Muramnya Pelayanan Kesehatan di Negeri Kita

Oktober 7, 2009 § 2 Komentar

Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin merasa dihargai, ingin dilayani, ingin mendapatkan kedudukan yang sama  di mata masyarakat. Kebutuhan ini adalah wujud dari level kedua Teori Maslow. Akan tetapi sering terdapat dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia. Sudah begitu banyak kasus yang menggambarkan betapa suramnya wajah pelayanan kesehatan di negeri ini. Seolah-olah pelayanan kesehatan yang baik hanya diperuntukkan bagi mereka yang memiliki dompet tebal. Sementara orang-orang kurang mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan proporsional. Orang-orang miskin sepertinya tidak boleh sakit.

Tidak dapat dimengerti apa yang membuat adanya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dalam domain pelayanan kesehatan. Dokter yang ada di berbagai rumah sakit sering menunjukkan jati dirinya kepada pasien secara implisit. Bahwa menempuh pendidikan kedokteran itu tidaklah murah. Oleh sebab itu sebagai buah dari mahalnya pendidikan yang harus ditempuh, masyarakat harus membayar arti hidup sehat itu dengan nominal yang luar biasa.

Mungkin paradigma awal ketika seseorang memilih jalan hidupnya sebagai seoang dokter mengalami disorientasi. Pengabdian kepada masyarakat dan bangsa bukanlah menjadi faktor yang mendominasi keinginan seseorang menjadi dokter. Ada faktor-faktor komersialisasi yang terkadang melandasi seseorang dalam menempuh jalur kedokteran sebagai pilihannya.

Tulisan ini bukan dibuat untuk mendiskreditkan seorang dokter, sama sekali tidak. Dokter adalah pekerjaan yang sangat mulia. Dokter merupakan posisi yang menjadikan seseorang dapat lebih menghargai kehidupan. Substansinya adalah dewasa ini gambaran seorang dokter yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah komersialisasi pekerjaan bukan pelayan kesehatan. Seandainya paradigma-paradigma yang mengalami disorientasi tersebut dapat diluruskan maka posisi seorang dokter akan kembali pada tingkatan yang mulia.

Pelayanan kesehatan sepertinya sering tidak sebanding dengan mahalnya biaya yang dikeluarkan. Rumah sakit terkadang tidak melayani pasien dengan baik dan ramah. Dokter terkadang melakukan diagnosis yang cenderung asal-asalan. Belum lagi perawat di rumah sakit sering malas-malasan jika bekerja. Salah seorang pernah berkata bahwa rumah sakit di Jepang tidak menyediakan fasilitas hiburan seperti televisi bagi para pegawai rumah sakit. Dengan demikian kondisi kerja akan jauh lebih kondusif karena konsentrasi tidak akan terpecah antara urusan pekerjaan dan hiburan. Sementara di Indonesia keberadaan televisi bagi pegawai rumah sakit adalah sebuah keniscayaan. Sebenarnya kondisi ini dapat merusak produktivitas kerja. Meskipun selalu ada pembenaran bahwa profesionalisme selalu dijunjung tinggi dalam menjalani profesi. Tidak jelas kevalidan wacana tersebut, namun tampaknya melihat kondisi rumah sakit yang ada di Indonesia dengan pelayanannya, wacana tersebut ada benarnya terlepas dengan kondisi yang ada pada rumah sakit di Jepang.

Suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya peranan dokter ataupun Menteri Kesehatan dalam perwujudan hidup sehat melainkan partisipasi semua masyarakat. Harus ada perubahan pandangan dalam upaya untuk hidup sehat. Dokter dan semua elemen dalam dunia kesehatan harus lebih peduli terhadap masyarakat. Aspek-aspek sosial haruslah dijunjung tinggi bukan hanya aspek finansial yang mendapatkan porsi perhatian secara lebih. Begitu juga dengan masyarakat harus bersinergi dengan pelayan kesehatan tersebut dengan menghargai dan melakukan respon yang positif terhadap posisi mereka sebagai pelayan masyarakat. Memang solusi ini terkesan teoritis. Akan tetapi perlu disadari bahwa perubahan itu tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba. Perubahan membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan. Nampaknya apa yang Aa’ Gym sampaikan mengenai konsep perubahan sangatlah relevan dengan kondisi sekarang.

Kiat mengubah bangsa : mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang paling kecil dan dianggap sepele dan mulailah sekarang juga.

Jadi, perubahan arah kebijakan bangsa akan pelayanan kesehatan harus dimulai dari diri sendiri. Seorang dokter harus menjunjung tinggi kode etik seorang dokter dan melayani masyarakat dengan penuh kesantunan. Pun halnya dengan masyarakat harus menjaga kesehatan dengan sebaik mungkin dan jika mengidap penyakit haruslah menggunakan cara yang baik juga dalam konsultasi ke dokter terkait. Begitu juga dengan keberadaan pihak-pihak lain yang terlibat dalam ide besar untuk hidup sehat. Mulai dari hal-hal yang paling kecil merupakan nasihat yang sangat bijak. Langkah yang diambil haruslah dari yang terdekat dan kita anggap sepele. Dengan demikian maka hal tersebut akan temanifestasi dalam diri dan siap untuk melakukan perubahan-perubahan yang lebih besar.

Kiat mengubah bangsa yang terakhir adalah mulai dari sekarang juga. Mengapa harus menunggu untuk melakukan sebuah kebaikan. Bukankah waktu tidak akan pernah berputar kembali. Manfaatkan setiap kesempatan yang ada dan jadikan hal tersebut sebagai pelecut motivasi kita bahwa hari esok belum tentu ada. Jadi mengapa harus  menunggu sampai hari esok apa yang dapat kita lakukan saat ini, sekarang juga. Oleh karena itu, perubahan sekecil apapun haruslah dilakukan jika kita ingin menjadikan pelayanan kesehatan di Indonesia lebih baik.

Dua hal yang dijelaskan sebelumnya mengenai mahalnya harga hidup sehat dan pelayanan kesehatan di Indonesia adalah dua hal yang sangat terkait. Stigma yang hadir di tengah-tengah masyarakat saat ini adalah biaya kesehatan yang mahal tidaklah ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang memadai. Dua hal yang seharusnya tidak beririsan sama sekali. Karena berbagai faktor pelayanan yang kurang baik orang-orang dengan kantong tebal lebih memilih berobat ke luar negeri. Karena mahalnya biaya untuk berobat justru rakyat kecil memilih jalur alternatif bahkan yang berbau klenik sekalipun sebagai shortcut untuk sembuh. Dua mata uang yang sangat berbeda antara kedua kondisi di atas.

Memilih berobat ke luar negeri tidak bisa dianggap sebagai sebuah tindakan mengkhianati bangsa. Karena kenyataannya rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia tidak memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk memberikan kredit jaminan kesehatan lebih baik pada pasiennya. Namun ada pihak-pihak tertentu yang melakukan perawatan ke luar negeri karena ketidakpercayaannya terhadap kapasitas dokter-dokter dan rumah sakit yang ada di negeri ini. Perspektif seperti ini mengundang banyak pertanyaan. Sebenarnya melakukan perawatan ke luar negeri berarti membunuh secara perlahan kinerja dokter dan rumah sakit lokal. Namun seharusnya hal ini jadi tamparan bagi para dokter dan rumah sakit untuk dapat meningkatkan kredibilitasnya sehingga kepercayaan pasien terhadap mereka dapat dijaga. Dengan demikian generalisasi akan kemampuan dokter dan rumah sakit yang kurang memadai dapat dihilangkan. Ketika kepercayaan masyarakat akan kapasitas dokter yang ada di Indonesia dapat dijawab dengan baik oleh dokter itu sendiri maka akan terjalin kerjasama yang sangat baik antara kedua belah pihak.

Begitu juga dengan mahalnya biaya kesehatan di Indonesia sehingga mengalihkan pandangan masyarakat kepada pihak-pihak tertentu yang juga dianggap dapat mengobati harus dicarikan solusi yang bijak. Bukan tidak mungkin kedepannya akan ada Ponari-Ponari lain yang akan membuka praktik pengobatan. Akal sehat masyarakat akan sangat mudah teracuni dengan hal-hal yang sangat bersifat sensitif seperti masalah kesehatan. Pemerintah sendiri telah membuat berbagai program untuk mengatasi masalah kesehatan bagi masyarakat kurang mampu.

Tantangan bagi pemerintahan yang akan datang ialah bagaimana untuk dapat terus meningkatkan keadaan kesehatan sambil merestrukturisasi dan mereformasi sistem kesehatan di era desentralisasi ini. Tugas yang paling penting ialah memberikan perhatian lebih kepada kondisi kesehatan utama, meningkatkan kelayakan kondisi kesehatan serta pemanfaatan sistem kesehatan, melibatkan peran swasta, mengevaluasi ulang mekanisme pendanaan kesehatan dan melaksanakan desentralisasi, termasuk juga menyangkut isu tenaga kesehatan. (http://www.civicus.org/new/media/indonesia.pdf).

Niatan baik oleh pemerintah haruslah bersinergi dengan semua pihak sehingga fenomena-fenomena mengenai masalah mahalnya biaya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang kuran baik dapat diperbaiki. Dengan demikian akses untuk hidup sehat tidak lagi hanya berada di kalangan mampu saja namun juga untuk kalangan kurang mampu. Selain itu pengembalian kepercayaan masyarakat kepada kinerja dokter dan rumah sakit yang ada di Indonesia juga harus mendapatkan perhatians secara lebih. Kerjasama yang terjalin secara baik akan memberikan dampak yang sangat positif. Seperti apa yang disampaikan oleh Ryunosuke Satoro tentang pentingnya arti kerja sama sangatlah saya sukai

Sendiri-sendiri, kita hanya setitik air. Bersama-sama kita adalah samudra

Sungguh sangat indah bukan pesannya. Kalimat yang menyadarkan kita akan pentingnya makna sebuah kerja sama bukan sama sama bekerja. Kerja sama akan meningkatkan efektivitas, efisiensi dan produktivitas kerja. Dengan demikian masalah kesehatan yang terjadi di negeri ini bukanlah sebuah momok lagi bagi rakyat Indonesia

Iklan

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with pelayanan kesehatan at I Think, I Read, I Write.

%d blogger menyukai ini: