Galau dan Jejaring Sosial

September 28, 2011 § 8 Komentar

Galau, Kata ini sepertinya sudah tidak asing di telinga kita seperti halnya istilah alay dan lebay. Terlebih era jejaring sosial semakin mengokohkan posisi galau dalam istilah anak muda zaman sekarang. Galau seolah menjadi metafor umum bagi semua orang. Sedikit masalah yang terjadi langsung dapat terekspresikan baik itu twitter, facebook dan jejaring sosial lainnya. Dalam kata berujar untuk tidak mengumbar kisah luka, tapi status galau selalu tebar pesona. Miris kan ya?

Lalu sebenernya apa definisi galau sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar? Kalo yang jadi acuan adalah KBBI Galau adalah keadaan sibuk beramai-ramai atau pikiran kacau tidak keruan.
Lain lagi definisi galau versi Rerey “Galau adalah suatu keadaan ketika suasana hati menginginkan kebebasan, namun ada yang mengikat, gak mau lepas”.
Menurut Spica Arumning (blogger) Galau adalah suatu keadaan dimana kita memikirkan suatu hal secara berlebihan, bingung apa yang harus dilakukan dengan suatu hal ini .. Dengan pikirannya sendiri sehingga menimbulkan efek emosi melabil, pikiran pusing, dan mendadak insomnia. sumber

Begitu banyak definisi galau namun kita bisa menyimpulkan bahwa galau adalah sebuah kondisi dimana perasaan menjadi begitu kalut, bingung terhadap masalah yang dihadapi dan terkadang diekspresikan secara berlebihan. Ada korelasi yang kuat antara istilah galau dengan peranan media sosial. Galau belomlah sempurna jika tidak update status facebook atau tweet bahkan status yahoo messenger. Galau sebatas konsumsi pribadi masih pada tahap kekalutan perasaan saja.

Ekspresi-ekspresi kegalauan dapat dengan mudah ditemukan. Twitter pun jadi ajang promosi. Ada akun twitter @GaneshaLau, @Pocoong dan akun lainnya dengan variasi kegalauan yang ditawarkan. Belom lagi status-status di facebook yang diganti setiap menitnya hanya untuk menggambarkan betapa bergejolaknya perasaan yang terjadi. Dua Jejaring sosial ini memang menjadi ajang pamer kegalauan.

Kenapa harus galau? dan kenapa ketika galau harus diungkapkan kepada semua orang?
ah, saya mah ga maksud untuk bercerita ke orang lain apa yang terjadi pada saya“. Sering mendengar para pelaku kegalauan menampik tindakan mereka sendiri? Jika iya, berarti kita sama. Padahal anak yang baru bisa baca pun tahu betapa menyebalkannya melihat TimeLine dipenuhi dengan tweet seperti “aduh, perasaan apa ini? kok gw jadi mikirin dia” atau twit serupa “dia suka akuhhh ga yah? kangen dech liat senyumnya”. Padahal orang-orang tidak perduli apa yang terjadi pada kita.
Yang bingung justru teman atau follower si pelaku kegalauan ini. Diunfollow atau diblock rasanya kurang etis (karena biasanya yang ngetwit temen sendiri), tetep difollow mata jadi sakit liat status galau. Satu hal yang dilupakan adalah di samping memiliki akses privasi di jejaring sosial, kita juga memiliki domain umum yang bisa diakses semua orang. Jadi alangkah baiknya jika kita menjadi pengguna jejaring sosial yang bijak.

Pada akhirnya galau itu menunjukkan kurang bersyukurnya seseorang. Galau itu identik dengan keluhan. Padahal jika memang punya masalah cerita ke orang yang terpercaya rasanya jauh lebih berguna.
Let’s say No to Galau

Hidup lebih bahagia dengan bersyukur

Iklan

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with galau at I Think, I Read, I Write.

%d blogger menyukai ini: