suatu ketika kami pulang dari menghabiskan liburan di Bandar Lampung sehabis ujian semester. Saat itu kami tengah bersantai di dalam kereta yang tengah berhenti di Stasiun baturaja, daerah antara Palembang dan Lampung. Di saat tengah bersantai untuk menghibur hati gegara kehabisan uang saat liburan, datanglah para pengamen yang lebih mirip pemalak menyusuri gerbong-gerbong kereta hingga tiba di bangku kami. Saat gue dan yang lain pura-pura tertidur, Putra lah yang berani menghadapi para pengamen tersebut dengan mengeluarkan obeng dari dalam tas saat para pengamen telah meninggalkan kereta.

Sebuah cerita yang cukup heroik. Sepertinya layak untuk diliput oleh kick andy dengan judul “Jagoan dengan obeng”.

Kami bersyukur Putra menjadi salah satu mahasiswa UGM karena kami tidak perlu membayar tempat penginapan saat liburan ke Jogja, hehe. Selepas sarjana, Putra melanjutkan pendidikannya hingga meraih gelar master di jurusan dan kampus yang sama. Sebuah prestasi luar biasa dari anak Sekayu ini.

Tahun lalu, Putra berkoar akan menikah sehabis lebaran. Wah, saat itu kita sudah heboh mendengar pernyataan tersebut. Ternyata Putra lah pria pertama yang akan menikah mewakili rombongan IPA A. Tetapi apa mau dikata saat dia bilang

“Iya bener sehabis lebaran, tapi belum tentu lebaran kapan”

Sial, saat itu kami merasa dibohongi. Perih, sakit.

Dan ternyata, kebenaran dari kata-kata putra terwujud dalam sebuah pernikahan sehabis lebaran idul fitri tahun ini, satu tahun selepas ia mengucapkan niatan nikahnya di grup facebook. Putra menikahi gadis jawa.

Selamat bro, ente meraih gelar ke 13 dan juga cowo ke-2 IPA A yang menikah. Congratz!!.

Iklan

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with Putra Abu Sandra at I Think, I Read, I Write.

%d blogger menyukai ini: