Alby dan Adiknya

Juli 26, 2016 § Tinggalkan komentar

DSC_0158

Hai.. Halo apa kabar?

Nyaris sebulan gue ga memutakhirkan blog ini. Tidak lain tidak bukan alesannya karena gue harus menghabiskan waktu berkualitas gue yang dua minggu lebih itu bersama keluarga besar di bagian selatan pulau Sumatra.

Apa kabar jagat media sosial? Sesekali (baca: sering) menengok isi timeline facebook, gue masih mendapati medsosnya Jukerbek ini masih dipenuhi oleh makhluk-makhluk sumbu pendek dan para pelaku pro-kontra isu-isu sentimental. Apa kabar Erdogan? Sudah selesai kudetanya? Itu para fanboy garis keras masih ribut-ribut dan membahas dari A sampai Z faktor kegagalan kudeta? Apa sekarang sudah saling serang dan saling tuding dengan para pembela Fethullah Gulen?.

Itu yang suka pamer-pamer ini itu di jejaring sosial sudah pada tobatkah? Atau masih terjebak pada hegemoni ala bocah alay yang dikit-dikit mengemis perhatian dan like para jejaringnya? Kalo kehabisan ide dan bahan buat dipamerin, kalian mungkin bisa foto isi kulkas atau isi lemari terus diunggah ke semua media sosial yang kalian punya disertai dengan caption religius semisal ‘ah, nikmat Tuhan mana lagi yang kalian dustakan’ atau sedikit melankolik ‘isi kulkas boleh ganti-ganti. Tapi kang mas selalu di hati’. Iya gue tengah nyinyir.

Saat ini banyak-banyak berinteraksi dengan media sosial rasanya lebih ampuh bikin otak bego ketimbang nyemil mecin.

*****

Dalam beberapa bulan ke depan, Insyaallah keluarga kami akan kehadiran anggota baru. Berdasarkan hasil USG, calon bayi ini memiliki kelamin laki-laki. Tentu, hasil USG bukanlah suatu hal yang wajib diimani seratus persen layaknya rukun iman. Namun juga tidak bisa ditolak mentah-mentah dengan alasan mendahului ketetapan tuhan.

Hasil USG pekan kemarin menunjukkan kandungan istri saya memasuki usia 31 pekan. Beratnya sudah mencapai 1,5 kg dengan lingkar kepala dan kondisi yang sehat. Alhamdulillah. Berat yang sama juga dimiliki kakaknya, Alby, di usia serupa. Implikasi dari hasil USG tersebut adalah persiapan rupa-rupa untuk sang calon bayi. Mulai dari nama, pakaian yang disiapkan, hingga jumlah kambing untuk persiapan aqiqah.

Mulanya kami berniat untuk melakukan USG 4D. Kami mengupayakan 4D untuk melihat seperti apa kondisi detail dede janin sejauh ini. Namun sulitnya mendapatkan dokter perempuan membuat kami mengurungkan niat dan menunda hingga syaratnya terpenuhi. Menyadari kenyataan ini gue terkadang kesel dengan orang-orang yang berkoar-koar menolak wanita untuk bekerja. Dunia ini tetap membutuhkan wanita untuk profesi-profesi yang memang diperlukan. Mereka yang menghimbau agar wanita menjauhi keprofesian tak jarang juga ujung-ujungnya mencari dokter perempuan manakala sang istri akan melahirkan. Hypocrite as its best.

Untuk kehamilan kedua ini, kami sebagai orang tua lebih siap secara mental. Euforia menyambut kehadiran buah hati, gue akui, tidak segegap gempita seperti menyambut kehadiran putra pertama. Kami tidak menyiapkan perlengkapan secara berlebihan mengingat beberapa pakaian dan kebutuhan bayi masih bisa diwariskan dari kelahiran pertama karena jarak yang relatif cukup dekat. Hanya kelang kurang dari dua tahun. Gue juga tidak membuatkan surat terbuka di blog seperti yang gue lakuin sebelum kelahiran Alby.

Yang tetap sama antara kelahiran pertama dan kedua adalah doa yang kami panjatkan agar proses kehamilan hingga proses persalinan diberikan kemudahan dan kelancaran. Juga doa terpanjat agar calon bayi tersebut lahir dalam keadaan selamat, sehat wal afiat, normal dan tanpa kekurangan satu apa pun. Lebih jauh sedari dini kami mendoakan ia menjadi anak yang sholeh jika nantinya benar berkelamin pria dan solehah jika prediksi via USG ternyata salah.

Tokoh lainnya dalam tulisan ini adalah Alby. Alby Shofwan Moisaani.

Entah Alby sadar atau tidak bahwasanya sebentar lagi ia akan punya adik. Fase yang akan membuatnya kehilangan peran protagonis utama dalam keluarga. Keseluruhan perhatian dan kasih sayang orang tua akan terpecah dan tidak lagi menjadikan ia sebagai pusat gravitasi.

Sejauh ini Alby kerap kali bergumam ‘dede’ manakala melihat perut sang ibu yang semakin membuncit. Mulanya kami mengira ia benar-benar tahu bahwa ada janin bukan TV layar datar, yang bersemayam di dalam perut ibunya. Tapi ternyata ia menggunakan gumaman sejenis setiap kali melihat perut yang tidak rata. Ia memanggil perutnya sendiri sebagai dede. Perut teman sebayanya sebagai dede. Dan mutlak. Perut ayahnya sudah pasti dinamai dengan dede.

Di usia satu tahun lebih enam bulan Alby sudah bisa mengikuti perintah sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, mengambilkan barang, mendatangi kala dipanggil serta pulang tanpa diantar. Menurut dokter, tahap perkembangan Alby termasuk normal. Hanya saja ia perlu lebih banyak diajak berkomunikasi agar kosakatanya bertambah tidak hanya ‘ayah’, ‘aduh’, ‘dede’, dan ‘udah’. Kami hampir setiap hari mengajak Alby ngobrol mengenai pengaruh tax amnesty pada audisi tatanan dunia baru. Tapi Alby lebih senang menyimak ipin juga upin bercakap dalam Bahasa Melayu yang seronok sangat. Macem mane ini?.

Tapi sebenernya kami masih merasa cukup tenang mengingat tetangga kami yang memiliki anak sebaya dengan Alby memiliki laju perkembangan yang tidak jauh beda. Atau kami sering menggunakan alasan gender dengan menyebut bahwa balita perempuan memiliki tahap perkembangan yang lebih cepat ketimbang anak pria.

Satu hal yang masih sering dialami Alby adalah kejedot tembok. Hampir setiap hari ada saja aksi kepala bersentuhan mesra dengan dinding rumah dengan laju dan energi yang cukup untuk membuatnya menangis. Kami berupaya sebisa mungkin untuk menghindari Alby dari terbentur untuk yang kesekian kalinya guna menghindari cedera otak atau menjauhkan ia dari anak yang keras kepala.

Pada akhirnya Alby harus sadar bahwa ia akan mengemban peran baru sebagai kakak yang harus melindungi, mengayomi dan menjaga adik-adiknya. Peran baru yang menjadikan ia sebagai wakil saya sebagai kepala keluarga.

Iklan

Saat Alby Belajar Berkata

April 11, 2016 § Tinggalkan komentar

Sumber : Google

Sumber : Google

Tidak salah memang ketika Sergey Brin dan Larry Page memutuskan untuk mengganti ‘google’ dengan ‘Alphabet’ sebagai induk perusahaan. Menurut Page, Alphabet (atau alfabet dalam Bahasa Indonesia) adalah penemuan paling penting dalam sejarah peradaban manusia karena ia melingkupi semuanya dari A hingga Z. Keberadaan alfabet memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan cara-cara yang lebih mudah. Para makhluk kekinian tertolong dengan rentetan huruf yang 26 sehingga mereka bisa update status unyu di media sosial. Netizen bisa saling adu argumen dan ‘anjing-meng-anjingkan’ juga karena bantuan alfabet. Bandingkan saja jika kita harus menggunakan semaphore atau morse jika harus berkomunikasi setiap saat. Susunan kalimat dari alfabet ini yang kemudian membantu manusia untuk berkomunikasi, menyampaikan pesan ke lawan bicara.

Proses manusia berkomunikasi memang melalui tahapan-tahapan tertentu yang dimulai sejak dalam rahim. Janin bisa memberikan respon setiap kali ada yang mengajak mereka berbicara. Bayi usia 4 bulan bisa mengenali nama mereka sendiri dan membedakannya dengan kata lain. Usia 6 bulan, bayi sudah mengenali ‘ayah’ dan ‘ibu’. Hingga akhirnya mereka mengalami ledakan kata di usia dua tahun Tahapan-tahapan itu bahkan bisa dikelompokkan, berdasarkan referensi, menjadi ‘cooing’, ‘gurgling’, ‘babbling (berceracau)’ lalu berbicara. Gue sulit mengggunakan transliterasi untuk dua tahapan pertama.

Beberapa anak memang berbicara lebih cepat. Belum sampai usia satu tahun mereka sudah bisa menggunakan kata pertamanya. Beberapa lainnya membutuhkan waktu lebih lama. Alby, jagoan gue, termasuk yang kedua.

Kami sebagai orang tua sering mengajak Alby berbicara dengan topik apa pun. Mulai dari gosip artis hingga debat antara Zakir Naik dan William Campbell. Karena kami sadar proses berbicara selalu didahului dengan mendengar. Berdasarkan riset oleh Roberta Golinkoff, balita sangat menyukai suara dengan nada yang tinggi. Setiap saat mereka melakukan ‘cooing’ pada saat diajak bicara menandakan mereka tengah memperhatikan apa yang dibicarakan. Bahkan sebelum mereka bisa berbicara dengan jelas, para bayi sudah bisa menterjemahkan emosi yang ada dalam nada saat seseorang bicara.

Usia Alby kini masuk 15 bulan. Ia sudah lancar berjalan. Kemana-mana maunya jalan. Sebagai rangkaian dari proses pertumbuhan bayi maka berjalan seyogyanya dipadupadankan dengan kemampuan bayi untuk berbicara. Masa-masa di mana bayi bertransisi dari ‘berceracau’ menjadi mampu untuk berbicara dengan sebenar-benarnya adalah masa-masa kritis. Mereka berupaya untuk menyampaikan keinginannya namun terbatas pada ketidakmampuan mengartikulasikan kata sehingga hasil akhirnya adalah mereka mengekspresikan ketidakmampuan tersebut dengan merengek dan menangis manakala apa yang mereka ingin tidak dimengerti oleh orang dewasa.

Beberapa waktu belakangan Alby sering sekali menguji kesabaran gue. Ia bersikukuh menolak dimandikan. Entah apa sebabnya. Padahal sebelum melakukan aksi penolakan terhadap mandi pagi, ia tidak pernah se-drama saat ini. Setiap kali kami membuka pakaiannya, entah apakah itu diniatkan untuk mandi atau sekedar mengganti baju yang basah, ia berontak. Menangis meraung-meraung seolah-olah dihukum oleh ibu tiri.

Gue yang kebagian jatah mandiin Alby setiap akhir pekan, sering kehilangan akal kenapa ia bisa segarang itu menghindari aktifitas bernama mandi. Gue yakin Alby sebenarnya ingin menyampaikan alasan spesifik kenapa ia bisa berubah 180 derajat hingga harus membenci mandi sedemikian rupa. Mungkin Alby mendalami filosofi ‘Kenapa mandi kalau besok harus mandi lagi’. Atau ia mengalami paranoid, khawatir saat di dalam kamar mandi ia diculik, disekap dan saat bangun tiba-tiba berada di ruang sempit tanpa bisa melihat dunia luar. Oke gue berhalusinasi. Bagian terakhir paragraf ini adalah sketsa film ‘room’ yang apik itu. Alby sejatinya tidak mampu mengatakan apa yang membuatnya memboikot mandi. Ia hanya bisa mengekspresikannya dengan tangisan dan teriakan yang membabi buta.

Menurut sang ibu yang sempat mendatangi dokter anak, bayi memiliki memori yang kuat sehingga jika terjadi trauma secara psikologis maka bayi tersebut akan mampu mengingatnya dengan sangat baik. Masih menurut istri gue, Alby mungkin pernah mengalami kejadian tidak enak pada saat mandi yang membuatnya menjadi rewel seperti saat ini. Kami pun harus terbiasa dengan tangisan Alby setiap pagi hingga dia bisa menyampaikan alasan mengapa mandi pagi begitu menakutkan.

Aktifitas rewel sebagai wujud belum mampunya Alby mengkomunikasikan keingingan terulang lagi pekan lalu. Saat kami bertiga harus menempuh perjalanan lebih dari satu jam, Alby menangis menjadi-jadi di dalam mobil. Mulanya kami mengira ia kepanasan karena AC mobil sengaja dimatikan mengingat kondisi istri yang tidak kuat berdingin ria. Sejenak setelah AC nyala, tangis tersebut tidak berhenti. Kemudian kami berspekulasi bahwa Alby kelaparan. Lalu kami menyerahkan biskuit agar bisa segera ia makan. Tapi tangis tersebut tak berubah sedikit pun menjadi diam. Gue hampir ngebakar menyan dengan asumsi Alby lebih doyan menyan ketimbang biskuit.

Pasrah kehilangan ide, kami menghentikan mobil di alfamart untuk membeli susu dan menyeduhnya saat itu juga. Alby perlahan mulai berangsur tenang. Ternyata kericuhan itu disebabkan oleh panasnya cuaca Bandung yang dikombinasikan dengan ketiadaan susu yang senantiasa menjadi dopingnya. Gue tidak pernah tahu betapa susu bisa membuat bayi teradiksi dengan parah. Jadilah siang itu menjadi hari menangis sedunia.

Sebagai manusia dewasa yang tidak mengerti bahasa bayi, gue terkadang pasrah menghadapi segala tangis dan rengekan anak. Sesekali karena kekesalan yang memuncak, gue kehilangan bentuk-bentuk kesabaran. Nampaknya gue mesti membaca kembali kisah para Sahabat terutama Anas bin Malik yang tidak pernah mendengar sedikit pun kata-kata kasar selama lebih 10 tahun membersamai Nabi. Atau belajar kembali ketabahan Ibunda Imam Masjidil Haram, Syaikh Sudais, yang mendoakan kebaikan di tengah kemarahan.

Komunikasi selalu menjadi sumber konflik terbesar umat manusia. Jika para balita memiliki concern khusus untuk mengungkapkan apa yang di kepala namun dibatasi oleh fungsi anggota tubuh yang belum bekerja dengan sempurna maka orang dewasa memiliki masalah komunikasi yang lebih kompleks. Anak-anak yang berlari, membuat gaduh masjid setiap kali sholat berjamaah berlangsung sering kali mendapatkan ragam hardikan yang berkelindan dengan cacian. Orang-orang yang mendaku dirinya sebagai faqih, ulama acap kali lupa bagaimana dan dengan siapa mereka berkomunikasi. Orang-orang dewasa lainnya yang menikah pun bercerai karena masalah komunikasi. Jadi anakku Alby, jangan galau. Semua orang memiliki masalah yang sama.

Hingga saat tulisan ini dibuat, Alby masih berusaha dengan keras untuk membuat orang-orang dewasa mengerti apa yang mereka mau. Satu-satunya kata bermakna yang secara jelas berhasil ia ucapkan adalah kata ‘ayah’. Alby bisa dengan ‘semena-mena’ memanggil semua orang yang ia lihat dengan ‘ayah’. Kemampuan ini tidak terlepas dari kebiasaan kami yang sering mengajari Alby mengucapkan ‘ayah’ dan ‘bunda’ sedari awal. Hanya karena ‘bunda’ lebih sulit diartikulasikan maka ‘ayah’ adalah pilihan kata yang paling mudah untuk terucap.

Kami tidak menuntut Alby untuk sesegera mungkin berbicara. Apa-apa yang tumbuh dengan instan dan terpaksa tidak akan pernah bisa menyaingi semua yang tumbuh dengan alami. Semoga Alby terjaga dari berkata-kata yang tidak bermanfaat dan semoga lisannya mengandung hikmah.

Selamat Ulang Tahun, Bunda

Maret 7, 2016 § Tinggalkan komentar

IMG-20160208-WA0025Beberapa pekan sebelum tanggal 7 Maret 2016, gue sibuk mengubek-ubek internet perihal benda apa yang paling pas diberikan oleh suami pada istri tercinta di hari ulang tahunnya. Tidak ada informasi baru yang gue dapet dari internet. Hadiah-hadiah yang direkomendasikan terlalu umum. Masih seputar memberikan emas, sepatu hingga istri baru. Yang terakhir seriusan cuma bercanda, yang.

Berhubung artikel-artikel tersebut dicari oleh mesin yang notabene tidak memiliki afeksi maka sejatinya gue harus mencari referensi pada orang-orang yang sudah memiliki khasanah rumah tangga dan per-cinta-kasih-an yang sudah mapan. Oleh karena itu, gue, tanpa ragu, menghubungi Eyang Subur. Istrinya ada 8, bro. Satu orang lagi udah bisa bikin girl band nyaingin SNSD. Masalah rumah tangga? Jangan ditanya. Kuantitas menunjukkan segala-galanya. Tapi berhubung gue khawatir disamperin Arya Wiguna terus bikin dia terkenal lagi, niat tersebut gue batalin. Sudah cukup tipi gue dipenuhi sama orang-orang konyol yang menjadi popular karena ‘didukung’ oleh penonton dengan level kecerdasan yang sama.

Gue, pada akhirnya, berdiskusi dengan temen SMA gue yang sering gue anggap sebagai guru spiritual. Ceile.

Menurut temen gue ini, sebagai seorang istri dia sih ga pernah minta apa-apa kalo ulang tahun. Palingan minta dibeliin tas hermes mirip punyanya Syahrini. Dan saat itu juga gue berasa pengen nampol seseorang.

“Beliin aja sepatu atau tas atau baju” Ujar temen gue.

“Ohh!!” gumam gue.

Berarti inisiatif gue untuk ngebeliin istri baju, sepatu dan tas saat ultahnya ga melenceng dari nasehat temen gue yang udah punya buntut tiga ini.

Istri gue sebenernya juga ga pernah minta apa-apa. Gue udah pernah menyinggung perihal hadiah apa yang dia pengen saat ulang tahun tapi dia tidak pernah menyebut secara spesifik hadiah yang dia mau. Dia cuma bilang, dengan tersirat, bahwa kalo mau beliin hadiah jangan beliin tas. Kalo bisa sih sepatu. Soalnya sepatu sebelah kirinya tertinggal saat sedang ikut pesta bersama pangeran. Jadi dia ga punya stok sepatu lagi. Hmm… lucu ga, lucu ga? Ga ya?

Dari semua diksi tak berguna yang gue tulis di atas, gue menyimpulkan bahwa di hari ulang tahun bini tercinta, gue akan memberikan kado yang bukan tas. Bisa dipakai. Dan digunakan di kaki. Maukah kau membantuku menjawabnya?

Iya benar!.

Gue akan membelikan BAJU. B.A.J.U…

Dan juga sepatu.

Kenapa baju? Gue tahu persis bini gue belakangan ini sangat jarang membeli baju. Selepas menikah, ia lebih banyak menjahit bajunya sendiri mengingat baju-baju lamanya sudah memasuki fasa ‘kekecilan’. Berangkat dari realita tersebut ditambah dengan alasan tidak lama lagi istri gue akan membutuhkan baju dengan ukuran yang lebih besar, gue pun berinisiatif membelikan baju untuk berpergian.

Bicara mengenai baju, khusunya dress untuk berpegian wanita muslimah, pikiran gue tertohok pada bisnis baju onlen temen kuliah gue yang karena passi-on dan juga force-on (:p) rela meninggalkan kenyamanan bekerja sebagai PNS demi merengkuh mimpi bersama sang istri untuk mengembangkan bisnis baju muslimah onlen. Baju-baju tersebut berseliweran di Instagram gue. Dengan sigap gue hubungin dia untuk bertanya-tanya mengenai baju yang ia jual. Sebenarnya pada saat kehamilan pertama, istri gue sempet membeli salah satu baju di olshop yang sama sekaligus mengukuhkan predikatnya sebagai pelanggan pertama.

Gue berdiskusi baju yang cocok untuk sang istri. Pilihan gue akhirnya terhenti pada long-dress warna biru dengan corak hitam yang sangat manis. Ah, lagi-lagi jiwa melankolis gue keluar. Untung gue ga pernah ketemu Saipul Jamil. Oke. First Mission Completed!.

Tugas kedua gue adalah mencari kado bernama SEPATU. Seperti yang sudah gue jelasin di atas bahwa gue tertarik memberikan sepatu sebagai kado ulang tahun istri didasari oleh sedikitnya koleksi sepatu yang ia miliki. Gue langsung bergerilya mencari tahu seperti apa sepatu yang pas. Setelah berdiskusi dengan temen kantor dan mendapatkan berbagai masukan, gue akhirnya tercerahkan dan mendapatkan gambaran sepatu yang akan gue beli.

Ada banyak faktor yang sangat mempengaruhi kecocokan antara sepatu dan pemakainya. Berhubung gue berniat memberikan surprise ke istri, gue ngubek-ngubek toko sendirian bermodalkan contoh berupa sepatu istri yang gue simpen di dalam tas. Dan ternyata, mencari sepatu itu tidak semudah mencari jodoh (sok iye). Setelah berthawaf keliling toko selama beberapa putaran, gue nyerah. Gue khawatir sepatu yang gue beli tidak sesuai ukuran maupun bentuknya dengan preferensi istri. Karenanya niatan gue untuk menghadiahkan sepatu harus tertunda.

Dikarenakan ulang tahun istri jatuh di hari senin, kami merayakannya dengan makan-makan di Karnivor, Bandung, sehari sebelumnya. Buat kami berdua makan-makan adalah jalan keluar terbaik dari setiap permasalahan yang ada. Karena setelah makan, otak dapat kembali bekerja dengan baik sehingga solusi dari setiap permasalahan bisa muncul dengan sendirinya. Sepulang dari acara makan-makan tersebut, gue secara jujur mengakui bahwa gue sempet mencari-cari sepatu sebagai hadiah. Sayangnya niatan tersebut urung terealisasi karena masalah sepatu ini sangat berhubungan dengan selera sambil berjanji akan mencari sepatu bersama-sama manakala ia sudah semakin sehat dan tidak dihampiri kembali oleh rasa mual seperti saat ini.

Gue tidak pernah menjadi orang sabaran. Mungkin kalo ‘On The Spot’ bikin video ‘7 orang paling tidak sabar di dunia’ gue pasti menjadi salah satu nominasinya. Berangkat dari ketidaksabaran tersebut, rencana gue memberikan kado pada hari-H ulang tahun batal. Gue sekonyong-konyong memberikan kado berisikan baju yang sudah gue beli  setibanya di rumah sepulang dari makan-makan. Gue juga berpesan agar kotak kadonya jangan dibuang karena harganya mendekati harga baju. Iya, harga kotak buat kado hampir sama dengan isi kado itu sendiri.

Gue sadar bahwasanya segala rupa materi yang gue berikan untuk istri tidak akan berarti manakala tidak diiringi dengan doa yang tulus dari palung hati. Semua bentuk tas, sepatu, baju, berlian dan banyak lainnya hanyalah benda yang usang bersamaan dengan bertambahnya waktu. Kecuali berlian. Usangnya lama. Makanya gue ga pernah ngasih berlian.

Selamat hari lahir, sayang.

Semoga pertambahan usia ini dimaknai dengan pertambahan segala kebaikan dan keberkahan. Ayah dan Alby selalu mengharapkan yang terbaik buat, bunda. Terimakasih atas segala lelah, letih, payah yang bertambah-tambah selama mengurus keluarga. Semoga semua dibalas dengan pahala yang berlimpah.

Selamat hari lahir, sayang.

Semoga janin yang ada di kandunganmu terus tumbuh dalam keadaan sehat hingga hari dimana kelak ia dilahirkan. Semoga engkau juga selalu sehat dalam upaya mengandung sang adik. Semoga semua mual, rasa lemas selama kehamilan kedua ini menjadi penebus dosa.

Selamat hari lahir yang ke-28, bunda.

The Birthday Boy

Januari 19, 2016 § Tinggalkan komentar

20160116_134708Alhamdulillah. Alby berusia satu tahun pada 18 Januari 2016. Momen yang gue dan istri nantiin sejak sebelum 7 bola naga terkumpul akhirnya tiba. Alby menyentuh tahun pertama dalam sejarah kehidupannya.

Sabtu, 17 Januari 2015, bini gue mules-mules tanda bukaan satu. Setelah berdiskusi dengan dokter, kami disarankan untuk beristirahat di rumah karena jeda dari bukaan satu ke bukaan berikutnya relatif membutuhkan waktu. Sabtu sore mules itu semakin tidak tertahankan. Bini gue akhirnya dirawat sambil menanti saat-saat kelahiran sang buah hati. Lebih dari 12 jam tergeletak di ranjang dingin rumah sakit, bayi itu belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar. Ia nampaknya betah berlama-lama di dalam rahim, menolak untuk bertemu dengan dunia yang kaku dan kejam.

Setelah bosan bersemayam di dalam perut akhirnya bayi tersebut, yang kami beri nama Alby Shofwan Moissani, memutuskan untuk keluar.

Hei, nak. Begitulah detik-detik pertemuan engkau dengan dunia. FYI son, momen dimana mengeluarkan engkau dari rahim adalah pertaruhan hidup dan mati. Bunda sekuat tenaga menemui engkau di dunia.

Perjalananmu dari nol hingga satu tahun kini kami abadikan dalam rekam gambar statis maupun dinamis agar kami tidak pernah terlewatkan momen-momen bersama engkau. Semoga ceritamu yang terekam baik dalam memori perangkat elektronik ini menjadi bahan kami untuk menapaktilasi perjalananmu di saat engkau kelak sudah dewasa.

1 Bulan

Momen-momen awal membersamaimu adalah masa yang cukup berat untuk kami lalui. Terutama bunda. Jadwal tidurmu berantakan. Siang tidur, malem begadang. Setiap dua jam kamu bangun dan minta susu. Wow, menjadi makhluk nokturnal itu tidak mudah, nak. Kebiasaanmu yang tidak bisa membedakan siang dan malam selama di kandungan membuat kami harus turut berpartisipasi dengan pola tersebut. Penglihatanmu pun belum sempurna. Kau belum bisa membedakan mana bunda mana ayah dan yang mana Ike Nurjanah.

Kami juga sempat khawatir ketika hasil cek darah menunjukkan bahwa kau terkena penyakit kuning karena asupan ASI yang kurang tepat satu pekan setelah hari persalinan. Padahal saat itu di rumah kita tengah dilaksanakan aqiqah. Bahagia dan haru bercampur aduk, nak.

Untungnya kamu segera pulih setelah dua hari ditangani oleh rumah sakit.

3 Bulan

Asupan ASI mu sepertinya bekerja dengan baik. Ditandai dengan berat badan yang meningkat dengan pesat setiap bulannya. Baru saja kami akan mengajak engkau untuk melakukan baby spa dan renang bayi tiba-tiba saja kamu menderita sakit (lagi). Alby males menyusu dan fesesmu juga berwarna hijau, nak. Mulanya orang-orang tua di sekitar rumah berucap bahwa feses berwarna hijau adalah sinyal akan bertambahnya kemampuan seroang bayi tapi kemudian ayah sadar bahwa ayah adalah bagian generasi Y sementara orang-orang tua itu adalah generasi X bahkan mungkin generasi O. Ada gap yang cukup jauh antar generasi sehingga tidak setiap masukan yang mereka sampaikan adalah sebuah doktrin kebenaran. Walau memang masih ada yang memiliki warisan nilai kebaikan.

Ternyata Alby menderita kolik, nak. Semacem gangguan pencernaan yang berakibat pada menghijaunya feses. Apa? Hulk juga menderita kolik? Iya mungkin sekali, nak. Koliknya Hulk menahun.

Di luar segala keresahan mengenai gangguan pencernaan, engkau mulai bisa bergumam dengan semangat. Seolah menandai satu tahun pernikahan ayah-bunda dengan omelanmu yang menyeracau.

5 bulan

Hore, Akhirnya Alby bisa tengkurep dan kembali ke posisi semula dengan sempurna. Sebenernya sejak usia 3 bulan Alby sudah mulai belajar untuk tengkurep. Tengkurepnya sih oke, hanya saja kau kesulitan untuk mengangkat kepala lebih-lebih untuk ngebalikin badan.

Kemampuan bayi memang berbeda-beda. Tetangga ayah bercerita bahwa anaknya sudah bisa duduk di usia 5 bulan. Tetangganya tetangga ayah bahkan lebih dahsyat. Di usia 5 bulan sudah bisa jualan hijab on-line. Luar biasa kan, nak?.

6 Bulan

Akhirnya… Bulan terakhir ASI eksklusif. Tepat dengan berlakunya MPASI, Alby mudik ke Palembang untuk silaturahim lebaran dengan om, tante, uwak, nenek dan keluarga besar di Palembang. Kepulangan ini terasa spesial karena menjadi momen pertama untuk menjumpai keluarga besar di belahan barat pulau jawa.

Kamu pasti senang kan bisa mencicipi rasa lain selain ASI? Akhirnya kamu bisa tahu betapa manisnya gula, betapa asinnya garam dan betapa pahitnya kalimat “kita temenan aja, ya!”.

Perkenalan pertama kamu dengan MPASI adalah saat di dalam pesawat. Untuk menghindari dengungan di telinga karena perbedaan tekanan, kamu mengunyah makanan sebagai pendamping ASI. Ayah lupa persisnya apa yang kamu makan. Antara durian atau nasi padang.

Kamu hebat, nak. Sejak bayi bahkan sejak dalam kandungan sudah wara-wiri ke Belitung, Palembang, Jakarta menggunakan pesawat terbang. Sementara ayah dan bunda mesti menunggu hingga usia belasan bahkan puluhan tahun untuk menggunakan moda transportasi yang sama. Duh, maaf nak ayah jadi curhat. Naluri keibuan ayah suka tiba-tiba muncul dalam situasi melankolis seperti ini *benerin lipstick*.

7 Bulan

Alby bisa duduk sendiri. Wah, melihat kamu bisa duduk sendiri menyajikan kebahagiaan buat kami. Kamu semakin bersemangat untuk mengacak-acak makanan yang ada di depanmu.

9 Bulan

Yeay. M.e.r.a.n.g.k.a.k.

Prestasi lainnya di usia sembilan bulanmu.

Tidak. Kamu tidak perlu merangkak keluar dari televisi. Itu tugasnya sadako. Kamu mah cukup merangkak mengelilingi rumah. Dan hasilnya adalah setiap sudut rumah kau jelajahi, nak. Mencari apa saja yang bisa ditelan. Rambut, pulpen, dorayaki. Asal jangan dompet ayah saja yang kamu telan. Karena jika iya, mohon hapus namamu dari kartu keluarga.

Sejak usia delapan bulan kamu juga gemar sekali tepuk tangan. Dalam setiap kesempatan kamu bisa tepuk tangan dengan semena-mena. Ayah sudah pernah mewanti-wanti bunda untuk tidak menonton ‘Bukan Empat Mata’ selama kau dalam kandungan :(.

Usia sembilan bulanmu juga bertepatan dengan wisuda pascasarjana bunda.

10 Bulan

Kamu tidak berhenti bergerak, nak. Untungnya kamu tidak punya peran mengelilingi matahari. Karena bisa-bisa satu tahun bukan 365 hari.

11 Bulan

Kamu mulai belajar berjalan. Mulanya dipegang dua tangan oleh bunda. Lalu berjalan dengan satu tangan dipegang ayah. Lalu perlahan berjalan merambat menggunakan media yang bisa kamu raih. Lama kelamaan kamu berjalan di atas air. Ah, yang terakhir ini bohong, nak. Tidak ada manusia yang bisa berjalan di atas air. Tidak pula Wiro Sableng atau Chris Angel. Wiro Sableng, sama halnya dengan artis mind freak, berjalan di atas air menggunakan sling, nak. Apa gunanya bisa berjalan di atas air jika tidak bisa berjalan di shirotolmustaqim. Subhanallah!.

12 Bulan

Akhirnya nak. 18 Januari 2016 menjadi saksi transformasi engkau dari seorang bayi yang lemah tak berdaya menjadi sosok balita yang lincah, sehat dan penuh semangat. Lidah yang tak berhenti berucap serta tangan, kaki dan badan yang tak berhenti bergerak.

*****

Sumber gambar : Facebook

Sumber gambar : Facebook

Nak, kini usiamu sudah 1 tahun. Semoga dengan bertambahnya usiamu bertambah pula segala apa-apa yang baik. Tidak ada yang lebih ayah dan bunda harapkan selain engkau kelak tumbuh menjadi anak yang sholeh, cerdas dan berwawasan luas. Tumbuh dengan baik dan sehat tanpa kekurangan satu apa pun.

Nak, maafkan kami jika dalam perjalanan membesarkan dan mendidikmu terselip kesalahan-kesalahan kata, khilaf tindakan, lacur perbuatan. Tak jarang kami kurang sabar menghadapi ulahmu sehingga rona-rona emosi terbersit nyala di hati. Padahal kau pun tak mengerti apa yang telah kau perbuat.

Nak, kami tahu bahwa setiap bisnis yang gagal maka selama ada upaya bisnis tersebut dapat bangkit kembali. Begitu pun dengan karir. Tapi jika kami salah mendidik engkau sedari dini maka tidak ada terminologi ‘diulang’ dalam parenting. Didikan kini adalah engkau di masa mendatang.

Kelak semakin bertambahnya usia, engkau akan semakin meniru apa yang kami lakukan. Kami tidak ingin engkau menjadi anak yang kikir karena kelalaian ayah bunda yang tak pernah mengajarkanmu makna berbagi. Kami enggan engkau menjadi anak pemarah disebabkan oleh perhatian kami yang tidak cukup untukmu. Kami berharap engkau tidak menjadi anak penakut akibat pembelaan membabi buta kami pada setiap kesalahan yang kau perbuat. Nak, di usia satu tahun ini. Doakan ayah juga bunda bisa senantiasa menjaga engkau. Menjadi role model orang tua terbaik untukmu. Memberikan asupan terbaik untuk jasmani maupun ruhani.

Dan semoga nasihat (alm) Ustad Rahmat Abdullah berikut mengiringi setiap pertambahan usiamu.

“Merendahlah, engkau akan seperti bintang gemintang. Berkilau dipandang orang di atas riak air dan sang bintang nan jauh tinggi. Janganlah seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit padahal dirinya rendah hina”.

Salam cinta untukmu, sayang.

-Ayah&Bunda-

*Menyambut pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir tahun lalu, gue latah untuk ikut-ikutan. Hasilnya, judul tulisan gue nginggris biar tidak kalah bersaing dengan negara-negara di tenggara benua Asia.

Sebelas Bulan

Desember 22, 2015 § Tinggalkan komentar

20151017_163728

Try harder, son

Gue awalnya bingung memberikan judul untuk tulisan ini. Mulanya gue berniat memberi judul ‘Karpet Alby’ merujuk pada interaksi Alby dengan karpet plastiknya. Akan tetapi judul tersebut tidak cukup seksi. Lalu muncul niatan memberi tajuk ‘Road to 1 Year’ sebagai persiapan menuju ulang tahun pertama putra gue. Tapi ya terlalu kebarat-baratan. Haram. Kurang Nasionalis. Cukuplah para pejabat yang akan memperpanjang kontrak kerja Freeport yang di-cap ‘Paling Nasionalis’. Kemudian gue berusaha menggantinya dengan ‘Perjalanan menuju 1 tahun’. Namun malah mirip-mirip misi suci kera sakti.

Setelah gue cermati, judul-judul di atas terlalu spesifik, mengkotak-kotakkan alias memisah-misahkan topik. Bisa-bisa gue diciduk sama Densus 88 karena membuat judul tulisan yang dianggap separatis dan diduga melakukan makar. Asa teu nyambung, jang!.

Setelah bertapa beberapa waktu di Kebun Bunga Amarlysis hingga berhasil diinjek-injek oleh Hesti dan generasi fakir eksistensi, akhirnya gue memberikan judul tulisan secara umum. Karena otak gue sudah ‘diracuni’ oleh tingkah laku Alby yang semakin hari bikin gue ngakak dan takjub menjadi seorang ayah, gue akhirnya membuat judul seperti di atas. Sebelas bulan.

Tentu saja tulisan ini tidak akan membahas jumlah bulan yang ada di bumi atau membahas jarak antara Phobos dan Demos yang rajin banget muterin Mars. Tidak juga membahas siklus periodik para wanita yang marahnya lebih serem daripada bacot Ahok. Bercerita tentang wanita, dalam salah satu meme di internet tertulis bahwa jika ada wanita yang berkata ‘tunggu ya 5 menit’ maka kamu bisa menggunakan 5 menit itu untuk menikah, backpackeran keliling dunia, ngumpulin 7 bola naga hingga menyelamatkan dunia bersama Power Ranger. Sadis memang.

Tulisan ini bercerita kembali tentang Alby yang memasuki usia ke sebelas bulan. Walau cuma dua hari dalam seminggu gue bisa ketemu jagoan gue, tapi dua hari itu menjadi dua hari yang selalu bisa membuat beban pekerjaan, permasalahan dan semua lelah terasa menguap begitu saja. Itu sebenernya beban apa air cucian ye.

Gue bingung formulasi apa yang gue gunain pas bikin Alby hingga ia bisa selucu dan semenggemaskan seperti sekarang. Di usia sebelas bulan ia memiliki kebiasaan baru yaitu menggigit dan mengunyah karpet puzzle yang terbuat dari plastik. Atau mungkin karet?. Atau mungkin terbuat dari bayang-bayang masa lalu?. Entahlah. Siapa yang perduli. Yang penting mainan tersebut bukan pemberian bawang merah. Dan yang jelas ia aman buat balita.

Bukan tanpa alasan setiap sudut rumah kami dipenuhi dengan karpet puzzle. Setiap saat Alby bermain dengan lincah hampir selalu diakhiri dengan persentuhan kulit pada bagian tubuh, terutama bagian kepala, dengan benda-benda yang lebih keras yang tersusun dari semen, bata dan cat atau bahasa sederhananya adalah kejedot. Bayi satu ini sangat mendalami peran kejedot dalam kesehariannya. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko cedera saat bermain, lantai rumah kami diramaikan dengan keberadaan karpet puzzle. Bukan berarti kami ingin selalu memberikan situasi aman bagi sang anak. Ada masanya kita harus melindungi mereka dengan sepenuh tenaga. Memberikan keamanan dan kenyamanan setiap saat. Dan ada kalanya kita harus membiarkan mereka terjatuh agar mereka tahu jatuh itu sakit. Dan tahu bagaimana caranya untuk bangkit setelah jatuh. Untuk saat ini, Alby masih dalam tahap pertama.

Alby punya caranya sendiri untuk membuat kami khawatir sekaligus terhibur. Bagian-bagian kecil dari puzzle dengan semena-mena ia lepas lalu dimasukkan ke mulut untuk kemudian dikunyah seperti permen. Kami cukup khawatir kalo sampe potongan puzzle tersebut tertelan. Puzzle itu kan lumayan mahal. Kami perlu menabung lagi untuk membelinya jika hilang. Apalagi yang motif angka. Itu lucu banget. Eh sori, gue salah fokus. Maksudnya puzzle tersebut berpotensi membahayakan kesehatan Alby jika sampe nyasar masuk tenggorokan. Beruntung, Alby tidak pernah (dan jangan sampe) menelan benda asing. Mekanisme sensor di mulutnya bekerja dengan cukup selektif. Itulah mengapa setiap kali gue kasih obeng, kunci inggris atau linggis, Alby tidak pernah menelannya. Good job, son.

Bayi gue masih seperti Alby yang pernah gue ceritain sebelumnya. Aktif tanpa batas. Keaktifan-nya sudah sampe maqom makrifat. Lebih aktif daripada Raffi Ahmad yang dalam satu hari bisa tampil di 3 stasiun tivi berbeda.

Alby kini sudah meninggalkan dunia per-baby walker-an karena lebih memilih merangkak atau berjalan merambat. Ia bisa pelan-pelan berpegangan pada apa yang bisa diraihnya seperti bangku, meja, cita-cita lalu berdiri sejenak dan kemudian merambat kesana kemari. Tapi bagian terbaiknya adalah manakala Alby merangkak dengan penuh passion menuju ke arah gue setiap kali gue panggil. Alby, sit. *kemudian digigit Alby dengan dua giginya*.

Sesekali gue bersembunyi di kamar sambil mengawasi ia celingak-celinguk mencari. Ekspresi kepolosan dengan pipi yang cubit-able ditambah senyum menawan membuat gue pengen selalu berlama-lama bermain bersama.

Alby tetap tak berhenti bergerak. Saat di mana Alby berhenti berorbit adalah saat sakit. Beberapa pekan lalu ia menghabiskan satu pekan di rumah aki/niniknya di Sindangbarang, 100 km sebelah selatan Cianjur kota. Wilayah ini berbatasan langsung dengan laut sehingga cuacanya relatif lebih panas. Sepulang dari Sindangbarang, Alby beberapa kali muntah seusai minum ASI. Bukan karena bundanya memberikan ASI basi. Kulitnya juga banyak bercak merah dan mengelupas. Usut punya usut dan setelah berkonsultasi dengan dokter, Alby diduga mengalami kondisi tersebut karena fisiknya tidak kuat menghadapi perubahan cuaca. Ditambah lagi kebimbangan Menteri Perhubungan menentukan apakah Gojek jadi dilarang atau tidak menambah buruk keadaan.

Kami cukup khawatir setiap kali melihat Alby tidak seaktif biasanya.

Saat ini Alby sudah sehat kembali. Sudah selincah sedia kala. Tapi ya itu. Sekarang dia sulit banget makan nasi. Dia bisa makan apa saja kecuali makanan full karbohidrat tersebut. Apa jangan-jangan Alby sedang diet karbo?. Atau dia ikutan OCD?. Buat Alby, karpet puzzle jauh lebih enak daripada makanan apa pun.

Gue sempet menyesalkan kenapa tidak ada karakter kartun Indonesia yang mirip Popeye. Kalo Popeye bisa kuat habis makan bayem, harusnya kartunis Indonesia membuat tokoh yang kuat menjomblo bertahun-tahun atau bisa berantem dengan serigala-serigala yang ganteng hanya dengan makan nasi. Gue yakin anak-anak balita sak Indonesia pasti ga ada yang emoh makan nasi. Apalagi kalo yang meranin karakternya Jeremy Teti atau Saiful Jamil. Beh. hacep banget pastinya.

Sekarang, kemana-mana Alby sering sekali bergumam ‘haaa’ dengan intonasi sok-sok diseremin. Persis dengan cara orang dewasa menakuti anak-anak. Sekonyong-konyong ia bisa bertingkah seperti itu di rumah, di mobil dan dimanapun ia mau. Bundanya bahkan tidak tahu dia belajar darimana atau mengimitasi siapa. Tidak semua hal baru yang dilakukan oleh anak-anak bisa diketahui dari mana ia belajar. Bertanya sumber imitasi balita sama aja kayak nonton pertandingan bola terus nanya mana yang jahat mana yang baik di antara dua tim yang tanding. Absurd. Pokoknya gumaman tersebut bisa membuat kami tertawa lepas karena menurut bundanya ekspresi tersebut cocok buat nakut-nakutin semut.

Bulan depan Alby setahun. Menikmati pertumbuhan Alby dari waktu ke waktu menyajikan spektrum kebahagiaan tersendiri buat gue dan istri sebagai orang tua. Semoga Alby tetap terus tumbuh dengan sehat dan cerdas. Semoga ia tumbuh menjadi anak yang shalih, berkarakter dan ber-adab.

Salam Cinta untukmu, nak.

Selamat Empat Bulanan, Alby

Mei 23, 2015 § Tinggalkan komentar

Alby

Halo Alby sayang

Assalamu’alaikum..

Lagi-lagi ayah mengingkari janji. Tulisan tentangmu yang seharusnya termuat tanggal delapanbelas tiap bulannya harus terpaksa mundur karena kesibukan ayah di kantor. Sepertinya ayah harus meminta kelonggaran agar tulisan tentang Alby tidak mesti termuat pada tanggal yang sama. Ayah khawatir tidak bisa menjaga konsistensi.

Nak, kini usiamu tengah memasuki bulan keempat. Tidak berasa memang. Rasanya baru kemarin bundamu merasakan kontraksi di perutnya. Tanpa terasa kau tumbuh dengan cepat meskipun saat ini tengkurep adalah masalah utamamu. Kau mirip ayah. Karena ayah juga mengalami kondisi yang sama saat seusia engkau. Tengkurep itu tidak mudah, jenderal.

Beberapa hari yang lalu ayah menyaksikan video-video yang ayah dan bunda rekam tiap minggunya. Menyimak perubahan-perubahan yang kau alami dari waktu ke waktu memaksa otot-otot di sekitar mulut ayah menyungging senyum dengan sendirinya. Semakin dewasa kau nampak semakin tampan.

Engkau semakin lancar berbicara. Di antaranya yang jelas terdengar adalah saat kau bergumam ‘eneng’ atau semacamnya setiap saat melihat sang bunda. Di lain waktu kau berkata ‘nde’ guna memanggil tantemu yang lazim kami panggil ‘dede’. Dan yang paling membuat ayah kaget adalah saat engkau berkata ‘mbing’ manakala ayah dan bunda berseru tentang kambing saat tengah menonton salah satu acara di televisi. Kami tak tahu apakah engkau benar-benar berkata seolah mengerti bahasa orang dewasa. Atau mungkin kau hanya berucap apa-apa yang mudah. Tapi apapun itu, kata-katamu menciptakan keriuhan sendiri di dalam rumah. Kami menanti-nanti gumaman seperti apa lagi yang akan diucapkan dari bibir mungilmu.

Sekitar dua minggu yang lalu engkau sakit pilek dan batuk, sayang. Kami khawatir dengan kondisimu yang terlihat sangat tidak nyaman. Engkau bahkan tidak bisa minum seraya tidur. bunda lah yang dengan sigap menyusui sambil menggendong engkau di kala jangkrik tengah bersenandung pilu. Bundamu memang hebat, bukan?

Kami tidak tega tiap kali mendengar suara dengkuranmu saat terlelap tidur. Seolah ada sesuatu yang mengganjal di hidung atau paru-paru. Ayah pun mencoba mencari tahu lebih banyak tentang itu. Setelah berdiskusi dengan mereka yang juga memiliki bayi ternyata kondisi tersebut adalah hal yang normal dialami bayi 3-4 bulan. Saat engkau baru lahir, masih terdapat kotoran dari rahim yang masih menyumbat di dalam saluran pernapasan. Kau harus lebih rajin minum ASI dan dijemur di sinar matahari agar segera sembuh. Seperti itulah teman kantor ayah memberikan informasi.

Tak berapa lama kemudian bundamu mengatakan bahwa fesesmu berwarna hijau dan sesekali kemerahan. Kami pun panik dan segera berkonsultasi pada dokter anak. Pak dokter berkata bahwa engkau mengalami alergi dari makanan yang dikonsumsi bunda. Kemungkinan besar alergi susu sapi. Bukan sekali ini saja kau alergi dengan makanan, nak. Sebelumnya kulit mukamu mendadak merah karena alergi terhadap kacang.

Nak, kelak kau akan tahu nak bahwa memiliki bayi adalah saat-saat dimana engkau menjadi begitu sedih tatkala sang buah hati sakit ataupun terluka meskipun kecil.

Bulan ini engkau juga akan segera divaksin. Saat engkau besar, mungkin perdebatan seputar boleh tidaknya vaksin akan terus bergulir. Masing-masing bertahan dengan pendapatnya. Ayah dan bunda ingin bersikap moderat terhadap isu ini. Beberapa ulama kontemporer memperbolehkan vaksin karenanya kami mengikuti fatwa mereka. Kelak jika kau memiliki pendapat lain silahkan saja, nak. Di era saat ini, orang-orang bisa dengan mudahnya menjatuhkan hanya karena perbedaan pendapat di antara mereka. Yang terpenting adalah bagaimana kita memiliki rujukan terhadap hal-hal yang khilafiyah dan tetap saling menghargai pendapat. Itulah kuncinya.

Selamat empat bulan sayang. Semoga engkau tumbuh menjadi anak yang shalih dan menjadi seorang penghapal Quran.

The ‘A’ Team

Mei 8, 2015 § Tinggalkan komentar

IMG-20150501-WA002718 April 2015 adalah hari yang spesial buat keluarga gue karena pada tanggal tersebut ada dua momen yang kami rayakan yaitu satu tahun pernikahan dan juga 3 bulan-an Alby. Satu tahun bisa dikatakan sebagai usia yang masih sangat belia untuk ukuran sebuah rumah tangga. Bahkan, orang-orang terdahulu berani menjamin bahwa setahun pertama menikah adalah fasa-fasa termudah yang dilewati oleh suami-istri. Ke depannya tantangan akan jauh lebih berat guna mengarahkan bahtera agar tidak karam terhantam karang.

Belum banyak hal yang bisa digambarkan atas periode 12 bulan setelah ijab qabul. Terlalu dini jika kita mencoba mengekstrapolasi keharmonisan rumah tangga hanya dengan mengambil kepingan-kepingan dari satu tahun pertama puzzle yang bernama pernikahan. Menikah bukan data-data eksakta yang bisa ditentukan dengan memasukkan variabel A dan B. Permasalahan tersulit manusia dari zaman dahulu kala, selain nasib jomblo ngenes (jones), adalah permasalahan yang ada dalam pernikahan sebab terdapat dua kepala yang isi dan pernak pernik kehidupan serta latar belakangnya bisa jadi benar-benar berbeda. Tiap-tiap diri punya ego. Maka ketika Qabil membunuh Habil, itu pun didasari atas sentimental untuk berpasang-pasangan. Qabil tidak rela menikahi Labudah.

Setidaknya setahun pernikahan bisa menjadi sedikit gambaran seperti apa wajah keutuhan sebuah pasangan. Buat gue pribadi, satu tahun terakhir adalah satu tahun terbaik yang pernah gue alami. Menikah dan mempunyai seorang bayi yang lucu benar-benar melengkapi episode kehidupan gue.

Sejauh ini, gue dan istri Alhamdulillah masih menjalani segala sesuatunya dengan baik dan lancar. Belum ada riak maupun onak yang benar-benar tajam yang mencederai keharmonisan keluarga kami. Kunci terbaik dalam mengatasi permasalahan rumah tangga adalah menahan egoisme dan menjalin komunikasi aktif serta selalu berprasangka baik terhadap pasangan. Selain kemampuan untuk meredam ego dan memformulasikan visi bersama, hal terpenting yang melandasi sebuah mahligai Indah rumah tangga adalah menikahi wanita shalihah. Karena syarat tersebut adalah langkah pertama yang sangat mungkin menentukan langkah-langkah berikutnya. Istri shalihah adalah jaminan keamanan, rasa nyaman dan cinta dalam keluarga. Benarlah jika Rasul menekankan agama sebagai dasar seseorang sebelum memilih dan memilah pasangan hidup.

Setelah satu tahun pernikahan, keluarga kami semakin kental dengan nuansa huruf pertama abjad latin. Dengan inisial huruf ‘A’ keluarga ini akan menjadi The ‘A’ team. Kelak anak kedua, tiga dan seterusnya akan mewarisi huruf ‘A’ di depan namanya.

A pertama adalah Annisa Martina. Setelah satu tahun, gue makin mengenal karakter doi. Gue dan istri punya banyak kesamaan. Kami sama-sama memiliki golongan darah O, kami seneng ngomong, kami berdua doyan makan dan yang paling penting adalah kami sama-sama bernapas. Meskipun begitu kami juga memiliki banyak perbedaan. Selain beda kelamin, istri gue cenderung tidak terlalu aktif di sosial media jika dibandingkan dengan gue yang setiap menit mengakses situs-situs facebook, instagram dkk. Keadaan tersebut sebenarnya menjadi anugerah tersendiri. Istri gue bukanlah orang yang suka curhat ini-itu di facebook. Atau pasang foto mesra-mesraan. Ia juga tidak sudi membuat status dan semua hal yang terjadi di dinding laman web besutan Zuckerberg. 008968 01 4R

Gue seneng nonton, suka update hal-hal yang kekinian, seneng baca buku-buku tentang pemikiran, ide dan pengetahuan. Sementara istri gue lebih seneng baca harga pa*mpers yang didiskon di Ele*nia. Hal itu sangat membantu masalah keuangan keluarga. Rasanya memang tidak perlu memaksakan kepada pasangan apa yang kita suka karena mereka memiliki hobi dan kecintaannya sendiri. Tidak perlu menjadi orang lain untuk menunjukkan rasa cinta.

Gue akui bahwa istri gue punya banyak kekuarangan tapi rasanya kelebihannya jauh lebih banyak. Salah satu kelebihan tersebut adalah dia mau menikah sama gue yang agak weird. Kalo kita berfokus pada kekurangan rasanya kita tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dalam berumah tangga. Pasangan yang baik adalah mereka yang mendukung satu sama lain untuk berkembang dengan apa yang mereka suka dan menjadi diri mereka. Rasul pun adu lari dengan Aisyah, menggendong Aisyah di tengah keramaian. Arggh, kenapa gue jadi berasa Mario Teguh gini. Gue keinget dengan caption di instagram ‘we come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly’. Widih, gue mesra banget ya yang. Tolong masakin semur ayam ya sehabis baca tulisan ini :D.

A yang kedua adalah Alby Shofwan Moissani. Tepat di hari yang sama, Alby merayakan usia ketiga bulannya. Ia kini mampu berceloteh banyak hal. Mengajak kami berdiskusi seolah kami mengerti. Kami berharap Alby dapat menjadi anak yang sholeh, berbakti dan menjadi panutan bagi adik-adiknya kelak. 008968 02 4R

Memiliki bayi adalah pengalaman yang luar biasa. Saat melihat senyumnya, tawanya, tangisnya adalah momen-momen terbaik yang bisa menghidupkan hari. Setiap saat gue menanti hal-hal baru apa yang ia lakukan. Detik-detik pertama kali mendengar Alby berceloteh membuat gue meleleh. Belom lagi saat melihat ia belajar tengkurep, duduk di pangkuan emaknya, kehebohan saat mandi. Gue merasa bingung dengan negara-negara dengan angka kelahiran yang rendah. Mereka seolah terbebani dengan kehadiran seorang bayi. Mungkin dalam benak mereka memiliki bayi berarti merelakan diri untuk mengurus makhluk hidup yang lemah yang hanya bisa menangis dan merengek. Itu benar. Namun membersamai tumbuh kembang sang anak jauh melewati kelelahan fisik saat mengurus mereka. Gue yakin para ibu sedunia sepakat dengan hal ini.

Memiliki bayi juga berarti mencurahkan semua perhatian dan fokus pada mereka. Saat mereka sakit maka kita juga akan merasa sakit. Sekarang gue mengerti mengapa Lara dan Zor-el menyelamatkan Kal-el dari kehancuran planetnya. Gue juga mengerti pedihnya perasaan orang tua Son goku saat merelakan anaknya pergi ke bumi sebelum Planet Saiya meledak. Anakku Alby, maaf jika ayah terlalu banyak menonton kartun :D.

A terakhir tentulah gue sendiri, Andri Wijaya alias Andrew alias Jay atau Jayho. Gue sengaja menulis kisah gue di akhir cerita karena gue sangat mengidolakan Inspektur Vijay yang selalu hadir di saat penjahat sudah kalah. Sudah, tentang gue tidak usah banyak dibahas. Gue lebih enak diajak cerita daripada dibaca kisahnya. Tsah!.

Setelah satu tahun pernikahan, banyak rintangan yang akan terjadi ke depannya. Banyak ujian yang siap menanti. Namun semoga setiap permasalahan dapat diselesaikan. Karena menikah itu sebenarnya adalah seni untuk mencari solusi dalam setiap ruangan yang berisi permasalahan dan tantangan.

Tentang Sebuah Nama

Januari 31, 2015 § Tinggalkan komentar

PhotoGrid_1422770184316Apalah arti sebuah nama. Bahkan jika sekuntum mawar memiliki nama yang lain, ia akan tetap wangi.

Seperti itulah parafrase sajak William Shakespare yang termuat dalam kisah cinta picisan yang menyejarah antara keluarga Montague dan Capulet atau lebih dikenal dengan Romeo dan Juliet. Hebatnya, gaung sajak tersebut bisa kita rasakan hingga saat ini, setiap kali ‘nama’ menjadi sebuah topik pembahasan. Dan, sebagai anti teori dari penafian sebuah nama yang membawa ideologi ‘barat’ maka akan dipostulatkan ungkapan ‘nama adalah doa’. Bak pertarungan ideologis antara orient dan occident, keduanya mewakili seperti apa barat dan timur memandang sebuah nama.

Di negeri kita sendiri, masalah nama sempat menjadi sebuah kontroversi. Pada suatu masa di era orde baru, warga Indonesia keturunan Cina harus memiliki nama bercorak Indonesia atau setidaknya seperti nama seorang muslim sebagai identitas. Maka nama macam Husin, Ali, Wijaya sangat laku di pasaran. Salah seorang warga keturunan bahkan mengganti namanya menjadi Diponegoro yang artinya Dipokso Negoro.

Oprah Winfrey adalah contoh dari seseorang yang sempat mengalami kesalahan dalam namanya. Nama asli Oprah adalah ‘Orpah’ karena orang tuanya terinpirasi dari Alkitab. Namun karena kesalahan pada surat keterangan lahir maka kita mengenalnya dengan ‘Oprah’ hingga saat ini. Tak ada yang tahu apakah jika ia masih menyandang nama Orpah dia akan tetap terkenal seperti sekarang. Kalian juga bisa memilih nama-nama unik agar terkenal. Pilihlah nama yang anti-mainstream agar meninggalkan kesan buat orang lain. Ayu ting-ting dan Cita Citata melakukannya dengan baik.

Sehubungan dengan nama, gue sudah bahas di tulisan sebelumnya bahwa pemilihan nama bayi kami melalui sebuah mekanisme yang panjang. Jauh sebelum bayi kami lahir, gue sudah mencari-cari nama yang cocok untuknya. Lewat beberapa referensi dan interupsi hingga ada banyak nama tandingan, kami memutuskan bahwa sang bayi bernama ‘Alby Shofwan Moissani’. Dan kalian perlu tahu saat berhasil memperoleh nama yang baik untuk bayi kita rasanya seperti ingin berucap ‘Eureka’ ala Archimedes.

Saat duduk di bangku sekolah dasar, gue dan temen sepermainan pernah berandai andai jika nanti punya anak, siapa kira-kira namanya. Iya, gue memang alay sejak SD. Bukannya mikirin bagaimana membantu Kotaro Minami melawan Gorgom dan Jendral Jack, gue malah berleha-leha memilih nama calon anak. Tiba-tiba gue pengen minjem mesin waktunya doraemon buat balik ke masa sekolah dasar dan ketok kepala gue yang masih bocah tapi udah ngomongin anak.

Tapi ada yang unik. Saat itu, di tengah ke-alay-an tersebut, gue sadar bahwa belum ada nama-nama beken sepeti Aliando, Kenzo, Zahra. Nama-nama yang beredar masih sangat amat KONVENSIONAL. Hanya ada Suraji, Ahmad dan Joko. Sangat berbeda dengan nama-nama anak kekinian. Yes, saat gue bertanya pada temen-temen yang lebih dulu mempunyai bayi, nama anak mereka pun tak lazim di telinga. Mulai dari Alaric, Azkadina, Gibraltar. Wow! Gue berdecak kagum. Apa bapak-ibu muda ini membuka Sirah Nabawiyah sebelum memilih nama. Atau mereka terlebih dahulu mengkonsumsi biskuat biar semua bisa jadi macan? Entahlah.

Sudah sangat jarang nama-nama seperti Andri, Dedy, Putri menjadi pilihan para orang tua. Deretan nama tersebut nampak terlalu old school. Nama Dedy tak lagi menjual Karena public figure dengan berawalan ‘Dedy’ tidak mencolok secara fisik. Tengok saja Dedy Corbuzier, Dedy dukun hingga Dedy dores.

Memberikan nama yang baik adalah satu dari tiga kewajiban seorang ayah pada anaknya. Jika Juliet terlalu mabuk dalam cintanya pada romeo hingga sebuah nama nir arti. Maka memang, bagi seorang muslim nama adalah representasi dari harapan orang tua pada sang anak. Pada nama, kita bisa bercermin tentang sosok anak di masa depan.

Sebaik-baik nama adalah Abdullah. Itu kata rasul yang termuat dalam prophetic parenting karya Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh. Jangan mentang-mentang berharap nama keren lalu memberi nama yang dilarang atau agar nampak kearaban lalu dipilih ‘Abu Lahab’ atau ‘Abu Jahal’. Ulama juga melarang memberikan nama dengan nama seseorang yang masih hidup karena kita tidak mengetahui bagaimana akhir hidup seseorang. Jadi tidak disarankan untuk memberikan nama ‘Erdogan’ misalnya hanya karena ingin berharap sang anak memiliki sepak terjang layaknya Presiden Turki tersebut.

Saran gue, nama seorang anak sebaiknya terdiri dari minimal dua suku kata agar mereka tidak kesulitan saat mendaftar di jejaring sosial yang mensyaratkan dua kotak untuk nama usernya. Tapi juga jangan terlalu panjang seperti nama berikut

Red Wacky League Antlez Broke the Stereo Neon Tide Bring Back Honesty Coalition Feedback Hand of Aces Keep Going Captain Let’s Pretend Lost State of Dance Paper Taxis Lunar Road Up Down Strange All and I Neon Sheep Eve Hornby Faye Bradley AJ Wilde Michael Rice Dion Watts Matthew Appleyard John Ashurst Lauren Swales Zoe Angus Jaspreet Singh Emma Matthews Nicola Brown Leanne Pickering Victoria Davies Rachel Burnside Gil Parker Freya Watson Alisha Watts James Pearson Jacob Sotheran Darley Beth Lowery Jasmine Hewitt Chloe Gibson Molly Farquhar Lewis Murphy Abbie Coulson Nick Davies Harvey Parker Kyran Williamson Michael Anderson Bethany Murray Sophie Hamilton Amy Wilkins Emma Simpson Liam Wales Jacob Bartram Alex Hooks Rebecca Miller Caitlin Miller Sean McCloskey Dominic Parker Abbey Sharpe Elena Larkin Rebecca Simpson Nick Dixon Abbie Farrelly Liam Grieves Casey Smith Liam Downing Ben Wignall Elizabeth Hann Danielle Walker Lauren Glen James Johnson Ben Ervine Kate Burton James Hudson Daniel Mayes Matthew Kitching Josh Bennett Evolution Dreams.

Dan luar biasanya, kalian cukup memanggil nama yang terdiri dari 161 kata tersebut dengan ‘Red’. Silahkan menghela napas.

Hello World

Januari 22, 2015 § 1 Komentar

dede

Hello world!!!

Please welcome me..

Namaku adalah Alby Shofwan Moissani. Aku lahir pada hari Ahad (Minggu) tanggal 18 Januari 2015 tepat sesaat setelah adzan dzuhur di Rumah Sakit Limijati dengan bantuan Prof Sofie dan para suster. Setelah ditimbang, suster memberi tahu ayah dan bunda kalo beratku 2.95 kg dengan panjang 51 cm dan diameter kepala 32 cm. Aku lahir dalam keadaan normal loh setelah bunda berjuang dengan sekuat tenaga menahan mules dan sakit selama lebih dari dua belas jam di rumah sakit.

Kata temen temen ayah dan bunda, mataku bagus. Mukaku juga mirip anak cewek karena saat ayah menginformasikan ke teman-temannya bahwa aku telah lahir, fotoku yang tersebar di whatsapp lebih mirip anak cewe karena suster yang membedong menutupi semua tubuh aku sampe kepala. Jadinya aku seolah-olah mereka kerudung.. hihihi. Tak lama kemudian, banyak yang mendoakan agar aku jadi anak sholehah. Loh kok sholehah? hiks.

Kata ayah, perjuangan mencari nama buatku tidaklah gampang. Ayah terus mencari referensi di internet untuk mendapatkan nama yang baik. Karena kata ayah, Khalifah Umar ra pernah berkata bahwa kewajiban seorang ayah atas anaknya ada 3 yaitu mencarikan ibu yang baik, memberikan nama yang baik serta mengajarkan al quran. Alhamdulillah ayah sudah mencarikan sosok ibu yang baik, ibu yang luar biasa agar aku bisa tumbuh dan bersemayam di rahimnya. Lalu tugas berikutnya sebelum aku lahir, ayah mencarikan sebaik-baik nama buatku. Awalnya, kata ayah, namaku harus terdiri dari 3 suku kata dengan berawalan huruf ‘A’ karena kami ingin membentuk keluarga ‘A’ setelah ayah dan ibuku namanya diawali abjad pertama alfabet tersebut. Selain itu, namaku juga harus terdiri dari Bahasa Arab, Bahasa Indonesia (Sansekerta) serta Bahasa asing lainnya atau nama yang modern.

Ayahku selalu berharap bahwa aku kelak dapat tumbuh menjadi anak yang soleh, cerdas namun tetap dengan identitas dalam negeri.

Setelah berdiskusi panjang dengan bunda, ayah kesulitan memadupadankan semua unsur tersebut sehingga setelah berselancar lebih jauh di dunia maya, namaku disepakati berawalan dengan ‘Alby’. Alby diambil dari Bahasa Jerman yang berarti mulia dan cerdas. Semoga aku kelak tumbuh menjadi anak yang cerdas seperti otak orang Jerman yang terkenal encer seperti Max Planck, Hertz, Heisenberg dan lainnya. Tapi, kata temen ayah, Alby juga adalah nama maskot lebah toko ritel yang menjamur di Indonesia. Tapi tak apa-apa, lebah juga kan banyak manfaat seperti termuat dalam surat AN-Nahl :D.

Kata ‘Shofwan’ sendiri diambil dari Bahasa Arab yang berarti ‘Teman yang baik’. Ayah ingin aku meniru sosoknya yang selalu berusaha menjadi teman yang baik bagi semua orang. Ayah berharap kelak aku dapat menjadi orang yang bersahabat bagi siapapun. Nama tengahku ini juga sangat dipengaruhi salah seorang penulis favorit ayah ‘Shofwan Al Bana’ yang tulisannya tentang dawah dan Palestina sangat menginspirasi.

Moissani. Unik ya nama belakangku. Moissani itu kalo mengacu ke referensi yang ada di internet, diambil dari Bahasa Arab ‘Al-Maisan’ yang berarti bintang paling terang di konstelasi Orion. Wow, keren ya!. Moissani juga adalah nama unsur kimia yang berasal dari batuan asteroid dan bernilai mahal. Kelak, ayah-bunda ingin aku menjadi seorang anak yang ‘bersinar’ di antara milyaran manusia di muka bumi.

Jadi, jika dirangkum, ayah dan bunda menitipkan doa pada namaku. Mereka berharap aku akan menjadi seorang anak yang cerdas, menonjol (berbakat, bersinar) dan juga sahabat yang baik bagi semua orang. Oh iya, namaku tidak mengandung unsur indonesianya. Tapi semoga aku tetap berupaya mengabdi dan cinta pada negara ini. Nanti di masa depan aku akan menjadi salah seorang yang bermanfaat dan berguna bagi negeri ini dengan tindakan-tindakan nyataku. Semoga aku akan menjadi salah seorang pemimpin bangsa. Aamin ya rabb

Ikut doain dong!!

Where Am I?

You are currently browsing entries tagged with Alby Shofwan Moissani at I Think, I Read, I Write.

%d blogger menyukai ini: