Cockroach Theory
Agustus 20, 2015 § Tinggalkan komentar
At a restaurant, a cockroach suddenly flew from somewhere and sat on a lady. She started screaming out of fear. With a panic stricken face and trembling voice, she started jumping, with both her hands desperately trying to get rid of the cockroach.
Her reaction was contagious, as everyone in her group also got panicky. The lady finally managed to push the cockroach away but …it landed on another lady in the group. Now, it was the turn of the other lady in the group to continue the drama.
The waiter rushed forward to their rescue. In the relay of throwing, the cockroach next fell upon the waiter.
The waiter stood firm, composed himself and observed the behavior of the cockroach on his shirt.
When he was confident enough, he grabbed it with his fingers and threw it out of the restaurant.
Sipping my coffee and watching the amusement, the antenna of my mind picked up a few thoughts and started wondering, was the cockroach responsible for their histrionic behavior?
If so, then why was the waiter not disturbed? He handled it near to perfection, without any chaos.
It is not the cockroach, but the inability of the ladies to handle the disturbance caused by the cockroach that disturbed the ladies.
I realized that, it is not the shouting of my father or my boss or my wife that disturbs me, but it’s my inability to handle the disturbances caused by their shouting that disturbs me. It’s not the traffic jams on the road that disturbs me, but my inability to handle the disturbance caused by the traffic jam that disturbs me.
More than the problem, it’s my reaction to the problem that creates chaos in my life.
Lessons learnt from the story: “Do not react in life. Always respond.“
The women reacted, whereas the waiter responded.
Reactions are always instinctive whereas responses are always well thought of, just and right to save a situation from going out of hands, to avoid cracks in relationship, to avoid taking decisions in anger, anxiety, stress or hurry.
– Sundar Pichai, CEO of Google
Bahagia itu adalah
Oktober 20, 2011 § 2 Komentar
Bahagia itu adalah sebuah ekspresi suka cita, kegembiraan, kesenangan terhadap suatu peristiwa yang terjadi, yang diperoleh. Setiap orang punya definisi pribadi untuk makna sebuah kebahagiaan. Bahagia di mata seseorang bisa jadi amarah bagi orang lain.
Sejak belajar bisnis, gw punya definisi sendiri tentang makna sebuah kebahagiaan. Bisnis delivery makanan korea ini memberikan alasan-alasan yang bisa membuat bahagia walo mungkin cuma hal sepele.
Dan memang kebahagiaan itu bukanlah sebuah pemungutan suara, bukan voting. Jadi tidak perlu memaksakan diri untuk ikut merasa bahagia usai membaca tulisan ini. Walau pada dasarnya emosi itu bisa menular.
Dengan sistem marketing secara on-line yang kami lakukan untuk promosi bisnis delivery, sebagian besar kebahagiaan itu lahir dari rahim interaksi terhadap jejaring sosial.
New Version of “bahagia” menurt gw adalah :
1. Saat gw aktifin Yahoo Messenger, udah banyak frenlist yang nunggu buat diapprove. “Artinya adalah promosi via online dengan mencantumkan id YM cukup berhasil. Sebagian besar customer justru memilih untuk order via YM ketimbang sms atau telepon, biar hemat kali ya dan ngobrolnya bisa panjang..hehehe. Siapa tau bisa sambil kenalan”….#ehhhhh
2. Pas onlen twitter, follower @tokkipokki udah semakin banyak, melebihi jumlah following. Padahal di awal buat akunnya, ratio of followingnya timpang banget. Tips : follow akun yang berafiliasi dengan target pasar dan memiliki follower ribuan
3. Saat buka TL (ga ada hubungan sama ITB), liat yang ngemention, hati gw langsung berbunga-bunga (adegan didramatisr) waktu ada yang nanya-nanya tentang menu.
Syukur-syukur ada yang langsung mau beli. Kalo ga ya it doesn’t matter, nambah koneksi. Karena dari buku psikologi tipping point, kenalan itu justru yang memberikan peluang pekerjaan lebih besar daripada teman yang kenal sudah lama. Jadi lebih baik banyak kenalan daripada banyak teman deket. lho!!!
4. Bahagia itu adalah ketika tokkipokki nulis di Timelinenya akun twitter yang punya follower bejibun, kita di RT a.k.a di Ritwit. Kalo berkicau di Timeline sendiri kurang efektif. So, kita coba memanfaatkan akun dengan follower yang ribuan sehingga promosi terasa lebih mudah.
5. Ehh, ada yang mention tokkipokki sambil mengeluarkan sejuta ucapan pujian terhadap rasa, harga dan pelayanan. Wah, kalo udah dipuji gini kita langsung meleleh
6. Saat buka fanpagenya Tokki pokki di facebook, ada notification yang terlihat. Indikasi ada fesbuker yang ninggalin jejak di fanpage. Entah itu buat mesen atau memang cuma buat tegur sapa,, annyeong.
7. Bahagia itu adalah, sewaktu hape esia jadul kami berdering. Entah itu sms atau telepon. Baik yang mau mesen atau orang iseng miskol, atau bahkan cuma mau denger suara mas kurir..hehe
8. Saat malem-malem, kudu nganterin pesenan ke luar Bandung. Kabupaten Bandung maksudnya…walau cape dan sebel karena jauh, tapi dibawa happy aja. itung-itung wisata malem.
9. Sewaktu Lo nganterin makanan, makanan lo dipromosiin sama calon ketua Ikatan Alumni ITB, hehehe.. Ini kisah nyata. Ada di fanpagenya Tokki pokki 🙂
10. Salah satu yang paling membahagiakan dari bisnis ini adalah saat
harus dan tidak terpaksa delivery makanan ke yang ijo-ijo alias Teknik Lingkungan ITB. Wah,.. kalo nganter ke TL mah, ane rela ga dibayar juga neng.. *punten ran, adha, hereuy!!
11. Adalah saat banyak pelanggan yang memesan lagi dan lagi sampe-sampe ada yang ngasih saran untuk segera buka kedainya…Amin, mohon doanya chingu
12. Bahagia itu adalah saat perusahaan online marketing menawarkan kerjasama dengan usaha yang baru berdiri selama dua minggu.
Kejadian ini kami alami saat web promosi online Disdus.Com mengajak kerjasama untuk memasarkan produk tokkipokki karena dianggap unik. Kami pun merasa tersanjung dengan tawaran tersebut,
13. Dan definisi bahagia terakhir versi gw adalah ketika pelanggan puas dengan pelayanan dari tokki pokki
Ternyata bisnis memang luar biasa. Kejadian hebat bisa datang tanpa terduga. Benarlah apa yang dikatakan Rasul bahwa 9 dari 10 pintu rejeki itu ada pada perdagangan
Galau dan Jejaring Sosial
September 28, 2011 § 8 Komentar
Galau, Kata ini sepertinya sudah tidak asing di telinga kita seperti halnya istilah alay dan lebay. Terlebih era jejaring sosial semakin mengokohkan posisi galau dalam istilah anak muda zaman sekarang. Galau seolah menjadi metafor umum bagi semua orang. Sedikit masalah yang terjadi langsung dapat terekspresikan baik itu twitter, facebook dan jejaring sosial lainnya. Dalam kata berujar untuk tidak mengumbar kisah luka, tapi status galau selalu tebar pesona. Miris kan ya?
Lalu sebenernya apa definisi galau sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar? Kalo yang jadi acuan adalah KBBI Galau adalah keadaan sibuk beramai-ramai atau pikiran kacau tidak keruan.
Lain lagi definisi galau versi Rerey “Galau adalah suatu keadaan ketika suasana hati menginginkan kebebasan, namun ada yang mengikat, gak mau lepas”.
Menurut Spica Arumning (blogger) Galau adalah suatu keadaan dimana kita memikirkan suatu hal secara berlebihan, bingung apa yang harus dilakukan dengan suatu hal ini .. Dengan pikirannya sendiri sehingga menimbulkan efek emosi melabil, pikiran pusing, dan mendadak insomnia. sumber
Begitu banyak definisi galau namun kita bisa menyimpulkan bahwa galau adalah sebuah kondisi dimana perasaan menjadi begitu kalut, bingung terhadap masalah yang dihadapi dan terkadang diekspresikan secara berlebihan. Ada korelasi yang kuat antara istilah galau dengan peranan media sosial. Galau belomlah sempurna jika tidak update status facebook atau tweet bahkan status yahoo messenger. Galau sebatas konsumsi pribadi masih pada tahap kekalutan perasaan saja.
Ekspresi-ekspresi kegalauan dapat dengan mudah ditemukan. Twitter pun jadi ajang promosi. Ada akun twitter @GaneshaLau, @Pocoong dan akun lainnya dengan variasi kegalauan yang ditawarkan. Belom lagi status-status di facebook yang diganti setiap menitnya hanya untuk menggambarkan betapa bergejolaknya perasaan yang terjadi. Dua Jejaring sosial ini memang menjadi ajang pamer kegalauan.
Kenapa harus galau? dan kenapa ketika galau harus diungkapkan kepada semua orang?
“ah, saya mah ga maksud untuk bercerita ke orang lain apa yang terjadi pada saya“. Sering mendengar para pelaku kegalauan menampik tindakan mereka sendiri? Jika iya, berarti kita sama. Padahal anak yang baru bisa baca pun tahu betapa menyebalkannya melihat TimeLine dipenuhi dengan tweet seperti “aduh, perasaan apa ini? kok gw jadi mikirin dia” atau twit serupa “dia suka akuhhh ga yah? kangen dech liat senyumnya”. Padahal orang-orang tidak perduli apa yang terjadi pada kita.
Yang bingung justru teman atau follower si pelaku kegalauan ini. Diunfollow atau diblock rasanya kurang etis (karena biasanya yang ngetwit temen sendiri), tetep difollow mata jadi sakit liat status galau. Satu hal yang dilupakan adalah di samping memiliki akses privasi di jejaring sosial, kita juga memiliki domain umum yang bisa diakses semua orang. Jadi alangkah baiknya jika kita menjadi pengguna jejaring sosial yang bijak.
Pada akhirnya galau itu menunjukkan kurang bersyukurnya seseorang. Galau itu identik dengan keluhan. Padahal jika memang punya masalah cerita ke orang yang terpercaya rasanya jauh lebih berguna.
Let’s say No to Galau
Hidup lebih bahagia dengan bersyukur
memahami diri
Oktober 6, 2009 § Tinggalkan komentar
Untuk membantu seseorang memahami dan mengenal dirinya dengan lebih baik David Kiersey telah membuat sebuah metode yang dapat membantu. Metodenya dikenal dengan Kiersey Temparament Sorter. Menurut Kiersey karakter seseorang itu seperti lingkar cincin yang ada di pohon. Lingkar yang paling dalam menunjukkan bahwa seseorang merupakan karakter dengan kemampuan mengamati dan menganalisis. Lingkar kedua menggambarkan cara berpikir seorang individu apakah kooperatif atau pragmatis. Lingkar ketiga adalah karakter memerintah dan memberikan informasi dan lingkar terakhir menggambarkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Untuk lingkar terakhir ini manusia juga memilki dua karakter yang pertama seseorang yang bertindak dan berkata sebelum mendengar dan melihat instruksi, kategori ini merupakan pribadi yang ekspresif. Karakter kedua dari lingkar keempat ini adalah karakter yang penuh perhatian artinya orang-orang dengan karakter seperti ini senantiasa mendengar dan melihat terlebih dahulu instruksi yang diberikan sebelum mengambil keputusan dalam bertindak.
Selain memodelkan karakter manusia dengan analogi lingkar cincin pada pohon, Kiersey juga menjelaskan empat karakter manusia lainnya dengan definisi berbeda yakni artisan, guardian, idealist, dan rational. Karakter artisan adalah mereka yang cenderung berpikir secara praktis dan memilki pengamatan yang baik akan suatu masalah sementara guardian merupakan tipe manusia dengan karakter pengamatan yang baik serta kooperatif sehingga seseorang dengan karakter ini biasanya memilki rasa tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya. Tipe ketiga adalah tipe idealist, tipe orang dengan kemampuan bekerja sama dengan baik dan juga memiliki kemampuan analisis yang akurat. Kekuatan utama seorang dengan tipe idealist adalah kecerdasan berdiplomasinya. Karakter yang terakhir adalah rational. Orang-orang dengan tipe rational memiliki kemampuan analisis yang baik dan berpikir secara cepat dan praktis.
Selain Kiersey yang berhasil menjelaskan karakter manusia terdapat juga Isabel Myer yang mampu mendeskripsikan karakter manusia dengan cukup baik. Terdapat perbedaan dari apa yang dirumuskan oleh Kiersey dan Myer dan perbedaan yang paling mendasar dari keduanya adalah Myer memfokuskan pembahasnnya pada bagaimana manusia berpikir dan rasakan sementara Kiersey lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Teori Kebutuhan Manusia
Oktober 4, 2009 § Tinggalkan komentar
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang hidup di bumi. Segala macam dinamika tentang manusia terus dipelajari dan diteliti. Sejak zaman manusia pertama, telah banyak perubahan-perubahan yang terjadi. Manusia terus berkembang dan semakin maju dalam hal pemikiran meskipun terkadang kemajuan tersebut justru semakin membuat kekacauan.
Bumi sebagai tempat dimana manusia berpijak telah menjadi laboratorium raksasa dari sekian banyak “eksperimen” yang dilakukan. Untuk mengetahui lebih dalam tentang manusia, berbagai teori telah semakin menjamur. Banyak pakar telah menjelaskan konsepsi tentang manusia berdasarkan pengalaman dan penelitian yang mendalam, misalnya saja teori Abraham maslow.
Menurut Abraham maslow kebutuhan manusia itu dibagi menjadi lima kelompok yang bisa digambarkan dalam bentuk piramida hirarki. Piramida tersebut menggambarkan kebutuhan manusia dengan level paling dasar adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi terlebih dahulu dan setiap orang harus memenuhi kebutuhan yang paling mendasar ini sebelum meraih kebutuhan padalevel di atasnya.
Secara garis besar level kebutuhan manusia menurut maslow dapat dijabarkan satu persatu.
1. Kebutuhan psikologis
Kebutuhan ini kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia dan berkaitan dengan kebutuhan biologis seperti kebutuhan makan, minum, bernapas dll.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan yang dapat terpenuhi jika kebutuhan psikologis telah lebih dahulu terpenuhi. Kebutuhan akan rasa amanlah yang menjadikan sebagian besar orang menyimpan uangnya di bank, mengasuransikan rumah dan kendaraannya dan bahkan kebutuhan ini juga lah yang menjadikan orang tua melindungi anak-anaknya dengan penuh perhatian.
3. Kebutuhan mencintai dan memiliki
Tingkat ketiga dari teori Abraham maslow terkait dengan kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk mencintai, menyayangi, memiliki. Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki kecendurungan untuk mengatasai kesendirian dan kesepian. Mungkin dengan alasan ini juga manusia diciptakan berpasangan agar dapat tumbuhnya rasa saling menyayangi dan melengkapi satu sama lain. Kebutuhan ini jugalah yang menjadikan tumbuhnya persahabatan, kelompok-kelompok sosial, organisasi kemasyarakatan dan lainnya.
4. Kebutuhan untuk dihargai dan menghargai
Dalam bukunya “how to win people and influence others” yang laris hingga mencapai 15juta eksemplar, Dale carneige memfokuskan bahasan pada bukunya yang fenomenal tersebut pada kebutuhan yang satu ini.
Untuk dihargai bagi beberapa orang menjadi kebutuhan yang sangat penting, jauh dari dua kebutuhan di atasnya dan bahkan mungkin mematahkan teori Abraham maslow karena pada hakikatnya, menjadi sifat dasar manusia untuk dihormati, diperhatikan dan menjadi eksis. Setiap manusia ingin keberadaannya dirasakan oleh orang lain akan tetapi ketidakseimbangan yang terjadi, kebutuhan untuk dihargai jauh lebih dominan daripada kebutuhan untuk menghargai orang lain, dapat mengakibatkan hal yang kurang baik.
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri
Tahapan ini adalah tahapan tertinggi dari piramida kebutuhan manusia sesuai dengan teori maslow. Seseorang akan mampu menempatkan dirinya di mayarakat dan tidak lagi sibuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
Clayton P. alderfer berhasil mengikuti jejak Abraham maslow dalam memodelkan manusia dan kebutuhannya. Model ini dimuat di artikel dengan judul “An Empirical Test of a New Theory of Human Need” pada tahun 1969.
Teori ini lebih dikenal dengan istilah ERG (existence, ralatedness, dan Growth) needs. Panjabaran ketiganya tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dijelaskan oleh Abraham maslow.
Existence merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia yang meliputi kebutuhan psikologis dan kebutuhan akan rasa aman yang notabene menjadi level pertama dan kedua dari teori maslow. Relatedness meliputi kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan bersosial. Sementara Growth adalah kebutuhan untuk mengaktualisasi diri.
Berbeda dengan teori maslow yang menyatakan bahwa perlunya kepuasan terhadap level yang lebih rendah sebelum mencapai level yang lebih atasnya, Teori ERG tidak membatasi akan hal tersebut dan mengungkapkan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang berganda yang harus dipenuhi secara bersamaan.