welcome 21
April 14, 2010 § 6 Komentar
Selamat tinggal dua puluh. Kini aku telah menapaki usia yang semakin bertambah dalam angka namun berkurang dalam makna. Siluet perayaan hari kelahiran keduapuluhku masih tergambar jelas dalam penggalan memori. Saat itu, beberapa orang menghampiriku di mushola elektro seusai kuliah biokimia. Selepas solat Ubai dan yang lainnya menghampiri dan secara tiba-tiba aku disirami dengan pernak-pernik warna perak yang menempel dengan baik di rambutku. Di sela ritual membasahi kepalaku dengan pernak-pernik tersebut mereka memberikan sebuah bingkisan, sebuah kado yang dibungkus rapi dengan kertas kado yang sangat indah. Bersama dengan kado itu pun disertakan sebuah kartu ucapan. Kartu ucapan berisi testimonial dari sahabat-sahabat terbaikku teriring doa di usiaku yang keduapuluh pada saat itu. Ternyata kado itu berisi sebuah tas punggung, mereka benar-benar mengerti kebutuhanku pada saat itu bahwa tas yang ada memang sudah usang.
Aku melihat kado tersebut dan mengambil sebuah kartu ucapan berwarna kuning dengan tulisan “Happy Milad” dan sebuah inisial “A” yang mungkin merupakan inisial namaku. Belasan testimonial tentangku menghiasi kartu ucapan tersebut. Aku buka kartu ucapan tersebut dan mulai membaca testimonial itu satu per satu. Dari tujuh belas testimonial yang tertera beberapa mendoakan aku untuk menjadi lebih dewasa. Maturation can’t be measured by age salah seorang berpesan. Sebuah quote yang cukup menyentak bahwa kedewasaan tidak bisa diukur dengan usia. Kedewasaan bukanlah variabel biologis namun variabel psikologis. Beberapa juga mengharapkan aku tidak cadel lagi dan berbagai harapan yang menghidupkan.
Terima kasih atas semua doa, harapan dan segala hal yang kalian lakukan untukku hingga saat ini. Semoga kelak apa yang didoakan menjadi sebuah kenyataan. Terima kasih untuk tas hitam yang masih dan akan terus kusimpan. Terima kasih atas kartu ucapannya teman. Testimoni dari kalian benar-benar menginspirasi. Untuk jadi lebih baik, untuk jadi lebih dewasa dalam menyikapi segala persoalan. « Read the rest of this entry »