Perjalanan ke Cina (Tiongkok)

Juni 3, 2014 § Tinggalkan komentar

shanghai
Cina, sebuah kata yang merujuk pada beragam makna. Sebagai negara, ia mahsyur sejak dahulu kala. Sebagai bangsa, banyak peninggalan bersejarah berhasil ditorehkan mulai dari penemuan teh, ditemukannya kertas oleh Cai Lun hingga berdirinya Great Wall pada masa Dinasti Ming. Dan sebagai bahasa, ia menjadi bahasa yang paling banyak digunakan di dunia. Tidak salah jika pepatah arab mensugesti seorang bani adam untuk menuntut ilmu hingga ke negeri ini.

Secara khusus Indonesia dan Cina memiliki banyak benang merah. Beberapa teori menyebutkan nenek moyang orang Indonesia berasal dari tiongkok.

Pertengahan April 2014, tepat dua hari setelah melepas status jomblo karatan selama 24 tahun, gue diharuskan berangkat ke Cina (tiongkok) sebagai perwakilan perusahaan menghadiri Chinaplast, pameran plastik terbesar yang diselenggarakan di Shanghai.

Gue sebenernya ragu untuk turut serta dalam keberangkatan ini mengingat lidah gue masih belum kering bekas ijab qabul. Di sisi lain gue sama ngebetnya untuk melihat dan menginjakkan kaki di negara selain Indonesia. FYI, paspor gue masih virgin. Belom pernah gue jamah sama sekali. Untungnya dia tidak minta cerai :D.

Dalam suatu kesempatan, gue hampir saja menggunakan paspor dengan cap imigrasi Korea Selatan. Gue diminta sutradara untuk menjadi stuntman Lee Min Ho yang berperan sebagai pria dengan luka bakar parah 70%. Tapi niatan tersebut gue urungkan karena gue merasa terhina, harusnya luka bakar 95%.

For real, gue batal ke Korea Selatan sebagai konsekuensi batalnya gue melanjutkan studi ke negeri ginseng. Selepas kuliah magister, gue mendaftarkan diri ke salah satu universitas di Seoul. Gue sudah mempersiapkan semuanya termasuk beasiswa, professor pembimbing hingga rambut ala K-pop. Namun beberapa waktu sebelum keberangkatan, gue membatalkan niatan tersebut dan memilih menjadi kuli di kantor membosankan tempat gue sekarang bekerja.

Dan, petualangan pertama gue ke luar negeri menguap seiring dengan profesi baru sebagai kacung.

Kemudian, tidak pernah lagi ada peluang untuk pergi ke luar negeri. Gue hanya bisa memandang nanar setiap foto yang terpajang di media sosial berisi aktifitas mereka di belahan bumi lain. Gue envy ngeliat mawar (bukan nama sebenarnya –red) kayang sambil ngupil di depan Patung Merlion. Sama irinya saat melihat mereka yang makan kelinci janda muda di Vietnam. Atau betapa pengennya gue pergi ke tempat temen gue selfie dengan latar belakang eifel yang bertambah miring tiap tahunnya. Itu…menara Pisa. Eifel ga pernah miring. Kecuali waktu kamu bilang ‘Eifel (I feel) I love you so much’ :p.

Dua tahun berselang, Maret 2014, bos gue menawarkan sebuah paket perjalanan ke negeri asalnya Panda.

Paket perjalanan tersebut sebagai bentuk apresiasi kepada karyawan agar mereka dapat terus berkembang dan bertambah wawasannya. Bos gue berceloteh. Gue pun mengangguk-angguk sebagai ekspresi (pura-pura) mengerti. Kantor hanya menyediakan dua buah tiket. Gue pun galau mengingat kami membutuhkan dua tiket tambahan karena perjalanan Tong Sam Cong ke barat selalu bersama ketiga muridnya.

kera sakti alfamartPerlu digarisbawahi bahwa keberangkatan gue ke Cina bukan dalam rangka hura-hura. Selama di Cina, gue harus menghadiri pameran mesin dan aditif yang berhubungan dengan plastik dalam acara bertajuk Chinaplast. Bayang-bayang petualangan ke Great Wall, belajar kung-fu dengan Jet Lee, dan berburu vampir harus sedari awal dikubur karena gue tau selama di sana gue bakalan kerja rodi.

*****

Keberangkatan gue ke Cina dilepas oleh istri tercinta. Perpisahan kami mengharu biru. Pasangan pengantin yang belum genap seminggu menikah harus dipisahkan oleh tugas negara. Dentingan melodi gitar tohpati diiringi gesekan biola idris Sardi mengiringi lambaian tangan istri gue. Ayam pun turut bersedih ketika gue menaiki taksi menuju travel yang akan membawa gue ke bandara. Mereka bersimpati dengan kemudian berkokok bersahutan.

Terbang dengan Cathay Pacific menempuh perjalanan selama 5-6 jam untuk transit di Hongkong, ternyata cukup melelahkan. Bandara internasional hongkong sangat luas dan modern dengan dikelilingi oleh bukit-bukit dan berada di pinggir lautan. Entah akan jadi apa bandara ini jika tsunami dan gempa datangnya janjian.

20140422_141654Satu jam transit, kami melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat menuju Shanghai. Yang pertama kali terbayang di otak gue adalah semua orang di sini bisa menggunakan kung fu. Mereka mungkin berlari di atas daun-daun dengan jurus meringankan tubuh. Bermain sepakbola dengan tendangan tanpa bayangan. Atau mungkin menyalakan lampu-lampu taman menggunakan tenaga dalam sambil menyaksikan Chow yun fat dan Andy lau beradu tembak ala triad. Ahhh, membayangkannya saja gue sudah penasaran plus was-was terkena pukulan naga yang salah sasaran.

Setibanya di bandara Shanghai, yang tidak kalah bagusnya dibandingkan bandara hongkong, gue dan rombongan dari Indonesia disambut oleh travel agent yang akan menjadi guide selama kami berada di Tiongkok. Tidak ada pesta barongsai penyambutan atau vampir yang berkeliaran.

Ada hal menarik yang gue temukan di hotel tempat kami menginap. Para pramusaji tidak berpakaian dengan rapih. Baju mereka sepertinya tidak disetrika, terlihat kusut dan tidak dimasukkan ke dalam celana secara sempurna alias asimetri. Apa gaya berbusana tersebut adalah trend 2014 di Tiongkok? Entahlah. Yang jelas, gue sangat ingin mengambil setrika dan lalu menyetrika pakaian mereka satu per satu.

Selama di Shanghai gue harus bener-bener selektif memilih makanan. Makanan yang paling aman adalah yang tidak mengandung daging dan ayam. Sebenernya setiap masakan di negeri ini tidak terjamin kehalalannya mengingat kita tidak tahu apakah penggorengan untuk memasak babi dipisah atau tidak. Gue mencoba meminimalisir peluang untuk mengkonsumsi barang haram dengan tidak makan semua yang berbau daging.

Setibanya di area Chinaplast yang sangat luas, kami langsung mendatangi berbagai booth mulai dari mesin pembuat botol, pembuat container, resin, masterbatch, aditif dan banyak lagi. Kami pun mengamati satu per satu sebagai prasyarat jika nanti ditanya bos tentang apa yang kami peroleh. Setidaknya kami bisa mengarang bebas dengan sedikit referensi dari booth yang kami kunjungi. 20140424_093356

Selama beberapa hari di Shanghai, tidak banyak tempat yang didatangi. Kami hanya dibawa menyaksikan sirkus yang terkenal di Shanghai. Aksi-aksi kelenturan tubuh dibalut keberanian dengan resiko kematian jika terjadi sedikit saja kesalahan teknis.

Selain itu kami digiring ke tempat penjualan teh dan batu giok. Iya, tempat penjualan bukan tempat budidaya. Kami disuguhkan presentasi tentang jenis-jenis teh dan batu giok dengan bahasa Cina yang sangat fasih. Materi yang sebenernya bisa dengan mudah didapatkan di Google. Di tempat yang sama, para SPG “memaksa” para pengunjung membeli barang dagangan mereka. Kegigihannya membuat gue semakin yakin mengapa orang-orang Cina sangat pandai berdagang.

Orang Cina memiliki semua bekal untuk menjadi pedagang tangguh: Kegigihan dalam bekerja dan “kelicikan” dalam berpikir.

Salah satu keindahan Shanghai adalah Shanghai Tower yang menjulang tinggi ke angkasa dengan ketinggian mencapai 632 m. Shanghai Tower bukan satu-satunya menara yang berada di lokasi Pudong, Shanghai. Masih ada Shanghai World Financial Center dengan ketinggian 492 m dan Oriental Pearl Tower. Dan gue berkesempatan untuk bernarsis ria dengan berlatar belakang salah satu menara tersebut.

Gedung tertinggi di Shanghai

Gedung tertinggi di Shanghai

20140425_191741_LLS20140425_192328_LLSOrang Cina juga terkesan ‘jorok’. Mungkin gue terlalu mengeneralisir keadaan namun toilet toilet yang gue temui di tempat umum tidak jarang ditinggalkan dalam keadaan kotor. Kita tidak sedang berbicara mengencai terminal atau stasiun, karena gue yakin Indonesia pasti juara, namun kita sedang membicarakan sebuah tempat konvensi seperti JCC atau JI Expo.

Jalanan di Shanghai bersih dan lebar. Mereka berjalan di ruas kanan. Di siang hari, kota dengan jumlah penduduk puluhan juta ini terasa lengang. Ternyata, kehidupan sebagian besar warga shanghai banyak dilakukan di bawah tanah. Mereka mirip kura-kura ninja.

Sama halnya dengan orang Jepang dan Korea, negara-negara Asia Timur bangga dengan bahasa nasionalnya. Kebanggan itu juga yang membuat gue kewalahan saat menanyakan menu makanan yang halal.

20140424_193001Wifi sangat sulit dijangkau. Bahkan hotel 150 ribu yang gue tempati di Belitung menyediakan akses wifi 24 jam sementara di Cina para tamu masih harus membayar akses internet gratis saat menginap di hotel berbintang. Beberapa jejaring sosial juga diblokir. Google pun tidak bisa berkutik karena negara padat ini lebih percaya diri menggunakan mesin pencari lokal “baidu”.

Dengan jumlah penduduk yang hampir 2 milyar, Cina berhasil meyakinkan rakyatnya untuk menggunakan produk dalam negeri.

Hari terakhir di Shanghai dihabiskan dengan berbelanja di pasar yang mirip dengan tanah abang. Pedagang di pasar ini bisa berkomunikasi dengan bahasa inggris umum. Jangan coba-coba menawar terlalu murah atau batal membeli setelah melakukan tawar menawar karena mereka akan mengomel dan ‘menghina’ kalian dengan bahasa inggris berdialek mandarin. Pasar ini menjual semua produk KW. Persis dengan anekdot “Tuhan menciptakan dunia dalam 7 hari. Di hari keenam, Ia istirahat dan kemudian membuat orang cina. Sisanya, orang Cina yang menyelesaikan”.

Akhirnya, kesimpulan gue adalah Cina sekilas bukan tempat yang ‘wah’ untuk dikunjungi. Tidak termasuk negara yang unik dan spesial. Jika ada kesempatan lagi untuk pergi ke Cina, gue lebih baik tidak turut serta.

*Gambar Tong Samcong dkk dari sini
*
Gambar shanghai dari sini

Iklan

Dari Sparta ke Soviet : Pelajaran untuk Indonesia

Mei 13, 2014 § Tinggalkan komentar

Dari jaman purba, dunia berulang kali melihat negara2 besar, kekaisaran2 besar yang memimpin setiap jaman. Setiap kali pula kekaisaran besar tersebut jatuh dan digantikan kekaisaran lain. Di artikel ini kami akan membahas sebab2 kehancuran kekaisaran2 besar yang pada masa ini sangat relevan untuk mengancam Indonesia juga. Mari kita mulai dari

 5. Ultra-aristocracy

Great Empire : Sparta

We Are Sparta! Negara lelaki jantan yang sejati! Pada sekitar abad 10-5SM, Sparta pernah menjadi sole superpower setelah menghancurkan Athena dalam Perang Peloponesia (Greek World War). Sebagai negara dengan kekuatan angkatan darat terbaik di dunia, legenda Sparta menginspirasi orang2 maniak kejantanan (Laconophilia) dari masa ke masa. Legendanya yang paling termashyur tentang Pertempuran Thermopylae sudah diceritakan dengan ribuan versi dan legenda ekstra, terakhir menjadi film box-office dengan judul “300”

The Fall :

Seperti dalam 300, kehidupan Sparta berkisar pada kesempurnaan sejak lahir. Bayi tidak sempurna, cacat sedikit? SAMPAH! dibuang, tidak layak menjadi rakyat Sparta; bocah Sparta dilatih cara dengan ekstrim di Agoge dari kecil, yang gagal dan mati? SAMPAH! tidak layak menjadi rakyat Sparta; citizenship hanya bisa didapatkan oleh orang yang berayah dan beribu Spartiate (hereditary Spartan full citizen ; galur murni), karena yang lain? SAMPAH! Yeah!

Yang mereka tidak tahu adalah tanpa sengaja mereka menciptakan program Keluarga Berencana yang sangat strict. Sepertinya Sparta tidak pernah berpikir bahwa ultra eksklusivisme dan ultra perfeksionisme dapat lain menyebabkan populasi mereka berkurang over a freakin’ 90% in just 300 years! That’s right. Membuang bayi2 dan penduduk tidak berharga selama bertahun2 menurunkan populasi mereka secara drastis. Pada tahun 640BC Spartiates berjumlah 9000 orang, dan pada 371BC jumlahnya berkurang menjadi 1000 orang saja!

Keadaan ini diperparah dengan meledaknya populasi helots. Helots adalah semacam budak di Spartan society. Mereka biasanya menjadi pembantu Spartiates baik dalam kehidupan sehari2 maupun dalam perang (menjadi tentara kelas 2). Oh dan jika kalian ingat 300 di mana Leonidas muda membunuh serigala? Hal itu sangat jarang terjadi. Biasanya ujian terakhir Agoge adalah berburu helots.

Nah, karena helots tidak dikontrol seperti Spartiates, maka jumlahnya menjadi jauh lebih banyak daripada orang Sparta sendiri. Xenophon mencatat bahwa di tahun 300an BC, hanya ada 40 warga Sparta di antara 4000 helots! Orang tolol pun tahu apa yang terjadi bila jumlah orang yang tertindas menjadi 100 kali lebih banyak dari yang menindas. PEMBERONTAKAN, tentu saja! Setelah orang2 menyadari bahwa ternyata majikan mereka tidak sekuat itu setelah kalah dari pasukan gay Thebes di Pertempuran Tegyra (seriously, that army consists of gay only, it’s the famous Sacred Band of Thebes), timbullah pemberontakan2 yang dilancarkan oleh helot2 yang tidak puas.

Pada akhirnya, Sparta sulit mengembangkan diri. Ditambah aristokrasi militer Sparta yang menganggap bahwa menjadi pasukan lain selain phalanx (pasukan tombak panjang) adalah sesuatu yang hina, Sparta tidak pernah sempat berpikir untuk mereformasi pasukannya dan hanya terdiri oleh kumpulan orang tolol membawa tombak seperti di film 300.

Setelah kekalahan di Pertempuran Leuctra, (lagi-lagi) oleh Thebes, Sparta menjadi negara kelas 2 yang lemah di Yunani. Alexander Agung bahkan tidak mau repot2 memasukkan pasukan Sparta ke Grand Army nya sewaktu mempersatukan Yunani. Mereka tidak dapat bangkit kembali, dan pada 206BC tentara Romawi dengan teknologi yang jauh lebih modern menghancurkan apa yang tersisa dari Sparta.

4. Pejabat brengsek, penguasa dibutakan kesenangan duniawi, kurang mengurusi negara

Great Empire : Kekaisaran Langit Cina

(semua dinastinya literally, dari Han, Tang, Song, Bo Ker, Leng Tai Wong, Lu Nga Ceng blablabla)

Kekaisaran Langit Cina (Celestial Empire) adalah salah satu dari kekaisaran besar pertama dalam sejarah, dari zaman di mana dunia masih berisi orang barbar, dewa dewi telanjang, pegasus dan Pterodactyl [citation needed].

Wilayahnya yang luas dan daerahnya yang subur mengakibatkan kemakmuran panjang, terlihat dari tingginya kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang mereka temukan yang menjadi sumbangan tak ternilai bagi peradaban dunia di masa lampau. Bahasa, seni dan teologi Cina mempengaruhi hampir semua orang di dunia. Papermaking, kemudi kapal (rudder), penggunaan angka negatif di matematika, seismometer, mesin cetak kayu, artileri, dan penggunaan uang kertas adalah beberapa dari penemuan luar biasa yang mengubah dunia. Hell, they even built the magnificent Great Wall of China! Apa yang bisa menghancurkan kekaisaran besar ini dari waktu ke waktu???

The Fall :

In case you don’t know, Cina bukanlah sebuah kekaisaran yang berdiri dari jaman purba dengan damai sampai akhirnya dihancurkan Komunisme (seperti sering digambarkan oleh cerita2 Holiwud). Cina dalam perjalanannya telah hancur dan bangkit kembali berkali2 di bawah belasan dinasti: Han, Tang, Song, Yuan, Ming, Qing,  Lu Nga Ceng, ah sori kesebut lagi si Nga Ceng…

Tololnya, alasan hancurnya biasanya sama : kaisar generasi X yang tidak ikut merasakan beratnya membangun dinasti mulai terlena dengan kemewahan dan kekayaannya, dan lebih tertarik ke hal2 seperti berburu, pesta, berolahraga dan yang paling utama yaitu pesta seks dengan beratus2 selirnya dibanding mengurus negara.

Yup. Semua dinasti yang di awalnya berdiri karena (biasanya) pemberontakan tokoh masyarakat disegani yang mendapat dukungan rakyat banyak dan merintis dinastinya dari nol hancur oleh anak2 manja sampah yang mendapat pendidikan moral yg salah dari kasim2 yang menginginkan keuntungannya sendiri. Raja2 generasi akhir menjadi manja karena, hei, Cina mempunyai wilayah yang sangat besar dan penduduk yang sangat banyak bila disatukan! It’s a very rich country!

Di awal berdirinya suatu dinasti, wilayahnya pasti masih kecil sehingga tidak cukup kaya, tetapi setelah ekspansi beratus2 tahun, semua berkembang dan kekayaan negara bertambah beribu kali lipat, sehingga kaisar2 yang lahir saat sudah kaya terbiasa manja dan tidak merasa harus bekerja lagi.

That’s also why usually Chinese conglomeracy in Indonesia usually broken down after 3 or 4 generations. The 1st build it, the 2nd expand it, the 3rd enjoy it, the 4th broke it down to pieces. Oh and the reasons are always same. Wanita dan judi.

Dinasti Ming yang sepertinya belajar dari kebodohan dinasti2 sebelumnya membuat sebuah sistem pemerintahan yang kompleks dan susah dipengaruhi kasim2 agar Kaisar tetap kuat dan bekerja. They go a step further dengan melarang kasim2 berhubungan dengan politik. Goddammit, mereka bahkan melarang para kasim belajar membaca agar mereka tidak mempunyai kesempatan sedikit pun untuk menjadi pintar dan mencampuri pemerintahan. Tetapi bahkan hal ini tidak mampu dilestarikan dalam jangka waktu yang lama, dan setelah beberapa generasi hal yang sama muncul lagi dan menjadi awal jatuhnya kekaisaran Ming.

People really never learn from their mistake.

3. Konservatisme Berlebihan Tradisi dan Agama

Great Empire : Kekalifahan Ottoman (Turki)

Ottoman Empire adalah kekaisaran yang pernah menguasai wilayah yang sangat besar, meliputi eropa tenggara, asia barat dan afrika utara. Mereka menaklukkan bangsa2 yang terkenal buas seperti bangsa2 Rusia dan Eropa Timur lainnya, bangsa2 Arab yang terkenal barbar, bahkan bangsa2 Afrika (yang sekarang kita tahu sangat kuat secara fisik). Kekaisaran ini berperan sebagai penghubung dunia timur dan barat selama 600 tahun dan di masa jayanya pernah menjadi negara yang ditakuti negara2 besar di Eropa dan Asia. Begitu menakutkannya sampai orang2 Austria sering menakut2i anak2nya dengan Watch out, the Turks are at the gates, untuk menidurkan mereka.

The Fall :

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi Ottoman sangat disegani karena keberhasilannya mengkombinasikan pengetahuan klasik Barat dengan filosofi Islam dan matematika, dan pengetahuan dunia Timur Jauh seperti teknologi mesiu (bahan dasar pistol dan artileri) dari Cina dan lain sebagainya. Jaman tersebut banyak melahirkan penemu2 dan inovasi2 seperti al-Jazari dengan buku tentang mekaniknya, Lagari Hasan Çelebi pelopor terbang menggunakan roket (walaupun namanya seperti elf gay di Lord of the Rings), Taqi al-Din yang karyanya tersebar dari astrologi hingga steam turbine, dan The Grand Bazaar yang merupakan shopping mall tertua dan terbesar di dunia. Yeah, mixtures are always good, dude, lihatlah artis2 sekarang.

Namun menjelang akhir abad ke-17, konservatisme pemikiran mulai melanda Turki. Hal ini banyak disebabkan karena kekuasaan dan pengaruh yang terlalu besar yang dinikmati oleh kalangan Janissary (tentara) dan ulama. Kalangan Janissary tidak ingin privilese mereka akan militer Turki berkurang, sehingga berusaha keras menolak segala upaya modernisasi militer.

Hal ini diperparah oleh kalangan ulama yang juga takut kehilangan pengaruhnya dengan cara menolak bermacam-macam modernisasi dengan alasan melindungi agama. Beberapa yang paling fatal adalah ketotolan entah kenapa menolak Mesin Cetak selama 50 tahun yang dianggap penemuan Setan, menolak mengadopsi sistem militer Eropa Barat, terutama artileri. Kegagalan melakukan reformasi terlihat jelas pada tingkat melek huruf yang hanya 2-3% di awal abad 19 dan hanya 15% di akhir abad 19. WOW! 97 persen populasi Anda tidak bisa membaca, this is almost as bad as living in MonkeyLand (bandingkan dengan Swedia : pertengahan abad 19 tingkat melek huruf nya sudah 60-70%).

Pada akhirnya, kegagalan reformasi ini mengakibatkan militer Turki tertinggal jauh. Perkembangan militer Eropa seperti teknologi pike and shot menyantap habis2 kekuatan militer Turki yang mengandalkan pasukan jarak dekat dengan jumlah banyak. Dimulailah masa di mana Turki dikenal sebagai The Sick Man of Europe.

Turki mulai terlihat lemah saat pasukan utamanya yang menyerang kota Vienna (Austria) dihancurkan oleh pasukan gabungan Polandia, Austria dan Jerman di bawah pimpinan Raja Polandia Jan Sobieski di Pertempuran Vienna. Pada abad ke-18, kelemahan Turki menjadi terlihat sangat jelas ketika Austria menghancurkan pasukan Turki berkali2, terutama di pertempuran Zenta, Petrovaradin, dan Belgrade, di mana pasukan Austria yang hanya berjumlah 40000 orang menghancurkan 200000 pasukan Turki.

Kekalahan-kekalahan ini mengakibatkan Turki kehilangan seluruh wilayahnya di Hungaria dan sebagian besar wilayahnya di Serbia dan mengakibatkan beberapa pemberontakan internal termasuk dari pasukan2 yang ngambek karena kalah melulu (seriously). Puncaknya di perang dunia 1, Turki mengalami kekalahan tragis, hancur lebur dan mengakibatkan hancurnya kekaisaran yang telah berdiri selama 800 tahun. Rakyat memberontak, Sultan diturunkan dan Turki dari sebuah kekaisaran dengan wilayah 3 kali Indonesia menjadi sebuah republik dengan luas wilayah tidak sampai setengah dari Indonesia.

2. Elitisme yang menyepelekan penduduk asli tiap daerah

Great Empire : British Empire (Inggris)

Menggambarkan betapa kuatnya Kekaisaran Britania (Inggris) di jaman dahulu tidak perlu banyak kata2, cukup menggunakan peta ini:

SUN REALLY NEVER SETS IN BRITAIN!!!!

The Fall:

Well, satu hal yang dianugerahkan Tuhan kepada dunia agar tidak dikuasai oleh segelintir orang saja adalah menciptakan manusia di semua tempat dan membiarkan mereka berkembang sendiri sehingga mempunyai kebudayaan dan karakter fisik yang berbeda2.

Ini mungkin terdengar agak rasis, tapi bukankah kita selalu merasa kesal apabila diperintah berlebihan oleh orang yang tidak sama dengan kita? (Remember that greedy Arab and Chinese boss or that bule a-hole who can only talk???) Especially bila orang2 tersebut memaksakan budaya dan agama mereka kepada kita (remember when that bule force u 2 drink beers or all that sh*tty booze?), dan menempatkan orang2 mereka di semua sendi pemerintahan daerah kita sehingga kita tidak bisa membuat kebijakan sendiri. Sebenarnya a-holeness tidak dibatasi ras, banyak yang lebih a-hole yang se-ras dengan kita, namun entah kenapa ras membuat kita semakin mudah membenci dan meng-a-hole orang.

Masalah dari British Empire adalah mereka tersebar di seluruh penjuru bumi, oleh karena itu terdiri atas jutaan suku, ras, dan agama. Mereka menerapkan kebijakan menempatkan sebanyak mungkin orang kulit putih Inggris di jabatan penting pemerintahan daerah2 koloni dan jajahannya dan rakyat biasa hanya dijadikan bawahan (hayo siapa yang pernah bilang pengen dijajah Inggris ^^).

Pada awalnya hal ini tidak menimbulkan masalah, tapi seiring dengan berjalannya waktu, intelektualitas penduduk jajahan meningkat dan mereka mendapat satu kata sakral : Nasionalisme. Mereka mulai bertanya2 apakah manfaat dari hidup di bawah bendera Union Jack.

Sekarang masalah dari daerah2 adalah mereka tidak mempunyai nyali yang cukup karena berada di bawah todongan senjata Red Coats yang menurut kabar adalah tentara yang tak terkalahkan di seluruh muka bumi, apalagi dengan keberhasilannya memenangkan perang melawan Napoleon.

Kondisi berbalik setelah Hitler mengkonsumsi terlalu banyak narkoba, merasa bisa menjadi penguasa dunia dan menyatakan perang ke seluruh dunia. Diikuti oleh Hirohito yang jiwa samurainya bergolak.

Koloni Inggris yang tersebar di seluruh penjuru bumi adalah sasaran empuk, mereka kesulitan mempertahankan wilayah karena diserang dari berbagai arah. Walaupun pada akhirnya memenangkan perang, kondisi Inggris sangatlah memilukan. Mereka bangkrut dan mitos bahwa tentara Inggris tak dapat dikalahkan luntur. Koloninya yang paling menguntungkan, India, memerdekakan diri hanya 2 tahun dari berakhirnya perang. Penguasa dunia baru (Amerika dan Uni Soviet) juga tidak menyukai imperialisme Inggris dan mensponsori ribuan negara agar memerdekakan diri.

Setelah blunder kedua mereka saat menyerang Terusan Suez untuk mempertahankan sumber pendapatan besarnya yang terakhir, antipati dari semua daerah koloni meningkat drastis, gerakan2 kemerdekaan menggelora, akhirnya Inggris sekarang hanya menjadi 2 pulau kecil di utara Eropa, dan sumber pendapatannya hanya dari reality show bernama “Royal Family Life (and Scandals).”

1. Kebohongan berkepanjangan

Great Empire : Uni Soviet

Uni Soviet adalah satu dari 2 negara yang keluar sebagai pemenang dan superpower pasca perang dunia ke2. Mereka berperang dengan Amerika dalam perang dingin, dan menjadi satu2nya negara yang ditakuti oleh Amerika karena memang memberi ancaman serius untuk menginvasi Amerika secara langsung. Mereka mengirim makhluk hidup pertama ke luar angkasa dan mengirim manusia pertama (yang selamat) ke luar angkasa. Mereka menemukan banyak piranti militer mutakhir (this is why USA was scared sh*tless), antara lain rudal balistik antar benua pertama, pembangkit listrik nuklir pertama, and the ever-ass-cool AK-47!

The Fall :

Pertama-tama, Uni Soviet adalah negara yang pada akhir WWII sebenarnya masih miskin. Negara ini masih tertinggal dalam kesejahteraan dibandingkan USA, Inggris, Jerman dan Perancis. Namun sebagai negara terluas di dunia saat itu dan sebagai pemenang, mereka berambisi menjadi pemimpin dunia mengalahkan imperialisme dan kapitalisme. Hal ini dilakukan dengan menutup pintu rapat2 terhadap dunia luar, dan hanya mempublikasikan keberhasilan-keberhasilannya di dunia internasional.

Uni Soviet menginvestasikan dana besar-besaran ke teknologi, terutama untuk penjelajahan luar angkasa dan militer. Mereka memang menghasilkan banyak penemuan dan kehebatan, dan karena orang luar tidak dapat melihat Soviet sebenarnya, kita tercengang2 dan beranggapan bahwa negara ini sangat kuat dan sejahtera, setidaknya selevel dengan Amerika.

Namun Uni Soviet sebenarnya tidak mempunyai cukup dana untuk mengembangkan teknologi sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Mereka memaksa rakyatnya bekerja giat demi negara dengan upah minimum dan kesejahteraan yang patut dipertanyakan. Hal ini dapat berlangsung beberapa saat karena dengan menutup pintu ke dunia internasional, rakyatnya tidak dapat melihat dunia luar. Mereka percaya saja saat pemimpin2 Soviet mengatakan bahwa kehidupan di luar lebih jelek dari mereka.

Seperti yang Anda lihat, begitulah kehidupan di Uni Soviet saat itu. Barang2 susah didapat. Terkadang orang harus mengantri untuk membeli barang2 seperti tisu toilet atau kopi.

Keadaan ini berlangsung lama tanpa disertai protes karena rakyatnya memang tidak mengerti. Tetapi ada seorang aneh bernama Mikhail Gorbachev yang merasa bahwa sudah saatnya Uni Soviet membuka diri agar dapat berinteraksi dengan bangsa lain. Dia mencetuskan program bernama Glastnost, yang artinya membuka diri seluas2nya. Pintu yang selama ini ditutup tiba2 dibuka. Persis seperti membesarkan anak di hutan dan tiba2 dilepas begitu saja di tempat pelacuran tanpa kontrol. Bodoh? hmm, I’d say so.

Daaaan hasilnya

Rakyat Soviet yang melihat dunia luar melihat bahwa di negara2 demokratis ternyata tidak ada antrian membeli tisu toilet, dan mulai merasa bahwa mengantri terus menerus bukanlah hal yang terlalu baik.

Revolusi pecah dimana-mana, bagian demi bagian dari Uni Soviet mulai melepaskan diri dan meninggalkan komunisme, Rusia yang ditinggalkan sebagai successor state hanya mempunyai sepertiga wilayah Uni Soviet, dengan hanya setengah dari seluruh populasi Soviet. Yup. Wilayah-wilayah yang melepaskan diri adalah wilayah2 perbatasan dengan Eropa Tengah yang berjumlah penduduk paling banyak, paling modern dan cenderung lebih kaya dari daerah2 timur jauh seperti Siberia, daerah nggak jelas dan gede doang yang mencakup 77% wilayah Rusia sekarang.

NEVER lie, dude, sepandai apapun kebohonganmu akan terungkap.

Relevan sekali dengan Indonesia, kan? Kita mempunyai semua aspek yang ada di tulisan tadi. Kebanggaan atas bangsa seperti Sparta, wilayah yang luas dan sumber daya alam yang kaya seperti Cina, iptek, tradisi dan keagamaan yang kuat seperti Turki, beratus2 budaya dengan kekayaan daerah masing2 seperti Inggris.

Terserah kita sekarang, apakah akan menggunakan kekayaan2 tersebut untuk kemajuan bangsa, atau untuk menghancurkan bangsa. Kita dapat menggunakan kebanggaan atas bangsa untuk berkembang, namun bisa juga untuk sombong, merendahkan yang lain, dan lupa diri seperti Sparta. Kita dapat menggunakan wilayah dan sumber daya alam kaya untuk berkembang, namun bisa juga untuk foya-foya seperti Cina. Kita dapat menggunakan iptek, tradisi dan agama dengan bijak untuk mencerdaskan bangsa, atau jatuh ke kekolotan seperti Turki. Kita juga dapat menggunakan budaya dan kekayaan daerah untuk memperkaya bangsa, atau memaksakan kehendak mayoritas seperti Inggris.

Semua hal yang ada di dunia dapat dilihat dari sisi negatif dan positifnya. Hanya kita mau melihat dari sisi positif dan mengembangkannya atau tidak.

Choice is ours.

Oh, dan tolong, pemerintah, jangan bohong lagi. Kita tidak ingin pecah seperti Uni Soviet.

Tulisan aslinya ada di link berikut

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with Dinasti Ming at I Think, I Read, I Write.

%d blogger menyukai ini: