Hibernasi

April 27, 2018 § Tinggalkan komentar

123rf.com

 

29 September 2017 adalah tanggal terakhir saya menulis di blog ini.

Lama? Memang!

Saya pun tidak terlalu memahami kenapa vakum dalam dunia per-blog-an lebih dari 6 bulan Sejak pertama kali bloging tahun 2009, saya tidak pernah sama sekali meninggalkan blog selama ini. Sebelumnya pun saya berikrar untuk meninggalkan tulisan di blog minimal satu per bulannya bahkan menyinyiri mereka yang mengaku bloger namun enggan memutakhirkan halaman blog mereka. Kali ini saya harus menelan ludah saya sendiri.

Proses hibernasi yang sangat lama tidak disertai dengan produktifitas di sektor lain. Apa yang saya lakukan persis dengan vakumnya beruang selama masa hibernasinya. Selama masa hibernasi, aktifitas lain pun semakin memudar. Membaca misalnya. Keengganan membaca terlalu kuat. Puluhan buku menumpuk. Tak satu pun dijamah. Pun jika dibaca, hanya pada lembaran awalnya saja untuk kemudian berganti buku lain dan mengulang membaca pada beberapa halaman pertama.

Hidup saya kini lebih banyak diisi dengan kemubaziran. Tidak produktif.

Sekarang pun menulis hanya basa-basi. Demi menutup bulan April dengan setidaknya meninggalkan jejak di laman blog. Bukan diniatkan untuk menulis sepenuh hati. Lumayan memang. Setidaknya tulisan ini menjadi pemicu guna membangkitkan kembali semangat membaca dan menulis seperti sedia kala. Meskipun saya tidak yakin.

 

Jumat, 27 April 2018

Di kubikel yang riuh dengan segala cerita tentang Infinity Wars, gosip yang gaduh, serta bau makanan jepang di atas meja yang dibagikan oleh pimpinan perusahaan yang berulang tahun.

Iklan

2015 in review

Desember 31, 2015 § Tinggalkan komentar

Asisten statistik WordPress.com menyiapkan laporan tahunan 2015 untuk blog ini.

Berikut ini kutipannya:

Aula konser di Sydney Opera House menampung 2.700 orang. Blog ini telah dilihat sekitar 47.000 kali di 2015. Jika itu adalah konser di Sydney Opera House, dibutuhkan sekitar 17 penampilan terlaris bagi orang sebanyak itu untuk menontonnya.

Klik di sini untuk melihat laporan lengkap.

15 Hari Introspeksi Blog

Oktober 5, 2015 § Tinggalkan komentar

challengeGagasan adalah hal yang paling penting sebelum mulai menderetkan alfabet di atas ranjang. Di atas halaman baru microsoft office maksud gue. Kala kehabisan bahan bakar buat nulis, blogwalking kerap kali menjadi solusi yang ampuh. Ia sudah menjadi kebiasaan bloger untuk menambah referensi tulisan selain tentunya adalah dengan membaca banyak buku, berdiskusi dan traveling

Seperti kali ini, saat berselancar di salah satu tautan pertemanan di blog, gue mendapati sebuah blog challenge tentang tantangan 15 hari introspeksi blog. Introspeksi dalam terminologi ini berarti menilai kembali perjalanan blog dari awal hingga kini. Istilah kerennya sih berkontemplasi. Meraba-raba apakah niatan awal ngeblog masih sama dengan sebelum-sebelumnya. Apakah sudah ada perbaikan dari entry ke entry. Apakah masih alay, galau dan mengalami disorientasi serta penyimpangan-penyimpangan lain? :D.

Setelah melihat poin-poin introspeksinya, gue tertarik untuk pertama kalinya ikutan tantangan menulis di blog. Berhubung waktu untuk bloging terbatas dan juga poin-poin pertanyaan di tantangan ini bisa jadi hanya beberapa kalimat saja, gue memutuskan untuk memuat semua pertanyaan dalam sekali ulas.

Gue buat semacem wawancara sehingga seolah ada proses dialektika.

Apa yang melatarbelakangi lo nge-blog?

Sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, gue udah seneng nulis, walau ga terlalu inget apa yang dulu gue bahas di personal computer jadul dengan prosesor Pentium 1. Saat SMA, kegemaran gue menulis tetap dipertahankan. Paling sering buat tulisan di dinding toilet sekolah. Kadang-kadang di bawah meja kelas. Andri love Markonah. Misalnya. Eh itu semacem tulisan bukan, sih?. Lebih sering lagi menulis kisah masa depan kita di atas butiran pasir yang tertiup debur ombak. Hoammmm!!!!.

Waktu itu gue belum mengenal istilah bloging karena internet belum sepopuler sekarang. Dunia maya pun masih seputar MIRC dan google. Namun semua berubah tatkala gue menempuh pendidikan sarjana. Penetrasi internet semakin menggila. Dari sinilah gue mulai sedikit mengetahui tentang blog, bloging meskipun belum secara official membuat blog pribadi. Awalnya gue memanfaatkan facebook notes untuk membuat tulisan yang panjang. Tapi lama kelamaan gue merasa kurang nyaman menjadikan facebook sebagai tempat menuangkan cerita dan aktualisasi diri. Gue ngerasa facebook, waktu itu, lebih tersegmentasi sebagai wadah untuk pamer status dan update gambar sambil ngegalau, curhat. Karena semua akan alay pada waktunya.

Tahun 2009 temen kelas SMA gue nyebar undangan pernikahan. Waktu itu gue kepikiran untuk mengabadikan kisah temen-temen kelas yang akan menikah dalam sebuah wadah yang bisa diakses kapan pun baik oleh gue, Aliando ataupun orang lain. Akhirnya gue berkenalan dengan wordpress, situs penyedia jasa bloging gratis. Dengan metoda coba-coba, September 2009 gue meninggalkan entry pertama di wordpress tentang pernikahan temen gue tersebut. Walau tulisannya masih kacau balau, setidaknya gue menemukan tambatan hati buat menumpahkan segala cerita dan keluh kesah. Astaga, bahasa gue keren banget!.

Intinya di blog ini gue bisa nulis apa aja yang gue mau, yang gue suka. Area personal gue. Gue mau nulis tentang humor jayus, analisa politik asal-asalan atau bahkan ga nulis pun itu jadi domain gue. Bagi yang tidak suka atau tidak setuju, silahkan mampir ke toko sebelah.

Arti Nama Blog

Oke. Gue narsis. Ketimbang memilih nama-nama komersial, legit, unik sebagai alamat blog, gue lebih percaya diri dengan menjadikan nama gue sebagai alamat blog. Lengkap dengan tanggal dan bulan lahir. Jujur saja nama ‘Andri’ bener-bener pasaran. Di ruangan kerja gue ada 3 nama ‘Andri’. Kurang bangke apa coba. Lo udah kyk beli chiki gopek eh ada hadiah duit seceng. Manggil satu yang noleh tiga. Makanya gue selalu menambahkan embel-embel tanggal dan bulan lahir di belakang username beberapa akun termasuk blog. Manatau ada yang tiba-tiba ngasih gue hadiah saat ulang tahun.

Proses Bloging

Ada dua proses bloging. Proses pertama adalah proses menulis jamak yang banyak dibahas di textbook bahasa Indonesia. Menentukan tema, membuat kerangka tulisan, membuat sub kerangka dan kesimpulan. Tak lupa menentukan jenis tulisan apakah eksposisi, deskripsi, argumentasi dan lain lain. Untuk proses pertama kebanyakan digunain buat nulis hal-hal yang serius atau saat ikut lomba. Tak lupa berbagai referensi gue gunain untuk memperkuat argumentasi tulisan sehingga lebih akurat dan detail. Proses ini memakan waktu yang lebih lama karena harus memperhatikan dengan baik dan benar isi tulisan. Dan hasilnya tidak terlalu buruk. Saat ikut lomba menulis pertama kali, gue menang juara 3 dan dapet hadiah ponsel Samsung Galaxy SIII yang gue pake sampe sekarang. Ga tanggung-tanggung, jurinya pun adalah Ndorokakung, bloger yang terkenal itu loh.Tapi gue agak nyesel. Kalo saja gue dapet juara 1 pasti hadiahnya Samsung Galaxy SI.

Untuk lomba-lomba berikutnya, gue selalu menggunakan metoda pertama. Meskipun ga pernah lagi juara namun beberapa kali gue mendapatkan hadiah hiburan semisal token listrik 100 ribu saat ikut lomba blog dari PLN, dapet kesempatan turut serta pre launching OPPO N-1 serta pernah mendapatkan job saat harus endorse sebuah perusahaan survey properti dengan imbalan sebesar 20 dolar amerika serikat. Wow banget. Bukan masalah nominal tapi tentang kepuasan.

Proses kedua adalah metoda random. Jadi gue dengan semena-mena menulis apa saja yang nyangkut dan terselip di otak gue. Ide-ide tersebut lalu gue sambung-sambungin dengan menambahkan poin-poin penting. Metoda ini lebih mudah namun kurang terstruktur sehingga tulisan yang dihasilkan pun agak ngaco secara literasi. Bahkan tema tulisan menunggu di bagian akhir setelah kesimpulan. Metoda ultra deduktif.

Post Favorit

Tidak ada yang benar-benar favorit. Namun jika harus, fardhu ‘ain untuk memilih, gue menunjuk postingan ‘3 Langkah Jitu Menghemat Energi dan Menjaga Lingkungan’ sebagai salah satunya. Karena postingan ini lah yang berhasil memberikan telepon seluler yang gue gunain sampe sekarang.

Selain itu postingan dengan judul ‘Satu hati dua cinta’ yang pernah nangkring di situs eramuslim bisa jadi salah dua postingan favorit lainnya. Kejadiannya sekitar tahun 2010. Coba search saja ‘satu hati dua cinta eramuslim’ di google.

Postingan dengan jumlah View terbanyak

Rasanya postingan favorit gue adalah postingan dengan jumlah view terbanyak.

Which Post Continues to Give

Jujur, untuk pertanyaan ini gue ga tau maksudnya apa. Itulah mengapa ditulis tetap dalam bahasa aslinya, inggris. Mungkin, Mungkin loh ya, maksud dari pertanyaan ini adalah postingan mana yang memberikan pengaruh ke orang lain. Benerkah ini yang dimaksud?. Kanda bingung, dik.

Kalo iya, berarti postingan yang memberikan pengaruh ke orang lain adalah postingan tentang pendakian ke Merbabu dan juga tentang euphoria. Kalo bukan, berarti gue mesti kursus TOEFL intensif.

Postingan dengan komen terbanyak

Antara Jawa dan Minang mungkin. Gue ga tau gimana caranya ngecek postingan mana dengan komentar terbanyak selain dengan cara manual.

Postingan tersulit

Ummm….

Tulisan yang membuat lo menyesal telah menulisnya

Usai wisuda, sarjana-sarjana baru sibuk untuk menyiapkan diri menjadi seorang pekerja. Lamar sini, lamar situ. Interview ini interview itu. Nah, suatu ketika gue dipanggil interview oleh salah satu restauran keluarga yang punya banyak outlet di mal ataupun rest area. Karena gue ngerasa ga pernah melamar kerja ke perusahaan bersangkutan dan juga ga ngerti gimana sistem rekrutmen itu bekerja, gue dengan pongahnya membuat tulisan yang menyindir dan ‘merendahkan’ perusahaan tersebut. Dan sedihnya, tim HRD restoran tersebut, yang sempat menghubungi gue untuk wawancara, membaca postingan yang gue buat.

Gue beruntung embak-embak HRD tidak melaporkan gue atas pencemaran nama baik dan melanggar UU ITE. Bisa-bisa gue dibui dan meminta perlindungan Kak Seto. Si Embak ‘hanya’ memberikan komentar yang ngeri-ngeri sedap. Gue pun merasa sangat berdosa dengan ulah konyol itu dan mencoba meminta maaf di kolom komentar tulisan yang sama lalu menghapus postingan tersebut dari blog gue selamanya.

Kesulitan dan tantangan terberat selama Bloging

Menuliskan kalimat pertama. Kalimat pertama adalah bagian tersulit dari sebuah tulisan. Fiksi maupun karya ilmiah.

Aspek Favorit selama Bloging

Saat mengkontruksikan ide-ide menjadi tulisan

Bagaimana bloging mengubah hidup lo?

Setiap kali gue menekan changer dan mengucapkan ‘berubah’ atau ‘henshin’

Apa yang kamu pelajari dari bloging

Menulislah pada tempatnya. Menulislah karena apa-apa yang hanya terucap ia akan menguap. Apa-apa yang tertulis mereka mengabadi.

Rencana ke depannya buat blog lo?

Gue sering ngarep dan ngayal kalo tulisan gue bisa dibukuin terus terjajar di rak-rak buku Gramedia. Atau menjadi most wanted book di Book Fair. Tapi gue orangnya takut terkenal. Hahaha.

Ke depannya gue bakalan tetep menulis suka-suka. Menulis tanpa dipaksa-paksa. Tapi tetep membumbui tulisan-tulisan gue dengan sejumput ilmu, setitik pengetahuan. Ceile!.

Role-model dalam bloging?

Gue sering blogsurfing ke beberapa portal, blog pribadi dan artikel-artikel untuk mencari referensi tulisan yang berkualitas. Di antara sekian banyak referensi tersebut gue suka beberapa blog dengan konten humor. Dulu gue sempet menjadikan blog ‘Derita Mahasiswa’ sebagai acuan untuk tulisan dengan sentilan guyon. Tapi sekarang tidak lagi sejak blog tersebut tidak pernah diupdate.

Untuk sekarang tidak ada blog yang bener-bener menjadi role model dalam bloging.

Yoi, segini dulu aja introspeksi 6 tahun perjalanan gue ngeblog. Banyak hal yang sudah gue tulis di blog ini. Ujung-ujungnya ia harus menjadi dokumen yang mampu menerbangkan imaji dan kenangan gue kembali ke saat tulisan-tulisan itu dibuat. Ke depannya gue tetep berusaha menerbitkan minimal satu tulisan per bulan. Semoga tetep mampu menyajikan informasi dan bermanfaat.

Salam ci…lukk…baa…

Mmuahh!!!!.

2014 in review

Desember 30, 2014 § Tinggalkan komentar

Asisten statistik WordPress.com menyiapkan laporan tahunan 2014 untuk blog ini.

Berikut ini kutipannya:

Aula konser di Sydney Opera House menampung 2.700 orang. Blog ini telah dilihat sekitar 39.000 kali di 2014. Jika itu adalah konser di Sydney Opera House, dibutuhkan sekitar 14 penampilan terlaris bagi orang sebanyak itu untuk menontonnya.

Klik di sini untuk melihat laporan lengkap.

2013 in review

Januari 2, 2014 § Tinggalkan komentar

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2013 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

The concert hall at the Sydney Opera House holds 2,700 people. This blog was viewed about 20,000 times in 2013. If it were a concert at Sydney Opera House, it would take about 7 sold-out performances for that many people to see it.

Click here to see the complete report.

2 April Ke-24

April 2, 2013 § Tinggalkan komentar

24

Hip hip hip…

Gue melompat ke tangga ke-24 dalam kalender tahunan masehi. Setiap 2 April, gue dengan miris dan penuh syukur mengingat pertambahan usia dalam jumlah namun pengurangan dalam hakikat.

Hal pertama yang pengen gue lakuin semalem sebelum usia gue bertambah adalah mengubah judul blog ini. Pas banget ada ide sewaktu liat-liat lini masa. “Ikatlah ilmu dengan menulisnya”, judul blog jadul gue harus mengalami transformasi. Tanpa mengurangi makna dalam judul blog lama dan tanpa mengurangi relevansi dengan isi blog secara paripurna, gue memilih peribahasa latin “Scripta Manent Verba Volant”

Bukan, bukan berarti gue ga cinta Bahasa Indonesia dan sok-sok an bergaya latin. Ibroh kan bisa diambil dari mana saja. Karena menurut gue, judul tersebut sangat pas sebagai tema dari semua isi tulisan yang ada di blog untuk saat ini.

Biar ga penasaran, tagline (slogan) yang sebelumnya adalah “Dengan membaca kita mengenal dunia, dengan menulis dunia mengenal kita” yang notabene gue kutip dari blog Pak Jamil Azzaini, kini diganti dengan definisi literal dari judul blog itu sendiri yang berarti “Spoken words fly away, written words remain”.

Terjemahan bebasnya : Kata-kata itu mudah dilupakan, sementara apa-apa yang tertulis jauh lebih abadi. Sebuah peribahasa yang disampaikan oleh bangsa romawi.

Dan balik ke pertambahan usia yang memasuki usia 24

24 itu adalah simbol waktu. Lambang keperkasaan satuan “jam” dalam satu hari satu malam. Dengan gagah ia melibas semua asa yang tidak patuh pada aturannya. Bahwa masa lalu adalah hal yang sifatnya paling jauh.

Memasuki usia ke-24, gue harusnya makin menyadari bahwa waktu itu cuma 24 jam dalam sehari. Waktu yang tersedia tidaklah cukup mengisi semua lini-lini kedzoliman diri.

Jujur aja, gue masih ngerasa bahwa anak kelahiran tahun 1989 itu tergolong anak yang paling muda di angkatannya. Asumsi ini lahir karena gue belum bisa move on dari hegemoni sekolah. Selama di sekolah, anak 89′ selalu minoritas dibandingkan anak seangkatannya. Karena memang pada umumnya angkatan di sekolah kelahiran 88′.

So, waktu sadar kalo usia sekarang udah menginjak 24, gue cuma bisa bergumam “wow, time flies faster than gravity”

Potongan episode hidup sudah semakin banyak yang terlewati. Ada berjuta masa yang pengen diulang kembali. Mulai dari masa SD yang cuma bisa seneng-seneng, ketawa ketiwi. Lanjut ke SMP, SMA, kuliah dan seterusnya. Semua bisa terlalui dengan status sebagai manusia tunggal. Tidak terdampingi dan hidup bebas, mandiri bak layang-layang yang terbang mengikuti arah angin.

Kini di usia ke-24, sudah saatnya semua berevolusi. Merujuk diri yang terlanjur  tua. Tak pelak corak lain dari kehidupan harus mengisi. Pribadi santun yang didambakan, akhlak mulia yang diharapkan, menjadi sebuah langgam tuntunan yang senantiasa diikhtiarkan.

24 tahun sudah hidup dengan putusan-putusan atas logika yang cacat. Tanpa ada yang berkonfrontasi dengan pikiran namun dekat dalam perasaan. Yang menjadikan ibadah sentiasa lengkap, memenuhi separuh agama, mengikuti tuntunan sang nabi.

Ya Rabb, dengan bertambahnya usia, semoga Engkau berkenan menambahkan keberkahan dalam setiap langkah

Ya Rabb, dengan bertambahnya usia, Hamba memohon bertambah kebaikan yang membawa hamba pada kemuliaan dalam derajat orang bertakwa

Ya Rabb, dengan bertambahnya usia, semoga bertambah kedewasaan dalam segenap kealpaan dan kebodohan.

Semoga Engkau selalu melapangkan ilmu agar Aku termasuk orang yang berpikir.

2 April 2013

Bintaro, Tangerang Selatan

5 Kegiatan yang Cuma Bisa Dilakukan oleh Mahasiswa

Januari 3, 2013 § 1 Komentar

mahasiswa

Masa-masa kuliah itu unik. Belajar tapi tidak kaku. Bebas tapi tetap terbatas. Luwes tapi terkadang hasilnya pedes. Duduk di bangku kuliah sangat berbeda dengan ketika menghabiskan waktu di bangku sekolah SD-SMA, meskipun sama-sama dalam domain belajar. Karena mungkin dianggap sudah dewasa, mahasiswa cenderung lebih ”liberal” dalam memperoleh ilmu. Ada yang kuliah sesuka hati, ada yang dengan cerdas memanfaatkan jatah 20% absen, ada yang datang kuliah hanya saat ujian akhir. Semua boleh tergantung seberapa cerdas lo dan seberapa baik sang dosen :D.

Kalo gue sih tergolong mahasiswa pada umumnya. Pinter ga terlalu, bloon juga ga. Rajin lumayan, males kadang-kadang. Kuliah iya-organisasi ok. Kadang masuk kelas, kadang bolos. Yah general case mahasiswa sih. Ga terlalu spesial.

Gue mencoba menjalani masa kuliah just the way I am. Ga ikut-ikutan mereka yang tiap hari aksi, ga ikutan mereka yang tiap hari nongkrong di perpus, juga ga ikutan mereka yang tiap hari jalan-jalan ke mall. Semua yang sifatnya monoton kyk gitu bisa bikin gue mati berdiri. Gue lebih memilih jadi mahasiswa yang luwes aja.

Diajak aksi? Boleh aja sih, selama aksi itu jelas peruntukannya, jelas analisis kondisinya, ada tujuan dan outputnya. Diajak nongkrong ke perpus? Hayu. Apalagi saat ada peer yang susah dan ada yang niat ngajarin (ngerjain) PR kita. Wah, dengan senang hati gue menuju perpus. Walo harus ketemu penjaga perpus yang lebih galak daripada kerberos (anjingnya hades).

Diajakin nge-mall? No problemo, PVJ, IP, BIP, Ciwok hayu aja. Asal ada uang apalagi sampe ada yang traktir. *lap iler*

Sebagai mahasiswa biasa-biasa saja, gue masih inget beberapa kejadian di kampus yang menurut gue sangat jarang terjadi pada fase kehidupan yang laen.

  1. Ngumpulin tugas pagi-pagi

Suatu ketika gue lirik timeline, sesaat gue ngeliat twit adek kelas tentang ujian salah satu mata kuliah yang cukup horor. Pak Dosen yang ngasih soal ujian memberikan keleluasaan siswanya buat nyelesein soal-soal horor itu dengan limit waktu tertentu, mau open book silahkan, tanya temen boleh, tanya Einstein atau Niels Bohr juga ga masalah.

Soalnya memang sedikit, tapi penyelesaiannya subhanallah dahsyatnya. Dosen gue menyebutnya dengan soal terbuka.

Entah apa makna hakiki dari “soal terbuka”. Apakah mengerjakan soal itu di alam terbuka, mengerjakan soal dengan tangan terbuka (siap menerima contekan) atau mengerjakan soal dengan hati terbuka (tabah kalo dapet nilai jeblok), yang jelas soal terbuka pastilah bukan soal yang berhubungan dengan puasa ramadhan, ter-buka (yang paling buka #puasa –red) *jayus* *telen genteng*

Yang paling sering, soal diambil di ruangan dosen dan waktu pengerjaannya mulai dari 13.00 WIB dan dikumpul paling lambat 09.00 pagi keesokan harinya. Dan kegemparan pun dimulai. Ada yang heboh sendiri bahkan ketika belum melihat soalnya seperti apa. Ada yang langsung nyewa pesawat ulang alik NASA buat ngerjain soal di bulan. Biar tenang katanya.

“Kalo gue sih normal aja, ngerjain bareng-bareng temen. Paling ga, satu nasib satu penderitaaan.”

Biasanya kita sampe nginep buat ngerjain tugas ini. Berjamaah ngerjainnya. Yang otaknya paling encer, jadi imam, yang lain cukup bilang, Amiiin.

Kalo dipikir pikir lagi, soal tersebut memang susah. Tapi tidak serumit yang kami bayangkan. Jika memang sering masuk dan perhatiin ulasan pak/bu dosen, maka tidak perlu menghabiskan satu malam suntuk. Yang membuat durasi mengerjakan ujian menjadi panjang adalah kegiatan-kegiatan pengiringnya.

Agenda mengerjakan ujian bersama biasanya dimulai dengan makan malem bareng, heng-ot, ngopi-ngopi, kongkow dan ngobrol ngalor ngidul. Puas cerita dan perut kenyang, langsung menuju basecamp buat peregangan. Biar ga kaku otak dan otot. Peregangan biasanya dimulai dengan game—game lucu. Mulai dari maen UNO, maen tebak-tebakan, sampe maen perasaan #ehhhh.

Selesai maen, dan ketika otot serta otak mulai regang. Mulailah rasa ngantuk datang. Dengan susah payah melawan rasa ngantuk, satu per satu soal mulai dikerjain. Jelas, fokus beralih ke tempat tidur. Seringnya, karena tidak fokus pada soal ujian, kami mencari posisi PW masing-masing buat tidur, have a nice sleep. 

Sleeping time

Sleeping time

Dini hari langsung panik, teriak-teriak, kayang, salto, bingung dengan tugas yang belum selesai. Kemudian hening, mencoba mengerjakan soal satu demi satu.

Mendekati jam deadline, kepanikan bertambah dahsyat. Dengan kantung mata yang membesar, muka kucel, lecek, dateng ke tata usaha jurusan buat ngumpulin tugas.

Oh God, cant imagine our appearance at that time.

Tapi ngumpulin tugas pagi-pagi buta cuma gue temuin di kampus. Entah kalo sudah ada yang ngalamin ini sejak sekolah dasar.

        2.  Nge-lab sampe pagi

True story nih. Gue ga tau gimana cerita di kampus laen, tapi di kampus gajah, ngeleb sampe pagi itu hal biasa. Slogan ”masuk susah keluar susah” dari kampus ini bener-bener kami alami. Ga gampang bro dapet gelar sarjana di depan nama lo, jadi jangan disia-siain tuh.

Naif aja buat orang-orang yang menafikan gelar sarjananya, hanya karena doi memilih jadi entrepreneur. Seolah-olah gelar sarjana itu cuma buat nyari kerja. Think it over, dude. Lo sama aja ga ngehargain kerja keras lo sndiri, entah kalo misalnya TA itu hasil manipulasi data atau dikerjain orang laen. :D.

Kyknya semua jurusan di ITB pada labbing sampe pagi, terutama mendekati masa-masa kritis perkuliahan, Deadline Tugas Akhir. Ini bukan masalah mahasiswa rajin atau ga. Tapi masalah eksistensi di kampus. Bertahan atau keluar dengan tidak terhormat. Tapi nyantai, banyak orang sukses drop-out dari kampusnya toh?

Sensasi ngelab sampe pagi itu bener-bener luar biasa (buat gue). Ngampus malem-malem, ngalor-ngidul (tetep), terus baru ngelab kemudian. Sambil nunggu kerjaan lo running, lo bisa donlot film, gitar-gitaran, ngupil atau latihan drama sambil ngitungin laju reaksi pelarut-reaktan yang ada di labu bundar *telen buret plus klem*

Lebih seru lagi kalo ngeleb ditemenin radio yang muter cerita horor. Dan lebih rame, kalo banyak kisah-kisah angker di tempat lo ngelab. Ga bakalan ngantuk. Ntar pas lagi bengong, ada yang gedor-gedor lemari, atau ada yang lemparin tissue pas lagi sendirian di ruangan. Seru kan? Hahaha #FriendsTrueStory.

       3. Join aksi

Seperti cerita gue sebelumnya, gue pernah ikutan aksi. Bukan buat sombong tapi buat gue, aksi itu adalah sebuah kesempatan untuk dapat menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Tentunya dengan kapasitas kami sebagai seorang mahasiswa. Dalam kapasitas seorang insan terdidik yang gerah dengan kondisi bangsa.

Aksi seorang mahasiswa terdidik tidak ditandai dengan adanya kekerasan atau maen pukul-pukulan. Tindakan-tindakan cacat seperti itu justru mendiskreditkan posisi mahasiswa di mata masyarakat. Aksi yang gue ikuti adalah aksi damai, menyampaikan aspirasi yang didahului oleh kajian-kajian komprehensif dalam point of view seorang manusia dewasa dalam kategori mahasiswa.

Bukan Aksi Yang Seperti ini

Bukan Aksi Yang Seperti ini

Masa-masa menjadi pelajar sebelumnya tidak memungkinkan buat seseorang melakukan aksi untuk negeri. Kalau pun ada, mungkin sebatas aksi lokal menentang kesewenangan kepala sekolah dll.

Gue ga kebayang kalo ada anak SD dengan seragam putih-merahnya, memegang TOA sambil berorasi ”turunkan SBY, turunkan Boediono. Mereka mengkriminalisasi KPK”. Atau bakar-bakar foto presiden sambil berteriak, ”dimana keadilan, di saat sodara sodara kami mati kelaparan”.

Yang jelas, gue ga akan nyekolahin anak gue di SD tersebut!.

Banyak yang memicingkan mata terhadap aksi yang dilakukan mahasiswa. Mahasiswa disitir, mereka demonstran bayaran, mereka ditunggangi parpol dan berbagai hominem laen. Ah biarkan saja, anjing menggonggong dua tiga pulau terlampaui. Yang jelas, selama lo mahasiswa dimana idealisme sedanga berada di puncak, coba sekali sekali ikutan aksi. Tapi aksi yang dilatarbelakangi oleh pendekatan ilmiah. Bukan tindakan-tindakan bodoh yang teriak kanan kiri tapi tidak tau arti dan substansi. Ini sama saja bunuh diri.

      4.  Hangout di sela jam kuliah

Manfaatin masa-masa kuliah dengan baik dan sebijak-bijaknya sebelum masa kerja datang merampas semua. Manfaatin jam-jam siang buat nonton bareng temen, kongkow-kongkow di cafe. Karena ketika udah nyemplung di dunia kerja, jangan harep bisa keluar siang-siang seenak perut. Kecuali emang kerja di bioskop atau di mall.

Karena jadwal kuliah yang ga rigid kyk anak SD-SMA, kita bisa pandai-pandai mengatur waktu. Kapan harus kuliah, kapan harus belajar, kapan harus berorganisasi, dan kapan harus refreshing.

Misal lo ada kuliah jam 8-12, terus ada kuliah lagi jam 15-17. nah, kan bisa tuh nonton premier film “Kuntilanak bunuh diri”, atau “Jenglot maen layangan”. Untung-untung bisa nomat. Sehabisnya film, bisa balik ke kampus buat belajar (ngenet) lagi. Tapi inget, harus fokus dalam segala hal. Jangan sampe waktu nonton lo terus komat-kamit rumus ABC, atau teriak histeris ketika ngeliat ketapel yang lo asumsiin huruf psi dalam rumusnya schrodinger. Bisa-bisa lo ditendang dari bioskop.

Apa-apa yang ada di bioskop cukup ditinggalin di sana, tidak perlu di bawa ke dalam kelas. Gue takut pas dosen lagi bertanya siapa penemu radioaktif, lo jawab “Tony stark dengan iron man-nya” atau bilang ke dosen “pak, why so serious” sambil ketawa seremnya alm. Heath ledger. Itu mah nonton ga khusyuk, di kelas kena tabok.

Jadi anak kuliahan mah jangan kuper, jangan apa-apa disangkut pautin dengan teori relativitas, atau ketidakpastian heisenberg. Seize it all. Yang penting fokus pada apa yang di depan lo tanpa mengabaikan hal laen. Jangan kaku, membatasi diri pada hal tertentu.

      5. Twitteran di kelas

twitwar

twitwar

Nah poin yang ini gue ga recommend buat ditiru apalagi dishare ke orang-orang. Cukup gue yang mengalami. Intinya perlu sih ada sifat rebel, apalagi lo cowok. Ini pembenaran sebenernya. Dasar guenya yang rada nakal, hehehe.

Sebenernya kelakuan-kelakuan nakal pada saat guru menerangkan pelajaran tidak hanya terjadi di bangku kuliah, sejak SD pun gue rasa kita udah ngalamin. Cuma mungkin beda metoda. Kalo masih pake seragam putih-biru atau putih abu-abu, buat mecahin boringnya kelas dengerin metoda satu arah guru ngejelasin sejarah phitecantrhopus erectus, kita biasanya maen tebak-tebakan pake kertas, atau kalo sempet malah bisa maen petak umpet di kelas 😐 .

Nah berhubung gue baru kenal yang namanya media sosial macem twitter dan facebook pas jadi mahasiswa, kenakalan-kenakalan itu bertransformasi menjadi lebih canggih. Dari sebelumnya kertas sebagai media komunikasi dengan teman-teman satu kelas, kini saling mention di twitter lebih jadi pilihan.

Ntar yang pinter pinter, yang biasanya duduk di depan, cukup buat kultwit dengan tagar tertentu, misal #VolumeMolarParsial.

Tinggal dibuat chirpstory, mention deh temen-temen sekelas. Gampang? tapi tidak untuk ditiru.

Lalu kalo dosen, bertanya jawabnya via twitter aja. Misal : Ibnu, apa perbedaan ATR dan FTIR? Kita jawab via twitter aja, mention dosennya. Nanti kalo dosen tsb nanya ke siswa laen, doi cukup RT jawabannya ibnu. Simpel dan cepat. Pastiin sang dosen punya twitter, dan siap-siap aja ngulang matkulnya tahun depan..oops!.

Kalo misalkan tidak sependapat dengan materi yang disampaikan dosen, lo bisa twitwar. Bikin kultwit tandingan. Jangan lupa apdet lokasi juga di foursquare, biar jelas TKP perangnya.

Itulah serunya menjadi mahasiswa. Ketika idealisme bisa saling berbenturan. Tidak hanya di dunia nyata namun juga di dunia maya. Tidak lagi bisa dicekoki seenakya.

Kalo anak sekolah mah twitterannya paling jauh seputar kapan cherrybelle punya personel cowo, atau kenapa justin bieber rambutnya ga botak, paling serius ngomongin bocoran soal UAN atau pilihan-pilihan jurusan pas SNMPTN.

Yah itu sih yang menurut gue hal-hal khas yang Cuma bisa gue temuin di kampus. Ga di tempat atau masa yang laen. Kalo kurang berkenan, sorry ya semua.

*semua gambar diambil dari google

SPE Abstract

Maret 7, 2012 § 1 Komentar

Lately, my advisor urged me to submit paper regards to my thesis research. He said that I should submit my paper on SPE (Society of Petroleum Engineering) paper. Then I said yes, I would. For the first step, I sent my abstract to him to be reviewed.

Here it is

ABSTRACT

 

LABORATORY STUDY : THE APPLICATION OF POLYURETHANE TO RESOLVE SAND PROBLEM IN PETROLEUM EXPLORATION

 

by

ANDRI WIJAYA

NIM : 20510019

(Chemistry Department)

Energy has become a tremendous concern throughout the world. Hydrocarbon fuel still becomes one of the numerous sources to afford energy demand. In fact, hydrocarbon energy just exploited less than 30 % from its total capacity. To improve its productivity, few methods have been developed both mechanic and chemical. One of mostly used method is Improved Oil Recovery (IOR). IOR has a wide method, including mechanical, chemical, and physical. For this research, sand control using resin polymer is applied as part of IOR. Sand control is conducted to increase oil productivity by handling sand problem those occur frequently on production well. Sand production occurs due to sand grains rupture from its matrix where it is bound. High pressure along oil drilling will damage rock formation results on sand production. Sand rupture occurs for unconsolidated and poorly consolidated type of rock formation. Oil containing sand grains will reduce its efficiency. Moreover, sand production increases high maintenance and production cost. To handle the sand problem, several methods have been developed comprising mechanical and chemical techniques. In terms of chemical method, a polymer resin is used for this purpose. The polymer resin strengthens a covalent bond among sand grains. Thus it will withstand towards high pressure along drilling process. Polyurethane is synthesized on this research as resin to handle the sand problem. It is synthesized from castor oil as a polyol source and 4,4-methylene bis phenyl diisocyanate (MDI) as an isocyanate compound. Reaction is conducted for one and half hour with nitrogen atmosphere and stirred continuously. This reaction produces prepolymer gel of polyurethane with a hydroxy number around 150-200 mg KOH/gram.

A rock formation is represented with un artificial core that is made to resemble rock condition in the reservoir. The artificial core then soaked into polyurethane solution with various concentrations, soaking time, and drying temperature. The influence of chain extender addition into prepolymer of polyurethane is also examined. The data obtained by investigating polyurethane performance is thus compared to commercial resin such as furfuryl alcohol and epoxy resin. The compressive strength and porosity of rock are parameters used to evaluate resin performance. Rock’s strength test is conducted using a uniaxial instrument, while porosity using porosimeter. After several test, we obtain that prepolymer of polyurethane succeed to increase rock strength from 0,7 ton to 1,4 ton after treatment by immersion in resin solution with concentration of 6 % (w/v) for two hours soaking time and drying at the ambient temperatures. This result is better than using the resin of furfuryl alcohol or epoxy with the maximum rock strength is about 1.2 ton. The increase rock strength causes the decrease on the rock porosity. The porosity of rock reduces from 33,17 % into 32,14 % when the rock was immersed in prepolymer solution of 6 % (w/v). Meanwhile by treatment using the resin of furfuryl alcohol and epoxy exhibit also porosity reduction. The addition of polyethylene glycol as a chain extender with various concentrations in prepolymer of polyurethane could increase the rock strength, and the increase concentration of PEG added in prepolymer resulting on stronger rock formation.

however this paper is not going continue due my another stuff to do 🙂

Graduation Day

November 27, 2011 § Tinggalkan komentar

Again, late to post about my graduation day. Just wanna display my photograph. Don’t get annoyed… hehe

With my Family

My Resurection

Mei 21, 2011 § Tinggalkan komentar

Banyak hal telah terlewatkan sejak terakhir kali gw update ini blog..
Almost a month I left writing activites,, I am totally focus on my research, conducting my thesis

Many things I wanna share to,,, but not now. My head is still drowned by horrible thesis…hope this end fastly and smoothly.

I wanna share about my magister seminar, about my best friend’s wedding, my thesis and so on. Just wait for my  resurection 😀

Where Am I?

You are currently browsing the Uncategorized category at I Think, I Read, I Write.

%d blogger menyukai ini: