N1 Pre-Unboxing Experiences
Desember 4, 2013 § Tinggalkan komentar
Lomba blog #AkudanOPPON1 telah usai saat gue menyadari bahwa tulisan yang gue sertakan dalam lomba itu belum mampu menggoyahkan iman juri untuk menjadikan gue sebagai pemenang. Mengapa oh mengapa Tuhan bukan aku yang menang? Ingin rasanya ku berlari ke hutan dan berteriak di pantai.
Di tengah ketermenungan, notifikasi email gue menyala. “Wah, ternyata surel dari OPPO. Kenapa mereka tetiba mengirimkan gue email?. Apakah mereka baru menyadari bahwa tulisan gue yang seharusnya menang dalam lomba itu?. Pasti ada konspirasi dunia di balik semua ini”. Pikiran gue mengawang-awang tak karuan. Lalu gue merencanakan misi balas dendam dengan meretas sistem keamanan OPPO seperti yang dilakukan para anonymous dengan topeng Guy Fawkes-nya. Sesaat gue menyadari bahwa gue mengalami delusi akut.
Dengan rasa percaya diri, gue membuka email tersebut. Melalui emailnya, OPPO mengundang “orang-orang terpilih” untuk hadir di sebuah acara dengan tajuk “Pre-Unboxing OPPO N1 Experience”, sebuah acara pre-launching OPPO N1 dengan menghadirkan mereka yang mempunyai afiliasi terhadap OPPO mulai dari Ofans (OPPO user), kaskuser hingga peserta lomba blog #AkudanOPPON1 -termasuk gue di dalamnya-. Acara ini diadakan untuk memperkenalkan OPPO N1 dan berbagi sensasi serta pengalaman menggunakannya.
Menurut gue, langkah yang diambil oleh OPPO adalah sebuah teknik mass marketing yang baik dengan mengedepankan pembentukan opini yang kemudian akan tersebar lewat metoda “ketok-tular”, teknik marketing jadul dan paling efektif dengan memanfaatkan promosi dari mulut ke mulut melalui orang-orang yang mempunyai latar belakang jejaring sosial yang baik.
Seth Godin dalam sebuah video tentang marketing membagi tipe konsumen produk ke dalam 4 kelompok: Innovators, early adopters, early and late majority, laggards (Grafik di bawah). Masih menurut Seth, Mass marketing is how you convince the first and second terms in curve. Artinya adalah bagaimana sebuah produk dapat meyakinkan para Innovator dan Early adopter untuk menggunakannya dan jika beruntung, mereka akan menceritakan apa yang mereka dengar dan rasakan kepada orang-orang di bagian lain kurva hingga tersebar di keseluruhan kurva yang menggambarkan ketersebaran konsumen. Dan, menurut gue metoda inilah yang OPPO lakukan untuk mempromosikan OPPO N1.
Acara diadakan di FX lantai 7, berdekatan dengan theaternya JKT48. Acara dimulai dengan sambutan dari Pihak OPPO dilanjutkan dengan fortune cookiesnya nabila, melody dan kru JKT48 lainnya. Khayalan gue terlalu tinggi!.
Sambutan disampaikan oleh product brand manager, Bp Kevin, yang walaupun terbata namun perjuangannya untuk menyampaikan sambutan dalam Bahasa Indonesia patut diapresiasi. Acara berikutnya adalah sharing session dari salah seorang yang beruntung mendapatkan kesempatan menggunakan OPPO N1 versi beta dan menceritakan pengalamannya.
Momen yang paling penting dari acara tersebut adalah saat setiap peserta diberikan keleluasaan untuk mencoba unboxing OPPO N1. Kami seolah berperan sebagai pembeli baru yang mempunyai hak untuk mengotak atik hape anyar tersebut mulai dari membuka plastik dan segel hingga mencoba menjalankan aplikasinya. Wah kami senang bukan kepalang. Ada peserta yang tertawa menggelinjang, beberapa langsung kayang, tak sedikit yang langsung terbang, loncat dari lantai 7.
Setelah mengotak-atik dengan seksama serta dipandu penjelasan oleh panitia, gue menyimpulkan terdapat beberapa terobosan yang menurut gue menjadikan OPPO N1 berbeda dengan telepon seluler lainnya
1. Kamera
Seri “N” Oppo adalah tipe handphone yang kekuatannya ada pada kamera dengan resolusi 13 MP. Kamera OPPO N1 adalah kamera pertama dengan kemampuan berotasi hingga 206 derajat pada sumbu-x. Jika X2, Y2 adalah (2,6) dan X1,Y1 adalah (3,4), buatlah garis linier dari koordinat tersebut. *sigh*, Why you convert our discussion into holly mathematics? horrible. Ok skip!.
Dengan besaran sudut tersebut, kita bisa mengambil foto dari banyak posisi. Jangan khawatir, jika selama ini kalian hanya bisa berpose dengan bibir manyun dari sudut tertentu, dan leher lo sakit gegara menyesuaikan dengan posisi kamera handphone, OPPO menjawab jeritan hati kalian.
Hasil jepretan dengan kamera OPPO sangat jernih. Temen gue yang mempunyai sense of photography yang baik bener-bener kagum dengan hasil kamera OPPO.
Kekhawatiran terbesar dari konsumen ponsel ini adalah durability kamera yang digunakan dengan rotasi sedemikian rupa dapat mengalami penurunan kualitas. Berdasarkan klaim dari pihak OPPO, kamera tersebut sudah diuji hingga 100 ribu kali. Jadi jika lo photo-geek dengan level 40 kali jepret rata-rata per hari, maka jangan khawatir, lo bisa bernarsis ria hingga 7 tahun lamanya.
Kamera ini sungguh mensupport para narsiswan dan narsiswati. Di era media sosial yang memberikan ruang pada “exhibitonist” yang sering berbagi meme, foto diri via Instagram, Path dan Facebook, kebutuhan akan foto yang baik menjadi suatu domain yang penting. Itulah mengapa aplikasi photo editor berjamuran mulai dari Camera 360, Picsart, dan lain lain. Namun, dengan kamera OPPO N1, kamu ga perlu semua aplikasi itu. Cukup menggunakan mode “beauty” maka muka kalian bisa bersih dan mulus seperti Christian Soegiono. Tanpa perlu diedit, tanpa perlu Vase*ine (bukan blog berbayar)
Untuk mengaktifasi kamera pun dapat dilakukan dengan banyak shortcut. Bukan hanya “roma” saja yang bisa ditempuh dengan berbagai cara. Kamu bisa membuat motion lingkaran pada screen sebagai salah satu cara untuk mengaktifkan kamera.
2. Color OS
Color OS ini adalah operating system bawaan OPPO, turunan dari si robot hijau (android). Color OS membuat OPPO lebih apik terutama dengan fitur-fitur motion yang lebih banyak dan unik. Lo bisa menyalakan musik, hanya dengan membuat garis dengan dua jari pada saat black screen dan mengganti track lagu hanya dengan membuat goresan (swipe) “>” atau “<” untuk forward dan backward lagu tersebut. Canggih? Memang!. Bahkan Tony Stark dan Jarvisnya belum mampu membuat teknologi secanggih ini.
Saat menonton video, cukup dengan membuat motion dengan menggerakkan jari ke atas atau ke bawah pada layar, lo berarti memberikan instruksi untuk menaikkan/menurunkan volume dan atau kecerahan layar.
Motion yang disupport oleh perangkat lunak Color OS membuat handphone ini sangat customize-able. Selain gesture untuk mengganti track lagu, ia juga dilengkapi dengan fitur “Guess Mode”. Dengan mode ini kita bisa menjaga kerahasiaan file dan data yang disimpan di ponsel sehingga identitas kalian sebagai Power Ranger tidak terbongkar.
3. Desain
OPPO memiliki desain yang ramping dengan layar 5,9 inch, sangat menopang untuk kebutuhan display kamera, games dan juga nyaman untuk digenggam. Saat lo mulai memegangnya, lautan seakan berhenti menguap menolak menjadi awan dan awan pun enggan turun menjadi hujan. Ah, puitis dan lebay memang berbeda tipis.
Dengan warna putih glossy, membuat OPPO tampak gagah dan elegan. Desain yang unik tidak hanya diberikan oleh ponsel melainkan juga kotak (box) nya. Kotak tersebut terbuat dari bahan yang durable dengan bentuk persegi ramping dengan sudut melengkung pada setiap pojoknya.
4. Baterai
Batere sungguh kritikal bagi pengguna handphone. Tidak salah jika kebutuhan manusia dewasa ini bukan lagi sandang, pangan dan papan melainkan sandan, pangan dan casan. Gue sering melihat orang-orang yang sibuk twit “mati lampu, huhuhu” saat aliran listrik di komplek perumahan mereka padam. Anehnya, mereka lebih memilih ngetwit dibandingkan menghubungi PLN. Logika yang sangat cerdas. Kondisi tersebut meyakinkan kita bahwa sebagian orang kehilangan daya nalarnya saat tidak ada listrik. No listrik, no casan. Yang artinya adalah tidak ada daya baterai.
Oleh karena itu, OPPO dibekali dengan batere 3500 mAH. Jadi kamu bisa mengaktifkan ponsel tersebut sambil menyalakan semua aplikasi dengan daya tahan baterai yang lebih lama.
5. O Click Control dan O Touch Panel
Dua fitur ini benar-benar menjadi terobosan untuk OPPO sebagai generasi baru handphone. O Touch Panel adalah sebuah teknologi untuk mengarahkan kursor lewat bagian belakang ponsel dengan luas area 12 cm kuadrat. Tim R n D OPPO terinspirasi dari trackpad laptop. Dengan adanya O Touch Panel, user bisa menggeser foto, scroll tanpa perlu menghalangi layar. Sebenarnya fitur ini tidak terlalu kritikal namun menjadi sebuah pembeda dengan handphone lain. Fitur yang bisa menjadi sebuah teknik positioning dan branding yang pas untuk OPPO guna meraih simpati masyarakat Indonesia.
Sementara O Click Control adalah teknologi nirkabel yang sedari awal difungsikan sebagai kendali pengambilan gambar kamera jarak jauh. Fitur ini memudahkan penggunanya untuk mengambil kamera dengan menggunakan koneksi Bluetooth. Jadi SAY NO! untuk timer.
Selain fungsi tersebut, O touch panel juga bisa digunakan sebagai “alarm” yang akan berbunyi jika jarak antara ponsel dan tombol ini berjauhan melebihi batas koneksi Bluetooth. “Om, om.. Hape aja pengennya deket-deketan. Masa Om ga!”.
Namun di balik kemewahan yang disiapkan oleh OPPO N1 hingga testernya menyebut ponsel ini sebagai genius phone, menurut gue peribadi masih terdapat kelemahan. OPPO menyediakan memori internal sebesar 16 GB. Sayang, memori ini tidak bisa diupgrade sehingga membatasi para gamer yang ingin memanfaatkannya untuk permainan-permainan yang memerlukan space memori cukup besar. Hal tersebut menjadi kritik saya terhadap keseluruhan OPPO N1.
Selain itu, di tengah industri telepon seluler yang semakin gencar, OPPO harus terus gencar melakukan inovasi dan positioning produk untuk memberikan segmentasi agar produk mereka memiliki “kekhasan” tersendiri. Mengapa? Karena ponsel dengan fitur umum hanya akan ditelan oleh nama besar Samsung, Iphone dan Blackberry di kancah industri ponsel Indonesia.
Aku, Dia dan OPPO N1
Oktober 24, 2013 § 10 Komentar
Gue berlari dengan peluh membasahi kemeja yang tampak semakin lusuh. Mengejar kereta yang hampir meninggalkan stasiun Depok Baru. “Hffft” gue menghela napas.
Seperti inilah aktifitas gue sehari-hari. Beradu dengan ganasnya ibukota demi mengejar gerbong-gerbong besi yang berjajar di sepanjang peron. Dan untuk kesekian kalinya gue nyaris terlambat masuk kereta tujuan.
Suasana di dalam kereta tidak kalah sengit. Desak-desakan sudah menjadi hal yang mutlak. Semua bau bercampur menjadi satu. Siapa yang tahu jika sirkulasi udara di dalam kereta ini adalah reaksi kimia antara oksigen dan amoniak. Namun seperti apapun kondisinya, kereta ini lah satu-satunya harapan untuk menghindari kemacetan di Jakarta.
Mengamati aktifitas penguni kereta adalah secercah kebahagian di tengah sesaknya kereta. Ada yang tertidur, sebagian memainkan smartphonenya dan sebagian lagi memilih berdiskusi renyah dengan rekanan hingga mata gue berhenti di salah satu sudut gerbong. Seorang wanita dengan jilbab biru teruntai tengah membaca sebuah buku. Di saat yang bersamaan seorang ibu-ibu tua mencoba meraih lengan gue agar keseimbangannya tetap terjaga. Pandangan gue tak terlepas dari sang wanita sembari mengamati buku apa yang ia baca. Hikmat, ia membaca “outliers”. Buku best seller karangan Malcolm Gladwell. Sejenak gue berpikir bahwa wanita itu adalah mahasiswi psikologi.
“Woi ngeliatin apaan lo”
Tersentak gue kaget ketika seseorang dengan suaranya yang cempreng memecah konsentrasi.
“Astaga lo bikin kaget aja” jerit gue sambil sewot.
Ternyata gue berdiri berdekatan dengan Wahyu, temen kuliah gue yang freak banget dengan gadget. Dia bahkan melengkapi namanya menjadi Wahyu “gadget” kurniawan. Anak satu ini memang rusuh. Dia selalu bikin kehebohan dalam keheningan. Bahasa gue puitis abis.
“Eh, gue ada info gadget baru nih” Wahyu tetiba mengeluarkan sebuah ponsel berwarna putih dengan desain unik dari dalam tasnya tanpa diberi aba-aba.
“Apaan sih lo, tiba-tiba ngomongin handphone!!” gue mencoba menanggapi sambil terus memandangi wanita berkerudung biru.
“Sini deh men, gue kasih tau lo barang bagus. ini ponsel baru dengan kualitas ungulan. Merknya Oppo”. Wahyu menjelaskan tanpa tedeng aling-aling.
“OPPO, Apaan tuh? Baru denger gue!” nyebelin juga nih orang, ujar gue dalam hati. Ganggu proses pengamatan aja.
Bak seorang sales promotion boy Wahyu mendeskripsikan OPPO dengan sangat detail. “OPPO itu ponsel keluaran China yang baru masuk pasar Indonesia pada April 2013. Sebelum datang ke Indonesia, OPPO sudah terlebih dahulu singgah ke Amerika, Vietnam, Thailand, Rusia dan Qatar.” Wahyu masih mencoba menjelaskan panjang lebar.
“Terus apa hebatnya” gue mencoba setengah hati menanggapi penjelasan dia tentang OPPO.
“Nah, sekarang gue kenalin lo ke generasi terbarunya, OPPO N1. Ponsel yang baru launching di pertengahan Oktober ini memiliki teknologi kamera yang bisa berputar 206 derajat dan kualitas gambar HD, cukup memenuhi spesifikasi lo yang doyan fotografi.” Wahyu menimpali.
“Oh serius lo. Terus apa lagi?”
“OPPO N1 dibekali dengan RAM 2 GB dan memiliki “Distance Sensor”. Jadi lo bisa moto orang dengan kendali jarak jauh hingga 50 meter. No More camera timer. Selain itu OPPO dibekali dengan teknologi O-Touch Panel dan Color OS. Dua inovasi yang belum dimiliki ponsel lain di dunia maupun di akhirat”. Wahyu masih menjelaskan dengan sedikit lebay.
Tidak kerasa, gue kebawa suasana penjelasan tentang gadget baru tersebut. Tanpa disadari kereta telah melaju saat mata gue mencari sosok gadis berkerudung biru yang telah hilang bersama dengan laju kereta. Argh, entah mengapa gue merasa kehilangan. Wanita ini bener-bener misterius. Ia begitu saja hadir dan tetiba mengisi hati gue bak kisah FTV picisan.
Oke, besok gue harus ketemu dia lagi. Gue harus tahu dia turun dimana dan kalo mungkin gue ajak dia ke penghulu buat menikah. Lo pikir ini sinetron. Tetiba kata-kata Paulo Coelho terngiang di kepala gue “If you really want something, then world will conspire to help you to achieve it”.
Entah mengapa besarnya rasa penasaran terhadap gadis berkerudung biru tetap saja bisa teralihkan oleh fitur canggih dan kerennya OPPO N1.
Gue yakin, ini bak sinyal/pertanda seperti apa yang terkisah dalam “The Alchemist”. Gue merasa terdapat chemistry antara gue, OPPO N1 dan gadis berkerudung biru. Gue langsung berburu OPPO N1. Setelah mempelajari fiturnya secara seksama, gue berkata “iya” untuk membelinya. Kebetulan hape gue yang lama udah soak.
Keesokan harinya, gue bangun lebih awal. Naik dari stasiun, gerbong dan jadwal keberangkatan yang sama. Cuma semangat gue yang beda.
Sesaknya suasana di dalam kereta seolah tak berasa. Mata gue hanya fokus mencari sudut gerbong. Voila, gadis itu persis berada di posisi yang sama dengan kemarin. Kali ini ia memadupadankan kerudung pink dengan rok jeans dan kemeja biru. Wah hari itu dunia seakan jauh lebih indah dari biasa. Gue seketika langsung teriak bahagia, loncat-loncat di dalam kereta. Sayup terdengar alunan merdu “Nothing gonna change my love for you” nya George Benson. Oke, gue lebay.
Cinta sejati itu sederhana. Tidak pernah rumit. Ia adalah penggalan dari misteri-misteri yang berulang. Gue sangat dan amat yakin bahwa gadis ini sepertinya jodoh gue. Dengan teknologi kamera oppo dan kualitas gambar HD, gue berhasil menjadi stalker handal. Dari jarak yang tidak begitu jauh, gue mencoba mengambil gambarnya yang sedang asyik dengan “Digital Fortress” Dan brown. Foto gadis tersebut akhirnya tersimpan di memori OPPO N1.
“Gotcha” gue sedikit berteriak saat berhasil menyimpan piksel-piksel gambar ke dalam memori OPPO N1. Saat gue sadar, banyak mata yang memandang sinis karena merasa terganggu dengan teriakan gue yang fals, termasuk sang gadis. Ia pun menatap gue lekat. Seakan sadar bahwa seseorang tengah memandangnya dalam.
Lidah gue tercekat, saat mata kami beradu pandang. Keanggunan wajahnya benar-benar bikin jantung gue meleleh. Gue pun langsung menunduk untuk menutupi raut muka yang semakin memerah.
Kereta pun berhenti di stasiun palmerah. Sang gadis ikut turun bersama penumpang lainnya. Sebelum turun ia sempat memandang sekilas ke arah gue dan seolah ingin mengatakan sesuatu. Gue pun hanya terpana ketika sekelebat ia kembali hilang tertelan oleh laju kereta yang menuju stasiun tanah abang, tempat persinggahan gue.
“Oke, beda satu stasiun doang. Besok gue harus berani kenalan.” Gue bergumam.
Hari berikutnya, dengan semangat membara bermodalkan foto kualitas HD yang ada di memori hape, gue kembali menaiki kereta di gerbong yang sama seperti kemarin.
Tapi ada yang beda hari ini, sudut gerbong tidak menunjukkan adanya tanda jilbab yang teruntai. Hanya seorang bocah lucu yang memamerkan giginya yang baru tumbuh ke arah gue yang memang masih terpaku.
Wanita itu tak nampak. Dan, pemandangan di dalam kereta juga berbeda dari biasanya. Kereta ini tak sesak dan penumpangnya pun tidak mengenakan baju kemeja rapih. Sial, ternyata ini hari minggu. Gue terlalu bersemangat hingga tidak menyadari hari tersebut adalah hari libur.
Senin pagi hari ini jauh terasa lebih indah daripada senin pagi selama 25 tahun hidup gue sebelumnya. Tidak lain tidak bukan karena gue akan bertemu lagi dengan gadis berkerudung biru. Dengan baju paling rapih dan semangat 45, gue melangkah keluar dari pintu rumah dan bersiap menuju stasiun dibekali keberanian membuncah.
Untuk mengabadikan gagahnya gue hari ini, gue puter kamera OPPO N1 menjadi kamera depan dan bernarsis ria untuk selanjutnya gue upload di instagram #semangat #future dan tidak lupa unggah di path. Iya, gue ga mau kalah sama syahrini.
Tiba di dalam kereta, mata gue kembali langsung tertuju pada sudut kereta. Tapi kali ini perasaan gue ga enak. Tidak ada gadis itu di dalam kereta. Gue mencari setiap sudut gerbong kereta, benar adanya ia tidak ada disana. Gue pastiin kalo itu adalah hari senen.
Tak lelah, gue berharap dia akan turun di stasiun palmerah. Tapi Tuhan berkata lain. Ia ternyata benar-benar tidak terlihat keluar dari gerbong kereta.
“Mungkin di gerbong lain” Gue meyakinkan diri sendiri. Gue paksain untuk turun di stasiun tersebut. Menunggu dan berharap siapa tau dia melewati stasiun ini dan bertemu di pintu keluar. Cinta tidak bisa menunggu, pikir gue.
Gue pun merogoh saku untuk memberikan info ke bos kalo kucing gue mati dan harus dimakamkan pagi ini juga. Alesan bolos kantor yang gue rasa sangat absurd. Ketika meraba saku celana, gue baru sadar ternyata ponsel gue tidak ada di tempatnya. “God, I lost my phone”
OPPO N1 yang baru gue beli, lenyap. Gue mencari sekitar dan yang ada hanyalah deru dan jejak kaki para penumpang kereta. Dengan langkah gontai dan semangat yang memudar, gue berjalan menyusuri rel. Berharap Doraemon hadir di depan gue sambil membawa tongkat ajaibnya dan menyapa gue dengan lembut
“Ada yang bisa ibu peri bantu wahai pemuda nelangsa?” Like hell, ini kisah Doraemon apa ibu peri!.
Gue melangkah menuju bagian informasi dan melaporkan kehilangan handphone yang baru saja gue alami.
“Oh anda kehilangan handphone” sahut petugas di bagian informasi.
“Iya pak” Jawab gue dengan wajah lesu bak anemia stadium lima.
“Anda memang masih beruntung. Anak itu (sambil menunjuk seorang anak dengan seragam putih-biru) baru saja melaporkan penemuan hape dengan ciri-ciri seperti yang anda sebutkan” Petugas tersebut coba menjelaskan dengan seksama.
Gue ambil handphone tersebut yang diserahkan langsung oleh Pak Petugas Stasiun. Kemudian kami bersalaman untuk kemudian gue berijab qabul dengan lantangnya. Terus aja lo bikin cerita ngaco!.
Setelah mengucapkan terimakasih pada petugas informasi, gue langsung menghampiri bocah tersebut yang kelihatannya sedang menunggu sesuatu.
“Kamu, kok bisa menemukan handphone ini” Tanya gue.
“Iya kak, sepertinya aku berjodoh dengan dia. Hanya maut yang bisa memisahkan kami berdua”. Woi bocah, kenapa lo jadi alay gini.
“Kakak menjatuhkannya sesaat turun dan tergesa lari dari kereta. Karena saya tidak bisa mengejar kakak, makanya saya menitipkan pada petugas yang berwenang di stasiun” Sang anak berseloroh.
“Oh iya kak, tadi waktu saya mengambil ponsel kakak yang terjatuh, Saya melihat lock screen-nya gambar wanita cantik dengan kerudung biru. Itu istri kakak?” Tanya sang anak tanpa ragu.
“Ummm bukan, tapi kakak hampir kehilangan ponsel karena mengejar perempuan itu. Ahh kamu belum mengerti cinta, dik.” Gue mencoba memberikan penekanan sambil garuk-garuk kepala.
“Oh” gumam si anak.
“Berarti kakak harus siap bersaing dengan banyak pria lainnya. Karena kakak saya memang banyak penggemar”.
“Apa lo bilang, dik?”
Gue tercekat, antara senang, dan bingung. Ternyata jika jodoh memang tak lari kemana.
“Dik tunggu, anter gue ke kakak lo!!”