Langkah Pertama Alby

Februari 26, 2016 § Tinggalkan komentar

20160130_093053Apa yang lebih seru, rame, menyenangkan dan mengharukan daripada memiliki seorang bayi? Memiliki dua orang bayi. Iya bener, TAPI PERTANYAAN GUE RETORIS. Jadi ga usah dijawab.

Maksud gue, memiliki seorang bayi jauh lebih membahagiakan daripada diterima bekerja di Google menggantikan Sundar Pichai atau bahkan menikahi Jennifer Gates, putrinya orang paling kaya se-Planet Bumi. Itulah mengapa terkadang gue merasa heran dan sedih ketika membaca sejarah dimana ada masa saat semua bayi laki-laki harus dibunuh atau di saat bayi-bayi perempuan yang dianggap lemah harus dikubur hidup-hidup. Entah apa yang ada di pikiran kaum barbar di zaman baheula. Hanya demi sekedar aristokrasi, bayi-bayi yang tidak berbakat untuk menjadi ksatria harus dibunuh seperti terjadi oleh Bangsa Sparta.

Memiliki bayi dan mengamati setiap fasa pertumbuhan mereka selalu menghadirkan rona-rona kebahagiaan. Dalam setiap tahap perkembangannya, seorang bayi yang tumbuh menjadi balita selalu bertingkah menggemaskan yang mengundang decak kagum orang tua. Tanpa terkecuali. Begitu pun dengan Alby, jagoan gue.

Alby sekarang sudah melewati setahun pertamanya. Gue bersyukur ia tumbuh dengan sehat wal-afiat. Jumlah giginya sudah delapan. Empat di atas empat di bawah. Tingkat keaktifannya masih belum berkurang. Semakin sering menggumam dengan berbagai intonasi. Bahkan menurut gue Alby memiliki daya nalar yang cepet dan untuk saat ini gue mengganggap Alby anak yang cerdas.

Contohnya saja Alby bisa menuruni kasur dengan menggunakan pantat terlebih dahulu padahal di saat yang bersamaan, temen mainnya yang notabene seusia menuruni kasur yang sama dengan menggunakan kepala. Belum lagi di beberapa kesempatan dia secara sadar mencoba mengelabui gue dengan pura-pura bermain karpet. Saat gue meleng, dia langsung memasukkan sebuah benda antah berantah ke dalam mulut. Saat gue liatin lagi dia pura-pura maen karpet lagi. Saat gue meleng, dia masukin lagi bendanya ke mulut. Gitu aja terus sampe Haji Sulam maen lagi di Sinetron Tukang Bubur Naek Haji.

Alby juga pernah dengan sengaja melempar potongan puzzle demi bisa meraih stop- kontak yang ada di bawah box bayi. Iyes, dia sengaja melempar potongan tersebut biar gue ga curiga dan menghalangi dia mendekati stop-kontak. Sejujurnya gue ga tahu apakah anak di usia 1 tahun memang lazim melakukan hal tersebut atau memang Alby yang berpikir melebihi usianya.

Di luar segala kebisaan yang ada, Alby, di usia setahunnya, belum bisa berbicara dengan kata-kata yang jelas semisal memanggil ‘ayah’ dan ‘bunda’ juga belum bisa berjalan sendiri.

Kemampuan bicara pada anak-anak tidak selalu sama. Menurut referensi yang gue baca, di usia 12-15 bulan anak sudah bisa mengucapkan 1 hingga 3 kata. Terutama menggunakan panggilan untuk orang tua. Saat ini Alby lebih banyak menggumam dan belum bisa mengucapkan satu kata secara jelas. Dari referensi yang sama, anak yang terlambat bicara biasanya disebabkan oleh keaktifan sang anak yang tidak berhenti bergerak sehingga kurang konsentrasi dan fokus. Dengan demikian proses imitasi atau menirunya cenderung lebih lambat. Istilah kedokterannya adalah ADHD (Attention Deficit and Hyperactive Disorder). Deskripsi tersebut persis dengan kondisi Alby yang aktifnya sudah level premium.

Lambatnya Alby berbicara mungkin diwarisi oleh sang emak yang juga mengalami kemampuan berbicara agak sedikit lambat. Bundanya Alby baru bisa berbicara saat usia 2 tahun, itu pun langsung nyerocos, setelah sebelumnya menemui kendala yang sama dengan Alby.

Untuk urusan jalan, Alby sebenarnya belum bisa dikatakan ‘terlambat’ karena rata-rata anak belajar berjalan di usia 1 tahun. Tapi tetep saja gue was-was saat di usia 1 tahun lebih Alby belum menunjukkan tanda-tanda mampu untuk berjalan dengan kemampuannya sendiri. Lebih-lebih tetangga dan juga temen kantor bercerita bahwa anak mereka sudah dapat berjalan bahkan berlari di usia kurang dari setahun.

Berjalan itu tidak mudah, jenderal. Ia melibatkan kekuatan otot, keseimbangan dan tempramen anak.

Dan akhirnya gue menerapkan latihan berjalan intensif setelah tanpa sengaja saat gue menemani Alby bermain di sekitar rumah, tetangga gue tengah mengajak Arjuna, anaknya yang sebaya dengan Alby, belajar berjalan. Arjuna dituntun dengan dua tangan dan bahkan sesekali dengan satu tangan. Sejak saat itu Alby gue latih berjalan dengan penuh semangat. Mulanya gue tuntun dengan dua tangan, lalu perlahan gue tuntun dengan satu tangan meskipun kakinya belum begitu kuat untuk menapak.

Awal pekan kemarin istri gue membagikan sebuah video lewat LINE. Saat gue puter ternyata berisi rekaman Alby yang sedang berjalan. Iya berjalan. Tanpa dipegang dan tanpa merambat. Ekskalasi yang cukup cepat mengingat latihan intensifnya belum kelar. Dari dua video yang gue puter, Alby nampak begitu bahagia dengan kemampuan barunya. Ia mampu berjalan beberapa langkah untuk kemudian jatuh atau menjatuhkan diri. Berjalan lagi diiringi ketawa membahana dan lalu jatuh kembali. Dan pas, saat semalem gue scroll down Instagram, gue mendapati quote yang menarik dari 9gag

“When a child learns to walk and falls down 50 times, he never thinks himself : “maybe this isn’t for me?”

Ya, anak kecil menggajarkan kita dari betapa gigihnya mereka belajar berjalan. Tidak perduli berapa kali mereka jatuh mereka selalu bangkit kembali. Tak pernah sekalipun mereka merasa lelah dan berkata “ah, berjalan mungkin tidak cocok buat gue’. Tidak. Tidak pernah. Karena mereka tahu bahwa ketika mereka terus mencoba maka mereka akan mampu untuk berjalan seperti yang lainnya. Coba kalo mereka jalan lalu terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Tenggelam dalam lautan luka dalam. Ribet, kan?.

Dan lo nyerah buat nulis skripsi hanya karena bab 1 lo dicoret-coret sama pembimbing? Malu sama bayi, woi.

Sejak hari dimana Alby secara tiba-tiba melangkah tanpa bantuan ibu peri, Ia begitu bersemangat untuk berjalan di setiap tempat. Di atas karpet, di kasur, di atas kursi, di atas awan kinton. Semoga langkah pertama Alby dengan usahanya sendiri adalah langkah awal untuk menjelajahi segenap isi bumi dan langkah awalnya jua untuk menapaki langkah-langkah paling berat dalam sejarah kehidupan seorang anak laki-laki. Langkah menuju masjid.

p.s : Gambar tidak sesuai dengan tulisan. Gue awalnya berniat mengunggah video Alby tengah berjalan tapi nampaknya sulit secara teknis.

Iklan

The Birthday Boy

Januari 19, 2016 § Tinggalkan komentar

20160116_134708Alhamdulillah. Alby berusia satu tahun pada 18 Januari 2016. Momen yang gue dan istri nantiin sejak sebelum 7 bola naga terkumpul akhirnya tiba. Alby menyentuh tahun pertama dalam sejarah kehidupannya.

Sabtu, 17 Januari 2015, bini gue mules-mules tanda bukaan satu. Setelah berdiskusi dengan dokter, kami disarankan untuk beristirahat di rumah karena jeda dari bukaan satu ke bukaan berikutnya relatif membutuhkan waktu. Sabtu sore mules itu semakin tidak tertahankan. Bini gue akhirnya dirawat sambil menanti saat-saat kelahiran sang buah hati. Lebih dari 12 jam tergeletak di ranjang dingin rumah sakit, bayi itu belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar. Ia nampaknya betah berlama-lama di dalam rahim, menolak untuk bertemu dengan dunia yang kaku dan kejam.

Setelah bosan bersemayam di dalam perut akhirnya bayi tersebut, yang kami beri nama Alby Shofwan Moissani, memutuskan untuk keluar.

Hei, nak. Begitulah detik-detik pertemuan engkau dengan dunia. FYI son, momen dimana mengeluarkan engkau dari rahim adalah pertaruhan hidup dan mati. Bunda sekuat tenaga menemui engkau di dunia.

Perjalananmu dari nol hingga satu tahun kini kami abadikan dalam rekam gambar statis maupun dinamis agar kami tidak pernah terlewatkan momen-momen bersama engkau. Semoga ceritamu yang terekam baik dalam memori perangkat elektronik ini menjadi bahan kami untuk menapaktilasi perjalananmu di saat engkau kelak sudah dewasa.

1 Bulan

Momen-momen awal membersamaimu adalah masa yang cukup berat untuk kami lalui. Terutama bunda. Jadwal tidurmu berantakan. Siang tidur, malem begadang. Setiap dua jam kamu bangun dan minta susu. Wow, menjadi makhluk nokturnal itu tidak mudah, nak. Kebiasaanmu yang tidak bisa membedakan siang dan malam selama di kandungan membuat kami harus turut berpartisipasi dengan pola tersebut. Penglihatanmu pun belum sempurna. Kau belum bisa membedakan mana bunda mana ayah dan yang mana Ike Nurjanah.

Kami juga sempat khawatir ketika hasil cek darah menunjukkan bahwa kau terkena penyakit kuning karena asupan ASI yang kurang tepat satu pekan setelah hari persalinan. Padahal saat itu di rumah kita tengah dilaksanakan aqiqah. Bahagia dan haru bercampur aduk, nak.

Untungnya kamu segera pulih setelah dua hari ditangani oleh rumah sakit.

3 Bulan

Asupan ASI mu sepertinya bekerja dengan baik. Ditandai dengan berat badan yang meningkat dengan pesat setiap bulannya. Baru saja kami akan mengajak engkau untuk melakukan baby spa dan renang bayi tiba-tiba saja kamu menderita sakit (lagi). Alby males menyusu dan fesesmu juga berwarna hijau, nak. Mulanya orang-orang tua di sekitar rumah berucap bahwa feses berwarna hijau adalah sinyal akan bertambahnya kemampuan seroang bayi tapi kemudian ayah sadar bahwa ayah adalah bagian generasi Y sementara orang-orang tua itu adalah generasi X bahkan mungkin generasi O. Ada gap yang cukup jauh antar generasi sehingga tidak setiap masukan yang mereka sampaikan adalah sebuah doktrin kebenaran. Walau memang masih ada yang memiliki warisan nilai kebaikan.

Ternyata Alby menderita kolik, nak. Semacem gangguan pencernaan yang berakibat pada menghijaunya feses. Apa? Hulk juga menderita kolik? Iya mungkin sekali, nak. Koliknya Hulk menahun.

Di luar segala keresahan mengenai gangguan pencernaan, engkau mulai bisa bergumam dengan semangat. Seolah menandai satu tahun pernikahan ayah-bunda dengan omelanmu yang menyeracau.

5 bulan

Hore, Akhirnya Alby bisa tengkurep dan kembali ke posisi semula dengan sempurna. Sebenernya sejak usia 3 bulan Alby sudah mulai belajar untuk tengkurep. Tengkurepnya sih oke, hanya saja kau kesulitan untuk mengangkat kepala lebih-lebih untuk ngebalikin badan.

Kemampuan bayi memang berbeda-beda. Tetangga ayah bercerita bahwa anaknya sudah bisa duduk di usia 5 bulan. Tetangganya tetangga ayah bahkan lebih dahsyat. Di usia 5 bulan sudah bisa jualan hijab on-line. Luar biasa kan, nak?.

6 Bulan

Akhirnya… Bulan terakhir ASI eksklusif. Tepat dengan berlakunya MPASI, Alby mudik ke Palembang untuk silaturahim lebaran dengan om, tante, uwak, nenek dan keluarga besar di Palembang. Kepulangan ini terasa spesial karena menjadi momen pertama untuk menjumpai keluarga besar di belahan barat pulau jawa.

Kamu pasti senang kan bisa mencicipi rasa lain selain ASI? Akhirnya kamu bisa tahu betapa manisnya gula, betapa asinnya garam dan betapa pahitnya kalimat “kita temenan aja, ya!”.

Perkenalan pertama kamu dengan MPASI adalah saat di dalam pesawat. Untuk menghindari dengungan di telinga karena perbedaan tekanan, kamu mengunyah makanan sebagai pendamping ASI. Ayah lupa persisnya apa yang kamu makan. Antara durian atau nasi padang.

Kamu hebat, nak. Sejak bayi bahkan sejak dalam kandungan sudah wara-wiri ke Belitung, Palembang, Jakarta menggunakan pesawat terbang. Sementara ayah dan bunda mesti menunggu hingga usia belasan bahkan puluhan tahun untuk menggunakan moda transportasi yang sama. Duh, maaf nak ayah jadi curhat. Naluri keibuan ayah suka tiba-tiba muncul dalam situasi melankolis seperti ini *benerin lipstick*.

7 Bulan

Alby bisa duduk sendiri. Wah, melihat kamu bisa duduk sendiri menyajikan kebahagiaan buat kami. Kamu semakin bersemangat untuk mengacak-acak makanan yang ada di depanmu.

9 Bulan

Yeay. M.e.r.a.n.g.k.a.k.

Prestasi lainnya di usia sembilan bulanmu.

Tidak. Kamu tidak perlu merangkak keluar dari televisi. Itu tugasnya sadako. Kamu mah cukup merangkak mengelilingi rumah. Dan hasilnya adalah setiap sudut rumah kau jelajahi, nak. Mencari apa saja yang bisa ditelan. Rambut, pulpen, dorayaki. Asal jangan dompet ayah saja yang kamu telan. Karena jika iya, mohon hapus namamu dari kartu keluarga.

Sejak usia delapan bulan kamu juga gemar sekali tepuk tangan. Dalam setiap kesempatan kamu bisa tepuk tangan dengan semena-mena. Ayah sudah pernah mewanti-wanti bunda untuk tidak menonton ‘Bukan Empat Mata’ selama kau dalam kandungan :(.

Usia sembilan bulanmu juga bertepatan dengan wisuda pascasarjana bunda.

10 Bulan

Kamu tidak berhenti bergerak, nak. Untungnya kamu tidak punya peran mengelilingi matahari. Karena bisa-bisa satu tahun bukan 365 hari.

11 Bulan

Kamu mulai belajar berjalan. Mulanya dipegang dua tangan oleh bunda. Lalu berjalan dengan satu tangan dipegang ayah. Lalu perlahan berjalan merambat menggunakan media yang bisa kamu raih. Lama kelamaan kamu berjalan di atas air. Ah, yang terakhir ini bohong, nak. Tidak ada manusia yang bisa berjalan di atas air. Tidak pula Wiro Sableng atau Chris Angel. Wiro Sableng, sama halnya dengan artis mind freak, berjalan di atas air menggunakan sling, nak. Apa gunanya bisa berjalan di atas air jika tidak bisa berjalan di shirotolmustaqim. Subhanallah!.

12 Bulan

Akhirnya nak. 18 Januari 2016 menjadi saksi transformasi engkau dari seorang bayi yang lemah tak berdaya menjadi sosok balita yang lincah, sehat dan penuh semangat. Lidah yang tak berhenti berucap serta tangan, kaki dan badan yang tak berhenti bergerak.

*****

Sumber gambar : Facebook

Sumber gambar : Facebook

Nak, kini usiamu sudah 1 tahun. Semoga dengan bertambahnya usiamu bertambah pula segala apa-apa yang baik. Tidak ada yang lebih ayah dan bunda harapkan selain engkau kelak tumbuh menjadi anak yang sholeh, cerdas dan berwawasan luas. Tumbuh dengan baik dan sehat tanpa kekurangan satu apa pun.

Nak, maafkan kami jika dalam perjalanan membesarkan dan mendidikmu terselip kesalahan-kesalahan kata, khilaf tindakan, lacur perbuatan. Tak jarang kami kurang sabar menghadapi ulahmu sehingga rona-rona emosi terbersit nyala di hati. Padahal kau pun tak mengerti apa yang telah kau perbuat.

Nak, kami tahu bahwa setiap bisnis yang gagal maka selama ada upaya bisnis tersebut dapat bangkit kembali. Begitu pun dengan karir. Tapi jika kami salah mendidik engkau sedari dini maka tidak ada terminologi ‘diulang’ dalam parenting. Didikan kini adalah engkau di masa mendatang.

Kelak semakin bertambahnya usia, engkau akan semakin meniru apa yang kami lakukan. Kami tidak ingin engkau menjadi anak yang kikir karena kelalaian ayah bunda yang tak pernah mengajarkanmu makna berbagi. Kami enggan engkau menjadi anak pemarah disebabkan oleh perhatian kami yang tidak cukup untukmu. Kami berharap engkau tidak menjadi anak penakut akibat pembelaan membabi buta kami pada setiap kesalahan yang kau perbuat. Nak, di usia satu tahun ini. Doakan ayah juga bunda bisa senantiasa menjaga engkau. Menjadi role model orang tua terbaik untukmu. Memberikan asupan terbaik untuk jasmani maupun ruhani.

Dan semoga nasihat (alm) Ustad Rahmat Abdullah berikut mengiringi setiap pertambahan usiamu.

“Merendahlah, engkau akan seperti bintang gemintang. Berkilau dipandang orang di atas riak air dan sang bintang nan jauh tinggi. Janganlah seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit padahal dirinya rendah hina”.

Salam cinta untukmu, sayang.

-Ayah&Bunda-

*Menyambut pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir tahun lalu, gue latah untuk ikut-ikutan. Hasilnya, judul tulisan gue nginggris biar tidak kalah bersaing dengan negara-negara di tenggara benua Asia.

Celoteh Alby

November 24, 2015 § Tinggalkan komentar

20151024_063401Aloha.. *goyang pake hulahop*

Hai penghuni media sosial yang katanya taringnya lebih tajam daripada di dunia nyata. Perkenalkan namaku Alby, lengkapnya Alby Shofwan Moisani. Kita sudah pernah bertutur sapa saat ayah menulis kisahku untuk pertama kali di akhir bulan Januari. Januari memang bulan yang menyenangkan. Cuma Glenn Fredy yang kisahnya berakhir di Januari. Huft. Akhirnya setelah sekian lama, ayah memberikan kesempatan untukku menarasikan sendiri blog ini. Ya setidaknya sekarang aku menjadi orang pertama tunggal dalam cerita.

Tanggal 18 November kemarin tepat 10 bulan usiaku. Tidak kerasa aku udah 10 bulan aja. Perasaan baru kemarin siang aku berada di rumah sakit seusai persalinan. Sudah banyak hal yang terjadi selama perkenalanku dengan dunia. Mulai dari kisruh penghuni suriah, debat kusir pendukung dan haters Pak Presiden yang tiada berujung hingga perceraian Nassar-Muzdalifah. Ternyata dunia ini memang tidak selau seindah buaian bunda. Bujug, gaya ngomong gue tua banget.

Bukan tanpa sebab untuk saat ini aku menarasikan tulisan. Aku ingin belajar menulis sedari awal. Mana tau lama kelamaan level menulisku semakin nyinyir ala penulis mojok. Atau seimajinatif J.R.R Tolkien.

Jadi, sekarang aku sudah bisa melakukan banyak aktifitas. Tidak sekedar pok ame-ame seperti yang ayah ceritakan di blognya terdahulu. Btw, aku kesel dikait-kaitkan dengan spontanitas untuk pok ame-ame dalam segala hal. Padahal aku kan ga begitu. Kini aku jauh lebih lincah. Aku sudah bisa merangkak, berpindah dari satu titik ke titik lain dan juga sudah mulai belajar berdiri dan merambat. Ahh, aku memang jago.

Dih sombong

Heh, siapa yang bilang aku sombong?!. Belum pernah keselek Iphone 5?. Aku cuma memaparkan kebisaanku saat ini.

Aktifitas favoritku sebagai manusia berusia 10 bulan adalah makan dan berceloteh. Yes, aku seneng banget dengan aktifitas bernama makan. Tetiba aku bingung dengan orang-orang yang melakukan diet ketat atau aksi-aksi ekstrim semisal bulimia dan anoreksia. Padahal menurut data dari FAO, sepersembilan manusia di muka bumi ini tidak memiliki makanan yang cukup untuk memenuhi standar hidup sehat. What an irony.

Aku rasa keengganan mengkonsumsi makanan dipengaruhi oleh apa yang mereka pikir dan apa yang mereka ingin. Aku yakin anak-anak yang belum ‘disusupi‘ segala rupa pengaruh media dan cuap-cuap orang dewasa, pasti suka makan. Contohnya saja aku. Aku bisa makan banyak hal, hampir semua jenis makanan yang diberikan oleh bunda pasti kumakan dengan lahap. Mulai dari sayur sop, tahu, telor, ayam, hingga ekstra joss. Laki banget kan?. Tuh lihat aja foto di atas saat aku menjadi ganteng-ganteng serigala. Eh bukan, maksudnya aku lagi makan buah naga. Aku lucu, kan? Iya kan?.

Hobi keduaku adalah ngomong. Apa saja, kapan saja dan di mana saja aku bisa berceloteh. Ya, walapun kata-kata tersebut belum jelas dan ada artinya. Karena pada prosesnya berbicara itu didahului oleh mendengar maka aku sangat senang jika kata-kata yang masuk ke telingaku berupa bahasa yang baik, ucapan yang sopan, ujaran yang ramah. Aku seneng jika mendengar suara adzan. Bunda bilang aku bisa tiba-tiba diem dari yang mulanya ngoceh ngalor ngidur setiap saat aku mendengar adzan. Tapi aku lebih kagum dengan orang-orang asal Amerika Serikat. Mereka sejak kecil bisa ngomong dalam Bahasa inggris padahal tidak tinggal di Inggris. Sementara kita Orang Indonesia cuma bisa Bahasa Indonesia. Krik..krik.

Kicauanku sekarang semakin bervariasi. Walau belum bisa memanggil ‘ayah’ atau ‘bunda’ dengan benar tapi aku sudah berceracau ini itu sepanjang hari.

Kata Bunda aku tergolong sebagai super ultra-extremely active baby. Maksudnya aku termasuk bayi yang sangat aktif. Aku selalu bergerak. Tidak ada sedetik pun yang aku lewatkan tanpa memberdayakan otot-otot di sekitar tubuh. Mungkin aku seperti elektron valensi yang tidak stabil. Hiks, begini nih kalo punya orang tua yang lulusan sains kimia.

Sebenernya aku terlalu cepet bosen jadinya aku harus terus bergerak untuk menghilangkan segala kepenatan hidup. Cih.

Sudah tidak terhitung berapa kali aku jatuh atau kejedot. Kejedot sudah menjadi bagian dari hari-hariku. Jatuh dari kasur, sering. Jatuh dari baby walker tidak jarang. Cuma jatuh hati yang belum.

Di rumah aku punya banyak panggilan. Kakek dan nenek memanggilku ‘bule’ karena katanya kulitku putih mirip orang barat. Tanteku memanggilku ‘bele’ plesetan dari bule. Ayah memanggilku ‘bocil’ sementara ibu menyebutku dengan ‘kulby’. Arggh, mereka lupa kalo dua kambing dikorbanin buat ngasih nama ‘Alby’. KZL Anget.

Beberapa hari yang lalu aku menjadi sangat rewel. Badanku demem tinggi selama dua hari. Aku tidak seaktif biasanya. Jika aku tidak selincah seperti biasa pasti ada yang sedang tidak beres dengan kondisi tubuhku. Mulanya ayah dan bunda mengira gigi baruku akan tumbuh. Kesimpulan ini didapatkan setelah ayah-bunda berseluncur di dunia maya. Mereka lalu sibuk menyiapkan segala jenis benda yang bisa kugigit.

Dua hari setelah demam, timbul bercak-bercak merah di badanku. Setelah mencari tahu lebih jauh, muncullah spekulasi bahwa gejala tersebut adalah tanda-tanda roseola, sejenis penyakit yang menjangkiti bayi akibat pengaruh virus. Penyakit ini tidak berbahaya hanya menyebabkan demam pada anak. Alhamdulillah setelah beberapa hari istirahat aku sehat kembali. Terimakasih ibu peri.

Sepertinya sampai di sini dulu aku bercerita. Nanti kalo terlalu banyak ngomong aku bisa disadap oleh KPK. Terimakasih sudah membaca celoteh Alby di blog ini. Semoga ke depannya aku tetep bisa dinarasiin oleh ayah di blognya.

Dadah.. *goyang pake hulahop (lagi)*

Alby dan Pok Ame-Ame

September 30, 2015 § Tinggalkan komentar

20150830_061833

“Alby, bilang A……yah”

Lalu Alby dengan sigap mengambil ancang-ancang pok ame-ame.

Oke!.

“Alby, coba bilang Bun…..da”

Lagi-lagi Alby, tanpa ba bi bu, mulai bertepuk-tepuk pok ame-ame dengan senyum menggemaskan.

“Oke sayang, Alby disuruh tante pok ame-ame”

“AYAH!!!” lalu melengos dengan mainan rodanya.

“…”

Alby sekarang sudah 8 bulan loh. Ga kerasa memang. Gue juga nelen ludah sendiri karena sebelumnya sudah berikrar buat nulis kisah Alby di blog ini minimal satu tiap bulannya. Tapi apa daya, nak. Ayahmu ini hanyalah makhluk dhaif yang tak luput dari noda dan dosa. Cih.

Sekarang sudah semakin banyak aktifitas yang bisa Alby lakuin. Kalo dulu cuma bisa tergeletak pasrah di kasur sambil bilang ‘aaaa’ perlahan ia mulai bisa tengkurep, gigitin jempol tangan maupun kaki, hingga garuk-garuk di sekujur badan. Kini Alby sudah bisa duduk (dengan bantuan) sambil sesekali belanja on-line dan pastinya jurus pamungkas  POK AME-AME.

Jujur dari lubuk hati yang paling dalam. Dih lebay. Bini gue ga tau Alby belajar dari mana aktifitas bernama pok ame-ame. Lah kalo bini gue yang tiap detik bareng Alby aja ga tau, apalagi gue yang cuma dua hari dalam seminggu ada di rumah. Terus salah gue? Salah JKT48 yang saban pekan manggung di teater?. Aku tuh ga bisa diginiin, mas!.

Dengan atau tanpa komando, Alby akan melakukan pok ame-ame secara tulus dan ikhlas plus menyeringai dengan senyuman paling manis sedunia. Gue buru-buru nyari kulkas biar ga meleleh tiap kali melihat senyuman itu.

Ah senangnya menjadi bayi. Kerjaannya cuma ketawa-ketawa, nangis kalo laper, poop aja ada yang ngurusin. Kurang enak apa coba jadi bayi. Mereka ga perlu mikirin cicilan rumah, panci, kulkas. Atau pusing-pusing mikirin downline MLM, ekonomi yang meroket, asep yang ga kelar-kelar bahkan usai presiden yang PEMBERANI GAGAH PERKASA itu dateng ke TKP hingga nasib petani yang disetrum, diiket terus mati digebukin warga.

Kami jarang menyalakan televisi di rumah. Pun jika iya, acara yang gue kami tonton adalah pertandingan sepakbola atau Reportase Investigasi. Sepanjang kedua acara tersebut berlangsung rasanya tidak pernah ada lakon pok ame-ame. Jadi televisi memiliki alibi yang kuat untuk tidak menjadi kambing hitam.

Sebenernya tingkah lucu dan spontan Alby atau bayi-bayi lainnya bisa jadi adalah respon dari semakin kompleksnya entitas sebagai manusia. Untuk itu mereka bereaksi dengan hal-hal yang paling mudah menurut mereka. Karena jika ditelaah, tidak pernah ada yang mengajari secara langsung aktifitas-aktifitas tersebut. Argumen imitasi anak terhadap orang tua rasanya juga tidak begitu valid mengingat penglihatan bayi jauh dari sempurna di bulan-bulan awal kelahiran. Sebagai informasi, setiap orang akan mengangkat kedua tangannya membentuk ‘V’ atau ‘victory’ manakalah mereka merayakan kemenangan. Gesture tersebut bahkan dilakukan oleh orang-orang yang terlahir dengan keadaan tuna netra. Artinya, banyak bahasa tubuh, aktifitas-aktifitas yang berupa ‘gift’ bukan produk imitasi.

Kembali ke Alby. Sebelum ini, Alby sering melakukan gesture menggetarkan badan seperti angkatan bersenjata dalam posisi sigap. Gue dan istri memberikan judul gesture untuk menakut-nakuti kucing. Walaupun kucing tetangga ga pernah takut. Spontanitas yang bisa membuat kami tertawa lepas.

Saat sekarang adalah periode dimana bayi mungkin menjadi makhluk paling lucu dan menggemaskan. Tawanya, suaranya, tangisnya adalah oase tersendiri untuk membuat keriuhan di dalam rumah. Mereka sudah bisa diajak bermain dan bercanda bahkan nongkrong di kafe-kafe deket rumah.

Alhamdulillah, Alby tumbuh dengan sehat. Meskipun emaknya penuh perjuangan ngurusin Alby di tengah padatnya jadwal kuliah dan runyamnya menyelesaikan tesis. Tapi nampaknya Alby sudah terbiasa dengan jadwal striping karena sejak dalam kandungan ia dicekoki dengan statistika, aljabar di antara waktu kuliah yang menguras tenaga.

Sehat terus ya, nak. Semoga tumbuh menjadi anak yang sholeh. Jangan lupa pok ame-ame.

Love you as always

-Bukan Mario Teguh-

Ketupat Lebaran

Juli 15, 2015 § Tinggalkan komentar

Alby

Satu hari usai tulisan ini diterbitkan oleh WordPress, ramadhan sudah berakhir untuk digantikan oleh idul fitri. Lebaran tahun 2015 Masehi atau 1436 Hijriah terasa spesial mengingat tidak perlu ada ‘perpecahan’ antara pemerintah dan ormas-ormas sehubungan dengan tanggal jatuhnya idul fitri. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dimana pemerintah yang menentukan 1 Syawal dengan Ru’yatul Hilal harus ‘berhadapan’ dengan ormas seperti Muhammadiyah yang menggunakan metoda Hisab. Belum lagi aliran seperti Naqsabandiyah atau Jamaah Aboge yang menggunakan metoda lainnya.

Lebaran tahun ini juga menjadi lebaran pertama Alby. Walau mungkin di usia enam bulannya, ia belum mengerti tentang gegap gempita hari raya. Alby juga untuk pertama kali akan mudik ke Palembang. Pertama kali naik pesawat. Dan pertama kali juga bertemu dengan sepupu, nenek serta om-tante yang ada di Palembang. Sebuah ekskalasi yang hebat mengingat gue ataupun istri baru mencicipi pesawat terbang untuk pertama kali saat mengingjak usia belasan.

Saat berangkat ke kantor tadi pagi, gue sekilas melihat rombongan penjual dadakan yang menggantung ketupat untuk dijajakan di sepanjang jalan Veteran, Bintaro. Hari Raya memang menjadi suatu fenomena ekonomi yang mendorong  terjadinya bisnis-bisnis insidental. Pola yang sama dilakukan oleh penyedia jasa tukar uang untuk THR yang berada di pinggir-pinggir jalan kota besar. Meskipun pada praktiknya, mereka menjalankan bisnis riba.

Ketupat sudah menjadi bagian dari tradisi lebaran di Indonesia. Sejak kecil, keluarga gue tidak pernah melewatkan ketupat sebagai pelengkap momen idul fitri. Ketupat akan disajikan bersamaan dengan lauk pauk khas daerah masing-masing. Di Pariaman, ketupat biasanya ditemani oleh Tunjang. Sementara di Palembang kami biasanya menyantap ketupat bersama dengan Opor dan Malbi.

Gue mencoba mencari tahu apa yang melatarbelakangi ketupat hingga begitu lekat dengan momen lebaran. Dari referensi yang gue baca, ketupat menjadi simbol perayaan hari raya islam dimulai pada masa pemerintahan Kerajaan Islam Demak, awal abad ke-15. Penjelasan ini disampaikan oleh H.J. de Graff dalam Malay Annal. Ia menambahkan bahwa daun ketupat dari janur mendeskripsikan masyarakat pesisir yang ditumbuhi oleh banyak kelapa. Sementara warna kuning janur melambangkan identitas masyarakat Jawa untuk membedakan dengan warna hijau timur tengah atau warna merah asia timur.

Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai perayaan tersendiri dengan istilah Lebaran Ketupat seminggu setelah idul fitri atau setiap tanggal 8 syawal. Lebaran ketupat diangkat dari pemujaan Dewi Sri, Dewi pertanian dan kesuburan yang dipercaya oleh masyarakat pra islam. Asimilasi budaya selalu menjadi bagian dari tradisi keagamaan selalu menjadi instrumen penyebaran agama islam oleh wali songo.

Sementara Menurut Slamet Mulyono dalam Kamus Pepak Basa Jawa, Kata ‘ketupat’ berasal dari ‘kupat’ yang berarti ngaku lepat atau mengakui dosa. Sementara Janur adalah singkatan dari Jatining nur atau hati nurani. Beras yang dimasukkan ke dalam janur adalah simbol nafsu duniawi. Jadi ketupat melambangkan nafsu duniawi yang dibungkus oleh hati nurani. Bagi sebagian masyarakat jawa, bentuk persegi ketupat menggambarkan empat arah mata angin.

Pendapat lain menjelaskan bahwa anyaman bungkus ketupat adalah simbol kesalahan manusia yang rumit. Setelah dibuka akan nampak beras/nasi putih yang berarti kebersihan dan kesucian hati memohon ampun atas segala kesalahan. Gue Pribadi cenderung sepakat dengan pendapat kedua ini.

Apapun definisinya, ketupat lebaran selalu menjadi ciri khas lebaran di sebagian besar masyarakat Indonesia. Ia nya adalah penyemarak momen lebaran. Disantap bersama dengan kuah santan atau lauk-pauk khas daerah. Semoga lebaran kita tidak hanya menyemangati masak ketupat, atau bersibuk dengan segala hal yang baru mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lebaran kita akan jauh lebih bermakna jika ramadhan kita sukses. Suksesnya dapat diinterpretasikan dari pribadi yang lebih baik nan bersahaja selepas melewati pesantren ramadhan.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H.

Taqobbalallahu minna wa minkum. Shiyamana wa shiyamakum.

Rumah Kita

Juni 4, 2015 § 1 Komentar

Simbol bangunan sebagai bukti peradaban kuno

Urusan papan masih menjadi satu dari tiga kebutuhan pokok manusia. Dari zaman dahulu kala, tempat tinggal menjadi bagian penting dari sebuah peradaban. Kebudayaan mesir mendunia dengan keberadaan piramida sebagai bangunan untuk menyimpan para raja yang sudah mati dan diawetkan. Jauh sebelumnya, punden berundak dipercayai sebagai tempat tinggal orang purba. Sementara di era lebih modern masyarakat yahudi mendiami ghetto-ghetto sebagai tempat bernaung.

Tidak berubah, saat ini pun setiap individu membutuhkan tempat berlindung dari panasnya matahari dan dinginnya udara malam. Orang-orang merasa tempat tinggal adalah kebutuhan primer terlepas dari status kepemilikannya. Sebagian memilih ngekos atau menempati rumah kontrakan. Sebagian lagi memilih untuk membeli walaupun harus bersusah payah dan tertatih guna melunasi. Alasan-alasan yang membuat developer rumah bisa menjual satu meter persegi tanah di segitiga emas Jakarta hingga puluhan juta rupiah.

Dalam konteks keluarga, rumah menjadi sangat vital untuk dimiliki. Makanya banyak pria dewasa menjadikan isu ini sebagai alasan untuk menunda pernikahan.

Sebagai keluarga kecil, gue adalah bagian dari hegemoni para kepala rumah tangga yang meyakini bahwa memiliki rumah adalah suatu keharusan. Tidak harus besar, yang penting aman dari panas dan hujan. Tidak harus mewah, setidaknya bisa menjadi ruang untuk bercanda dan bergegap gempita bersama keluarga. Karenanya beberapa bulan setelah pernikahan, gue dan istri bersepakat untuk membeli sebuah rumah. Memiliki sebuah rumah adalah impian gue sejak kecil karena gue memiliki pengalaman tidak enak sehubungan dengan kepemilikan tempat tinggal.

homeSejak gue lahir sampe saat ini, almarhum ayah tidak meninggalkan sebuah rumah untuk kami. Gue ga tau secara pasti mengapa. Rasanya tidak hanya terkait dengan faktor ekonomi. Pada kenyataannya, banyak keluarga dengan taraf hidup yang lebih rendah tetap dapat memiliki rumah. Yang jelas, gue pernah sekilas mendengar ayah yang menjelaskan dengan setengah bercanda bahwa ia tak ingin anak-anaknya saling sikut dan berpecah disebabkan oleh masalah harta waris berupa rumah. Fix, selama 26 tahun hidup di Palembang, gue sudah pindah sebanyak 3 kali. Kondisi ini jua yang membuat gue terkadang minder jika harus membawa teman berkunjung ke rumah.

Tempat tinggal di mana gue lahir adalah rumah kontrakan berukuran (sangat) kecil.  Canggihnya, rumah tersebut masih bisa menampung tujuh anak bersama dengan kedua orang tua. Bahkan ayah membawa serta bibi dan nenek ke rumah mungil itu guna melengkapi penghuninya menjadi sebelas orang. Ah, memang sebuah rumah tidak melulu dinilai dari ukurannya. Bukankah tidak jarang rumah yang besar dan mewah namun kosong secara nilai dan makna?. Justru di dalam rumah kontrakan kecil tersebut gue merasakan kehangatan sebuah keluarga.

Meskipun begitu, Gue tetep berkeyakinan bahwa memiliki rumah adalah sebuah keharusan.

Langkah awal yang gue dan istri lakukan sebelum membeli rumah adalah menentukan lokasi tempat tinggal. Tak perlu berdebat. Kami bisa dengan mudahnya menentukan bahwa ia haruslah berlokasi di bandung meskipun harus berjauh-jauhan dengan lokasi kerja gue saat ini. Kami memilih Bandung sebagai tempat tinggal karena Jakarta dan sekitarnya bukan pilihan yang tepat untuk didiami. Sesederhana itu. Masalah LDR adalah kasus tersendiri yang pelan-pelan perlu kami selesaikan.

Setelah menentukan wilayah global, kami memperkecil scope lokasi rumah tersebut. Ternyata memiliki rumah itu tidak mudah. Apalagi yang pas dengan selera dan kantong. Ada yang lokasinya pas, harganya kemahalan. Ada yang harganya pas, lokasinya kejauhan. Hidup ini memang pilihan. Setelah beberapa minggu dan berkeliling ke pameran rumah, mencari iklan di koran, dan mendatangi langsung perumahan-perumahan yang diiklankan, kami akhirnya mendapati sebuah perumahan baru dengan lokasi yang cukup masuk akal dan harga yang sesuai dengan kantong. Setelah mengucapkan bismillah, gue dan istri memantapkan hati untuk memilih perumahan tersebut.

Ada beberapa faktor yang diwasiatkan oleh agama kita melalui rasul dan ulama sebelum memilih dan memilah sebuah rumah sebagai tempat tinggal. Wasiat ini yang diharapkan menentukan keberkahan dari rumah tersebut. Di antaranya adalah lokasi rumah yang dekat dengan masjid, profil tetangga, pemilihan toilet yang tidak menghadap ke kiblat dan beberapa hal lainnya.

mesjid

Kami sangat bersyukur saat mengetahui bahwa perumahan yang kami taksir cukup berdekatan dengan masjid. Sekitar 100 meter. Lokasi rumah sangat mempengaruhi kemudahan penghuni untuk berinteraksi dengan masjid. Semakin jauh jarak rumah-masjid akan semakin menguatkan alasan seseorang meninggalkannya untuk beribadah. Karena perjalanan terberat seorang pria adalah perjalanan ke masjid. Begitu banyak orang yang bisa dengan mudahnya melangkahkan kaki ke eropa, amerika, afrika namun tersendat, berat saat harus menapaki langkah menuju masjid terdekat. Sehingga menurut salah seorang ustad bahwa keberkahan sebuah keluarga dapat dinilai dari bagaimana mereka menentukan lokasi rumah. Apakah mesjid menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan.

Faktor lain sebelum memilih tempat tinggal adalah kita harus mengetahui seperti apa profil tetangga kanan, kiri, depan dan belakang. Memilih tetangga yang baik terkadang dianggap sebagai hal yang sepele namun pada kenyataannya sangat berpengaruh pada kehidupan sosial keluarga. Tetangga yang gemar gosip, gunjing dan mempertontonkan kemewahan bukan tidak mungkin akan dapat mempengaruhi psikologis keluarga kita terutama istri. Teringat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibu Hibban bahwa Rasul pernah bersabda

Salah satu dari empat kebahagiaan adalah tetangga yang shalih dan satu dari empat kesengsaraan adalah tetangga yang buruk.

Sejauh ini, perumahan yang kami tempati masih dihuni sebagian kecil saja sehingga kami belum bisa menyimpulkan seperti apa kehidupan bertetangga nantinya. Tapi setidaknya keluarga kami harus memberikan contoh keluarga dan tetangga yang baik ketika kelak perumahan tersebut diisi oleh lebih banyak penghuni.

Di antara panduan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan namun sering dilupakan dari sebuah rumah adalah posisi toilet. Toilet tidak boleh menghadap atau berlawanan arah dengan kiblat. Sementara posisi ranjang saat tidur justru sebaiknya menghadap ke kiblat.

Setelah berhasil menentukan lokasi dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, isu lain yang sangat penting sebelum membeli rumah adalah HARGA. Jangan sampai kita mengalami ‘LOKASI-ZONE’. Lokasi sudah oke tapi ternyata harga sangat tidak masuk akal. Setelah survey dan berdiskusi, gue berkesimpulan bahwa harga rumah saat ini sudah sangat tidak masuk akal. Khusunya di bandung maupun area penyanggah ibukota seperti Tangerang, Bekasi ataupun Depok. Di Bandung, gue mendapati hunian yang berada cukup jauh dari pusat kota ditaksir minimal tiga ratus juta. Artinya, jika harus mencicil maka dibutuhkan DP setidak-tidaknya 60 juta karena besarannya minimal 20% dari harga rumah. Ditambah lagi cicilan per bulan sekurang-kurangnya 30% dari penghasilan total suami-istri. Seketika gue mengkhayal pemilik Agung Podomoro menjadikan gue anak angkat.

Dengan harga yang ratusan juta rupiah, kelas menengah macam gue hanya sanggup untuk membeli rumah dengan sistem cicilan alias kredit perumahan rakyat. Untuk itu, gue dan istri sepakat menggunakan bank syariah. Terlebih setelah kami secara tidak sengaja mengikuti kajian tentang perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional.

Gue yakin pasti akan terjadi friksi setiap kali kita membahas fiqih kontemporer tentang bank syariah. Sebagian orang beranggapan bahwa bank syariah adalah bank konvensional yang menghias diri dengan embel-embel ‘syariah’ sehingga mereka memutuskan untuk mengharamkan semua jenis bank dan turunannya. Sebagian lagi memilih untuk bertoleransi dengan bank konvensional karena kondisi yang darurat dan menganggap Indonesia tidak mengakomodasi undang-undang syariat. Sementara gue, dengan segala pendapat yang ada, memilih untuk menggunakan bank syariah sebagai jalan keluar untuk membantu proses pembayaran hunian yang akan dibeli. Urusan fiqih bukan domain gue. Biarlah Majelis Ulama Indonesia dan pihak-pihak yang kompeten yang memutuskan halal-haramnya bank syariah di saat bank konvensional sudah secara sah mengakomodasi praktik riba.

Kenyataannya bank syariah memang nampak lebih mahal dibandingkan dengan bank konvensional. Sedari awal, nominal pembayaran sudah ditentukan sejak akad hingga jangka waktu pelunasan KPR. Sistem ini membebaskan nasabah dari ketidakpastian akibat suku bunga yang terus-menerus berubah setiap tahunnya.

Akhirnya kami memilih menggunakan salah satu bank syariah swasta yang cukup kredibel berdasarkan rekomendasi salah seorang guru ngaji. Pihak bank membeli rumah dari developer dan kami sebagai nasabah diharuskan melunasi pembelian rumah selama 15 tahun dengan sistem pembayaran yang fixed setiap bulannya.

Akhirnya setelah akad, kami sah memiliki sebuah rumah di ujung timur kota bandung. Rumah yang sederhana untuk keluarga kecil kami dengan ukuran 36/84 m2. Gue merasa beruntung bisa membeli rumah dengan perbandingan ukuran tanah dan harga yang masih masuk akal. Karena temen gue yang tinggal di BIntaro sudah berkeliling kesana kemari namun akhirnya mentok dengan rumah tipe 36/60 seharga 400 juta lebih. Gila!. Tidak mudah mencari rumah murah di kota-kota besar. Kami lantas berpikir bahwa harga rumah tidak memberikan kesempatan untuk dipunyai oleh kelas menengah ke bawah. Ah, seharusnya pemerintah yang memikirkan solusi perumahan untuk rakyat.

Rumah kami langsung menghadap ke Gunung Manglayang. Kelak, ketika Alby sudah mampu berjalan dengan kakinya sendiri, gue akan mengajaknya turut serta mendaki gunung tersebut. Semoga rumah ini menjadi rumah yang berkah dengan senantiasa menebarkan manfaat bagi sekitar. Tantangan berikutnya adalah mengisi rumah tersebut dengan ini itu khas keluarga muda. Give me a break, please!.

Sumber Gambar (Klik link)
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3

Selamat Empat Bulanan, Alby

Mei 23, 2015 § Tinggalkan komentar

Alby

Halo Alby sayang

Assalamu’alaikum..

Lagi-lagi ayah mengingkari janji. Tulisan tentangmu yang seharusnya termuat tanggal delapanbelas tiap bulannya harus terpaksa mundur karena kesibukan ayah di kantor. Sepertinya ayah harus meminta kelonggaran agar tulisan tentang Alby tidak mesti termuat pada tanggal yang sama. Ayah khawatir tidak bisa menjaga konsistensi.

Nak, kini usiamu tengah memasuki bulan keempat. Tidak berasa memang. Rasanya baru kemarin bundamu merasakan kontraksi di perutnya. Tanpa terasa kau tumbuh dengan cepat meskipun saat ini tengkurep adalah masalah utamamu. Kau mirip ayah. Karena ayah juga mengalami kondisi yang sama saat seusia engkau. Tengkurep itu tidak mudah, jenderal.

Beberapa hari yang lalu ayah menyaksikan video-video yang ayah dan bunda rekam tiap minggunya. Menyimak perubahan-perubahan yang kau alami dari waktu ke waktu memaksa otot-otot di sekitar mulut ayah menyungging senyum dengan sendirinya. Semakin dewasa kau nampak semakin tampan.

Engkau semakin lancar berbicara. Di antaranya yang jelas terdengar adalah saat kau bergumam ‘eneng’ atau semacamnya setiap saat melihat sang bunda. Di lain waktu kau berkata ‘nde’ guna memanggil tantemu yang lazim kami panggil ‘dede’. Dan yang paling membuat ayah kaget adalah saat engkau berkata ‘mbing’ manakala ayah dan bunda berseru tentang kambing saat tengah menonton salah satu acara di televisi. Kami tak tahu apakah engkau benar-benar berkata seolah mengerti bahasa orang dewasa. Atau mungkin kau hanya berucap apa-apa yang mudah. Tapi apapun itu, kata-katamu menciptakan keriuhan sendiri di dalam rumah. Kami menanti-nanti gumaman seperti apa lagi yang akan diucapkan dari bibir mungilmu.

Sekitar dua minggu yang lalu engkau sakit pilek dan batuk, sayang. Kami khawatir dengan kondisimu yang terlihat sangat tidak nyaman. Engkau bahkan tidak bisa minum seraya tidur. bunda lah yang dengan sigap menyusui sambil menggendong engkau di kala jangkrik tengah bersenandung pilu. Bundamu memang hebat, bukan?

Kami tidak tega tiap kali mendengar suara dengkuranmu saat terlelap tidur. Seolah ada sesuatu yang mengganjal di hidung atau paru-paru. Ayah pun mencoba mencari tahu lebih banyak tentang itu. Setelah berdiskusi dengan mereka yang juga memiliki bayi ternyata kondisi tersebut adalah hal yang normal dialami bayi 3-4 bulan. Saat engkau baru lahir, masih terdapat kotoran dari rahim yang masih menyumbat di dalam saluran pernapasan. Kau harus lebih rajin minum ASI dan dijemur di sinar matahari agar segera sembuh. Seperti itulah teman kantor ayah memberikan informasi.

Tak berapa lama kemudian bundamu mengatakan bahwa fesesmu berwarna hijau dan sesekali kemerahan. Kami pun panik dan segera berkonsultasi pada dokter anak. Pak dokter berkata bahwa engkau mengalami alergi dari makanan yang dikonsumsi bunda. Kemungkinan besar alergi susu sapi. Bukan sekali ini saja kau alergi dengan makanan, nak. Sebelumnya kulit mukamu mendadak merah karena alergi terhadap kacang.

Nak, kelak kau akan tahu nak bahwa memiliki bayi adalah saat-saat dimana engkau menjadi begitu sedih tatkala sang buah hati sakit ataupun terluka meskipun kecil.

Bulan ini engkau juga akan segera divaksin. Saat engkau besar, mungkin perdebatan seputar boleh tidaknya vaksin akan terus bergulir. Masing-masing bertahan dengan pendapatnya. Ayah dan bunda ingin bersikap moderat terhadap isu ini. Beberapa ulama kontemporer memperbolehkan vaksin karenanya kami mengikuti fatwa mereka. Kelak jika kau memiliki pendapat lain silahkan saja, nak. Di era saat ini, orang-orang bisa dengan mudahnya menjatuhkan hanya karena perbedaan pendapat di antara mereka. Yang terpenting adalah bagaimana kita memiliki rujukan terhadap hal-hal yang khilafiyah dan tetap saling menghargai pendapat. Itulah kuncinya.

Selamat empat bulan sayang. Semoga engkau tumbuh menjadi anak yang shalih dan menjadi seorang penghapal Quran.

The ‘A’ Team

Mei 8, 2015 § Tinggalkan komentar

IMG-20150501-WA002718 April 2015 adalah hari yang spesial buat keluarga gue karena pada tanggal tersebut ada dua momen yang kami rayakan yaitu satu tahun pernikahan dan juga 3 bulan-an Alby. Satu tahun bisa dikatakan sebagai usia yang masih sangat belia untuk ukuran sebuah rumah tangga. Bahkan, orang-orang terdahulu berani menjamin bahwa setahun pertama menikah adalah fasa-fasa termudah yang dilewati oleh suami-istri. Ke depannya tantangan akan jauh lebih berat guna mengarahkan bahtera agar tidak karam terhantam karang.

Belum banyak hal yang bisa digambarkan atas periode 12 bulan setelah ijab qabul. Terlalu dini jika kita mencoba mengekstrapolasi keharmonisan rumah tangga hanya dengan mengambil kepingan-kepingan dari satu tahun pertama puzzle yang bernama pernikahan. Menikah bukan data-data eksakta yang bisa ditentukan dengan memasukkan variabel A dan B. Permasalahan tersulit manusia dari zaman dahulu kala, selain nasib jomblo ngenes (jones), adalah permasalahan yang ada dalam pernikahan sebab terdapat dua kepala yang isi dan pernak pernik kehidupan serta latar belakangnya bisa jadi benar-benar berbeda. Tiap-tiap diri punya ego. Maka ketika Qabil membunuh Habil, itu pun didasari atas sentimental untuk berpasang-pasangan. Qabil tidak rela menikahi Labudah.

Setidaknya setahun pernikahan bisa menjadi sedikit gambaran seperti apa wajah keutuhan sebuah pasangan. Buat gue pribadi, satu tahun terakhir adalah satu tahun terbaik yang pernah gue alami. Menikah dan mempunyai seorang bayi yang lucu benar-benar melengkapi episode kehidupan gue.

Sejauh ini, gue dan istri Alhamdulillah masih menjalani segala sesuatunya dengan baik dan lancar. Belum ada riak maupun onak yang benar-benar tajam yang mencederai keharmonisan keluarga kami. Kunci terbaik dalam mengatasi permasalahan rumah tangga adalah menahan egoisme dan menjalin komunikasi aktif serta selalu berprasangka baik terhadap pasangan. Selain kemampuan untuk meredam ego dan memformulasikan visi bersama, hal terpenting yang melandasi sebuah mahligai Indah rumah tangga adalah menikahi wanita shalihah. Karena syarat tersebut adalah langkah pertama yang sangat mungkin menentukan langkah-langkah berikutnya. Istri shalihah adalah jaminan keamanan, rasa nyaman dan cinta dalam keluarga. Benarlah jika Rasul menekankan agama sebagai dasar seseorang sebelum memilih dan memilah pasangan hidup.

Setelah satu tahun pernikahan, keluarga kami semakin kental dengan nuansa huruf pertama abjad latin. Dengan inisial huruf ‘A’ keluarga ini akan menjadi The ‘A’ team. Kelak anak kedua, tiga dan seterusnya akan mewarisi huruf ‘A’ di depan namanya.

A pertama adalah Annisa Martina. Setelah satu tahun, gue makin mengenal karakter doi. Gue dan istri punya banyak kesamaan. Kami sama-sama memiliki golongan darah O, kami seneng ngomong, kami berdua doyan makan dan yang paling penting adalah kami sama-sama bernapas. Meskipun begitu kami juga memiliki banyak perbedaan. Selain beda kelamin, istri gue cenderung tidak terlalu aktif di sosial media jika dibandingkan dengan gue yang setiap menit mengakses situs-situs facebook, instagram dkk. Keadaan tersebut sebenarnya menjadi anugerah tersendiri. Istri gue bukanlah orang yang suka curhat ini-itu di facebook. Atau pasang foto mesra-mesraan. Ia juga tidak sudi membuat status dan semua hal yang terjadi di dinding laman web besutan Zuckerberg. 008968 01 4R

Gue seneng nonton, suka update hal-hal yang kekinian, seneng baca buku-buku tentang pemikiran, ide dan pengetahuan. Sementara istri gue lebih seneng baca harga pa*mpers yang didiskon di Ele*nia. Hal itu sangat membantu masalah keuangan keluarga. Rasanya memang tidak perlu memaksakan kepada pasangan apa yang kita suka karena mereka memiliki hobi dan kecintaannya sendiri. Tidak perlu menjadi orang lain untuk menunjukkan rasa cinta.

Gue akui bahwa istri gue punya banyak kekuarangan tapi rasanya kelebihannya jauh lebih banyak. Salah satu kelebihan tersebut adalah dia mau menikah sama gue yang agak weird. Kalo kita berfokus pada kekurangan rasanya kita tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dalam berumah tangga. Pasangan yang baik adalah mereka yang mendukung satu sama lain untuk berkembang dengan apa yang mereka suka dan menjadi diri mereka. Rasul pun adu lari dengan Aisyah, menggendong Aisyah di tengah keramaian. Arggh, kenapa gue jadi berasa Mario Teguh gini. Gue keinget dengan caption di instagram ‘we come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly’. Widih, gue mesra banget ya yang. Tolong masakin semur ayam ya sehabis baca tulisan ini :D.

A yang kedua adalah Alby Shofwan Moissani. Tepat di hari yang sama, Alby merayakan usia ketiga bulannya. Ia kini mampu berceloteh banyak hal. Mengajak kami berdiskusi seolah kami mengerti. Kami berharap Alby dapat menjadi anak yang sholeh, berbakti dan menjadi panutan bagi adik-adiknya kelak. 008968 02 4R

Memiliki bayi adalah pengalaman yang luar biasa. Saat melihat senyumnya, tawanya, tangisnya adalah momen-momen terbaik yang bisa menghidupkan hari. Setiap saat gue menanti hal-hal baru apa yang ia lakukan. Detik-detik pertama kali mendengar Alby berceloteh membuat gue meleleh. Belom lagi saat melihat ia belajar tengkurep, duduk di pangkuan emaknya, kehebohan saat mandi. Gue merasa bingung dengan negara-negara dengan angka kelahiran yang rendah. Mereka seolah terbebani dengan kehadiran seorang bayi. Mungkin dalam benak mereka memiliki bayi berarti merelakan diri untuk mengurus makhluk hidup yang lemah yang hanya bisa menangis dan merengek. Itu benar. Namun membersamai tumbuh kembang sang anak jauh melewati kelelahan fisik saat mengurus mereka. Gue yakin para ibu sedunia sepakat dengan hal ini.

Memiliki bayi juga berarti mencurahkan semua perhatian dan fokus pada mereka. Saat mereka sakit maka kita juga akan merasa sakit. Sekarang gue mengerti mengapa Lara dan Zor-el menyelamatkan Kal-el dari kehancuran planetnya. Gue juga mengerti pedihnya perasaan orang tua Son goku saat merelakan anaknya pergi ke bumi sebelum Planet Saiya meledak. Anakku Alby, maaf jika ayah terlalu banyak menonton kartun :D.

A terakhir tentulah gue sendiri, Andri Wijaya alias Andrew alias Jay atau Jayho. Gue sengaja menulis kisah gue di akhir cerita karena gue sangat mengidolakan Inspektur Vijay yang selalu hadir di saat penjahat sudah kalah. Sudah, tentang gue tidak usah banyak dibahas. Gue lebih enak diajak cerita daripada dibaca kisahnya. Tsah!.

Setelah satu tahun pernikahan, banyak rintangan yang akan terjadi ke depannya. Banyak ujian yang siap menanti. Namun semoga setiap permasalahan dapat diselesaikan. Karena menikah itu sebenarnya adalah seni untuk mencari solusi dalam setiap ruangan yang berisi permasalahan dan tantangan.

Sabtu Bersama Ayah

April 11, 2015 § Tinggalkan komentar

20150321_144643

Assalamu’alaikum, Nak

Beberapa saat sebelum menuliskan tulisan ini, ayah baru saja menyelesaikan sebuah novel yang berjudul ‘Sabtu Bersama Bapak’ karangan Adhitya Mulya. Sebuah novel keluarga yang intinya bercerita tentang bagaimana sosok seorang bapak di hadapan anaknya. Meskipun sang bapak telah tiada. Berangkat dari novel itulah, ayah membuat kisah ini dan menjadikannya sebagai judul tulisan.

Nak, perlu ayah sampaikan bahwa meskipun ayah suka membaca tapi novel tak pernah menarik perhatian ayah kecuali beberapa. Meskipun novel adalah bacaan, di luar buku pelajaran sekolah, yang pertama kali ayah baca dan membuat ayah menyenangi aktifitas tersebut sesudahnya. Waktu itu ayah membaca novel karangan Helvy Tiana Rosa yang berjudul ‘Ketika Mas Gagah Pergi’. Tapi, entah kenapa. Untuk berikutnya, ayah tak pernah menjadikan novel sebagai prioritas. Hanya beberapa saja novel yang ayah baca. Itu pun novel popular karangan Kang Abik dan Dewi Lestari. Jangan, Nak. Jangan paksa ayah membaca Da Vinci Code atau Larung Ayu Utami.

Kali ini ayah membaca novel yang, menurut beberapa teman ayah, sangat baik untuk melengkapi referensi sebagai pembekalan bagi seorang ayah dan calon ayah. Nak, kini ayah dan ibu sudah memilikimu. Artinya semua bekal yang bisa menambah pengetahuan tentang menjadi orangtua yang baik adalah sesuatu yang penting dan berharga.

Secara singkat, buku ini berkisah tentang sosok seorang bapak yang meninggalkan penggalan-penggalan cerita yang terekam dalam kaset handycam di tengah vonis kanker yang dideritanya. Sang bapak, sebelum wafatnya, menceritakan banyak hal dalam rekaman tersebut. Sebagian besar adalah nasihat bagi kedua putranya suatu saat ia telah tiada. Secara ajaib, pertanyaan-pertanyaan kehidupan yang bertambah seiring dengan semakin dewasanya sang anak telah terjawab dalam kaset peninggalan bapak. Tokoh ‘bapak’ adalah model orangtua yang visioner.

Banyak hikmah yang ayah petik sebakda membaca novel tersebut.

Nak, terinspirasi dari bacaan itu, ayah ingin meninggalkan jejak kisahmu dalam goretan-goretan kata yang termuat dalam blog ini. Biarlah ayah dianggap meniru atau lebih tepatnya terinspirasi novel tersebut. Tentu ayah tidak berharap bahwa ayah juga memiliki umur yang singkat seperti tokoh ‘bapak’ dalam novel. Ayah hanya ingin merekam setiap tumbuh kembangmu dalam tulisan-tulisan yang akan ayah muat setiap tanggal delapanbelas tiap bulannya. Iya Nak, delapan belas. Karena pada tanggal itulah engkau lahir ke dunia.

Kelak, ketika kau sudah besar, kau bisa menapaktilasi kisah hidupmu dari apa yang pernah ayah buat mulai dari saat ini hingga nanti di usia engkau tujuhbelas atau dua puluh.

Maafkan ayah, Nak. Jika tulisan ini dimulai dari bulan ketiga kelahiranmu. Sebelumnya sudah ada niatan ayah untuk melakukan hal yang serupa. Namun niat yang layuh karena berbagai kesibukan membuat semua rencana ini hanya termuat di angan.

Nak, ayah akan berusaha sekuat tenaga untuk bercerita tiap bulannya tentang engkau.

Ayah tidak berharap tulisan ini dibaca oleh banyak orang atau ada orang iseng menerbitkan kumpulan dari apa yang ayah tulis tentangmu. Semua itu mungkin penting. Tapi jauh lebih penting adalah ayah, juga ibu, bisa berkisah tentangmu lewat ingatan-ingatan yang terpatri dalam lembaran-lembaran di atas halaman putih layar ini. Karena apa yang terucap akan hilang dan apa yang tertulis akan mengabadi.

Salam cinta ayah untukmu, nak. Di tengah mulutmu yang tak berhenti berucap banyak hal yang kami pun hanya bisa menerka apa yang kau inginkan.

Semoga engkau tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan shalih.

Selamat Ulang Tahun, Sayang

Maret 12, 2015 § 1 Komentar

IMG-20150311-WA0014

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

7 maret menjadi hari yang spesial buatku. Setidaknya mulai dari tahun kemarin. Karena di tanggal ini, Tuhan mengizinkan engkau menyapa dunia bersama dengan segala catatan rezeki, jodoh dan takdir lainnya. Artinya, untuk tahun-tahun ke depan selama hayat masih di kandung badan (keselek), aku akan selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan ‘selamat hari lahir’ buat engkau.

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Di tahun ini, engkau genap berusia 27 tahun. Segala harapan dan doa aku haturkan untukmu sebagai ungkapan cinta seorang suami atas segala perhatian, lelah, senyuman, dan kasih yang telah membersamai selama lebih kurang 10 bulan terakhir.

Tahun lalu, aku memberikan hadiah berupa buku dan miniatur eifel yang dibawa serta pada saat lamaran. Aku memang bukan suami yang romantis. Bahkan aku kebingungan untuk memberikan kado di hari ulang tahunmu. Entah kenapa, hadiah pertama yang aku bayangkan adalah memberikan sketsa dirimu dalam bentuk goretan berwarna. Jadilah, sketsa tersebut, walaupun tidak terlalu mirip, sebagai buah tangan yang aku berikan setibanya dari Jakarta. Lebih kurang jam dua belas lebih tiga puluh menit.

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Aku tidak bisa seperti suami lain yang membuatkan lagu di ulang tahun istrinya atau memberikan liontin mewah atau bahkan sekedar menggantikan pekerjaan rumah yang selama ini senantiasa kau kerjakan. Bukan karena ingin tampil berbeda namun karena memang aku tidak atau mungkin belum terbiasa dengan hal-hal demikian.

Sayang, tahukah engkau?. Menurut sumber yang aku baca, wanita senang diberikan hal-hal kecil namun simpatik. Lebih-lebih yang sifatnya kejutan. Kebetulan, sesaat sebelum menjemputmu di kampus, aku mengantongi tiga kuntum mawar merah dan putih sebagai buah tangan. Katanya mawar merah adalah simbol keindahan dan romantisme sementara mawar putih adalah simbol rasa cinta yang sejati dan keanggunan. Sejujurnya, sayang. Aku pun tak mengerti apa makna mawar-mawar itu. Tak usah jua kau berharap aku menambahkan prosa bersamaan dengannya. Aku tak pandai merangkai kata. Jangankan sebuah prosa, menganggit pantun pun aku alpa.

Aku mencoba menerka-nerka, apa lagi yang biasanya diberikan oleh seorang pria di hari ulang tahun wanita yang dicintainya. Ternyata simpel. Engkau doyan makan. Aku pun begitu. Maka mengajakmu ke tempat makan rasanya adalah pilihan yang sangat bijak. Alhamdulillah, engkau pun mengamini undangan makan yang aku ajukan. Tanpa sungkan engkau menunjuk hollycow sebagai tempat perayaan. Plus ada promo bagi sesiapa yang merayakan ulang tahun di Hollycow, ujarmu. Sungguh sebuah kebetulan yang sangat mencengangkan atau bahasa kerennya adalah serendipity. IMG-20150307-WA0026

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Kita pun menyadari bahwasanya ada yang lebih bermakna dari aneka hadiah yang nampak di mata. Ianya adalahi lantunan doa tulus sebagai harapan yang digantungkan di langit cinta. Berharap agar doa tersebut terijabah. Dipayungi oleh keberkahan-keberkahan atasnya. Karena keberkahan adalah puncak kebahagiaan. Tidak semua bahagia berarti berkah. Kebahagiaan yang semakin menjauhkan diri dan keluarga pada kecintaan terhadap Allah bukanlah sebuah ciri tanda keberkahan yang diharapkan.

Doa yang tulus aku persembahkan untukmu. Doa yang tertutur mesra agar engkau sentiasa menjadi wanita sholehah. Agar engkau meletakkan frasa istri dan anak pada posisi teratas dalam skalamu. Semoga kelak engkau menjadi wanita yang semakin dewasa. Tegar dalam menghadapi segala uji dan musibah. Selalu berada di sampingku di saat aku butuh maupun tidak butuh. Di usiamu yang semakin bertambah, aku mendoakan engkau menjadi wanita yang lebih tangguh hingga segenap masalah tak akan mudah menggoyangkanmu.

Aku berharap engkau menjadi ibu yang shalihah untuk anak-anak kita. Sekokoh cinta sang ibu, Fatimah pada Imam Syafi’i hingga sang faqih menamai karya terbaiknya dengan ‘Al-umm’. Iya Al Umm. Yang tak lain dan tak bukan artinya adalah ibu.

IMG-20150311-WA0015Dalam marahmu, hadirkan cinta. Seperti kisah Imam Sudais kecil yang menuangkan tanah ke dalam makanan yang disajikan untuk tamu. Besar kemurkaan sang ibu melihat polah anak yang memantik emosi. Namun sang ibu sadar bahwa setiap ucapan yang meluncur deras dari mulutnya bisa berarti adalah doa yang tak bersekat. Alih alih mengumpat atau mendoakan dengan ucapan semisal ‘anak durhaka’ atau ‘anak setan’, ia malah mendoakan sang anak menjadi Imam di Masjidil Haram. Dan Keridhoan Allah di atas keridhoan orang tua. Doa tersebut terijabah.

Sayang, rajin-rajin lah membaca. Karena anak-anak kita nanti menjadikan engkau sebagai guru pertama mereka. Ini-itu akan ditanya. Berulang kali dan berima.

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Semoga engkau selalu meneladanii khadijah yang dalam peluknya Muhammad merasa tentram. Juga laksana Aisyah yang cerdas dan menjadi teman terbaik berbagi cerita. Kepedulianmu pada setiap anggota keluarga yang akan menumbuhkan kami dalam cinta.

Berat bebanmu sebagai istri. Menanggung banyak hal, mendekapnya dengan erat. Ceritalah, saat engkau ingin cerita. Marahlah, jika engkau harus marah. Bahkan Umar pun hanya tertunduk diam saat istrinya memarahi.

‘Wahai Amirul Mukminin semula aku datang hendak mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku. Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka akupun kembali sambil berkata, ”Jika demikian keadaan Amirul Mukminin bersama istrinya, maka bagaimana dengan keadaanku?”
‘Wahai saudaraku, sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena hak-haknya padaku demikian kata Umar’. “Dia yang memasakkan makananku, yang mencucikan pakaianku, yang menyusui anak-anaku dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram. Karena itu aku bersabar atas sikapnya” lanjut Umar.

Dan akhirnya sayang, semoga kelak engkau terus membersamaiku dalam suka dan duka. Kelak kita akan menjadi tua bersama. Semoga dimudahkan setiap langkahmu untuk menempuh apa yang dicitakan. Dimudahkan studimu, dilancarkan proses mengemban amanah mencerdaskan ummat.

-Salam cinta untukmu-

Where Am I?

You are currently browsing the U and I category at I Think, I Read, I Write.

%d blogger menyukai ini: