Aku, Dia dan OPPO N1
Oktober 24, 2013 § 10 Komentar
Gue berlari dengan peluh membasahi kemeja yang tampak semakin lusuh. Mengejar kereta yang hampir meninggalkan stasiun Depok Baru. “Hffft” gue menghela napas.
Seperti inilah aktifitas gue sehari-hari. Beradu dengan ganasnya ibukota demi mengejar gerbong-gerbong besi yang berjajar di sepanjang peron. Dan untuk kesekian kalinya gue nyaris terlambat masuk kereta tujuan.
Suasana di dalam kereta tidak kalah sengit. Desak-desakan sudah menjadi hal yang mutlak. Semua bau bercampur menjadi satu. Siapa yang tahu jika sirkulasi udara di dalam kereta ini adalah reaksi kimia antara oksigen dan amoniak. Namun seperti apapun kondisinya, kereta ini lah satu-satunya harapan untuk menghindari kemacetan di Jakarta.
Mengamati aktifitas penguni kereta adalah secercah kebahagian di tengah sesaknya kereta. Ada yang tertidur, sebagian memainkan smartphonenya dan sebagian lagi memilih berdiskusi renyah dengan rekanan hingga mata gue berhenti di salah satu sudut gerbong. Seorang wanita dengan jilbab biru teruntai tengah membaca sebuah buku. Di saat yang bersamaan seorang ibu-ibu tua mencoba meraih lengan gue agar keseimbangannya tetap terjaga. Pandangan gue tak terlepas dari sang wanita sembari mengamati buku apa yang ia baca. Hikmat, ia membaca “outliers”. Buku best seller karangan Malcolm Gladwell. Sejenak gue berpikir bahwa wanita itu adalah mahasiswi psikologi.
“Woi ngeliatin apaan lo”
Tersentak gue kaget ketika seseorang dengan suaranya yang cempreng memecah konsentrasi.
“Astaga lo bikin kaget aja” jerit gue sambil sewot.
Ternyata gue berdiri berdekatan dengan Wahyu, temen kuliah gue yang freak banget dengan gadget. Dia bahkan melengkapi namanya menjadi Wahyu “gadget” kurniawan. Anak satu ini memang rusuh. Dia selalu bikin kehebohan dalam keheningan. Bahasa gue puitis abis.
“Eh, gue ada info gadget baru nih” Wahyu tetiba mengeluarkan sebuah ponsel berwarna putih dengan desain unik dari dalam tasnya tanpa diberi aba-aba.
“Apaan sih lo, tiba-tiba ngomongin handphone!!” gue mencoba menanggapi sambil terus memandangi wanita berkerudung biru.
“Sini deh men, gue kasih tau lo barang bagus. ini ponsel baru dengan kualitas ungulan. Merknya Oppo”. Wahyu menjelaskan tanpa tedeng aling-aling.
“OPPO, Apaan tuh? Baru denger gue!” nyebelin juga nih orang, ujar gue dalam hati. Ganggu proses pengamatan aja.
Bak seorang sales promotion boy Wahyu mendeskripsikan OPPO dengan sangat detail. “OPPO itu ponsel keluaran China yang baru masuk pasar Indonesia pada April 2013. Sebelum datang ke Indonesia, OPPO sudah terlebih dahulu singgah ke Amerika, Vietnam, Thailand, Rusia dan Qatar.” Wahyu masih mencoba menjelaskan panjang lebar.
“Terus apa hebatnya” gue mencoba setengah hati menanggapi penjelasan dia tentang OPPO.
“Nah, sekarang gue kenalin lo ke generasi terbarunya, OPPO N1. Ponsel yang baru launching di pertengahan Oktober ini memiliki teknologi kamera yang bisa berputar 206 derajat dan kualitas gambar HD, cukup memenuhi spesifikasi lo yang doyan fotografi.” Wahyu menimpali.
“Oh serius lo. Terus apa lagi?”
“OPPO N1 dibekali dengan RAM 2 GB dan memiliki “Distance Sensor”. Jadi lo bisa moto orang dengan kendali jarak jauh hingga 50 meter. No More camera timer. Selain itu OPPO dibekali dengan teknologi O-Touch Panel dan Color OS. Dua inovasi yang belum dimiliki ponsel lain di dunia maupun di akhirat”. Wahyu masih menjelaskan dengan sedikit lebay.
Tidak kerasa, gue kebawa suasana penjelasan tentang gadget baru tersebut. Tanpa disadari kereta telah melaju saat mata gue mencari sosok gadis berkerudung biru yang telah hilang bersama dengan laju kereta. Argh, entah mengapa gue merasa kehilangan. Wanita ini bener-bener misterius. Ia begitu saja hadir dan tetiba mengisi hati gue bak kisah FTV picisan.
Oke, besok gue harus ketemu dia lagi. Gue harus tahu dia turun dimana dan kalo mungkin gue ajak dia ke penghulu buat menikah. Lo pikir ini sinetron. Tetiba kata-kata Paulo Coelho terngiang di kepala gue “If you really want something, then world will conspire to help you to achieve it”.
Entah mengapa besarnya rasa penasaran terhadap gadis berkerudung biru tetap saja bisa teralihkan oleh fitur canggih dan kerennya OPPO N1.
Gue yakin, ini bak sinyal/pertanda seperti apa yang terkisah dalam “The Alchemist”. Gue merasa terdapat chemistry antara gue, OPPO N1 dan gadis berkerudung biru. Gue langsung berburu OPPO N1. Setelah mempelajari fiturnya secara seksama, gue berkata “iya” untuk membelinya. Kebetulan hape gue yang lama udah soak.
Keesokan harinya, gue bangun lebih awal. Naik dari stasiun, gerbong dan jadwal keberangkatan yang sama. Cuma semangat gue yang beda.
Sesaknya suasana di dalam kereta seolah tak berasa. Mata gue hanya fokus mencari sudut gerbong. Voila, gadis itu persis berada di posisi yang sama dengan kemarin. Kali ini ia memadupadankan kerudung pink dengan rok jeans dan kemeja biru. Wah hari itu dunia seakan jauh lebih indah dari biasa. Gue seketika langsung teriak bahagia, loncat-loncat di dalam kereta. Sayup terdengar alunan merdu “Nothing gonna change my love for you” nya George Benson. Oke, gue lebay.
Cinta sejati itu sederhana. Tidak pernah rumit. Ia adalah penggalan dari misteri-misteri yang berulang. Gue sangat dan amat yakin bahwa gadis ini sepertinya jodoh gue. Dengan teknologi kamera oppo dan kualitas gambar HD, gue berhasil menjadi stalker handal. Dari jarak yang tidak begitu jauh, gue mencoba mengambil gambarnya yang sedang asyik dengan “Digital Fortress” Dan brown. Foto gadis tersebut akhirnya tersimpan di memori OPPO N1.
“Gotcha” gue sedikit berteriak saat berhasil menyimpan piksel-piksel gambar ke dalam memori OPPO N1. Saat gue sadar, banyak mata yang memandang sinis karena merasa terganggu dengan teriakan gue yang fals, termasuk sang gadis. Ia pun menatap gue lekat. Seakan sadar bahwa seseorang tengah memandangnya dalam.
Lidah gue tercekat, saat mata kami beradu pandang. Keanggunan wajahnya benar-benar bikin jantung gue meleleh. Gue pun langsung menunduk untuk menutupi raut muka yang semakin memerah.
Kereta pun berhenti di stasiun palmerah. Sang gadis ikut turun bersama penumpang lainnya. Sebelum turun ia sempat memandang sekilas ke arah gue dan seolah ingin mengatakan sesuatu. Gue pun hanya terpana ketika sekelebat ia kembali hilang tertelan oleh laju kereta yang menuju stasiun tanah abang, tempat persinggahan gue.
“Oke, beda satu stasiun doang. Besok gue harus berani kenalan.” Gue bergumam.
Hari berikutnya, dengan semangat membara bermodalkan foto kualitas HD yang ada di memori hape, gue kembali menaiki kereta di gerbong yang sama seperti kemarin.
Tapi ada yang beda hari ini, sudut gerbong tidak menunjukkan adanya tanda jilbab yang teruntai. Hanya seorang bocah lucu yang memamerkan giginya yang baru tumbuh ke arah gue yang memang masih terpaku.
Wanita itu tak nampak. Dan, pemandangan di dalam kereta juga berbeda dari biasanya. Kereta ini tak sesak dan penumpangnya pun tidak mengenakan baju kemeja rapih. Sial, ternyata ini hari minggu. Gue terlalu bersemangat hingga tidak menyadari hari tersebut adalah hari libur.
Senin pagi hari ini jauh terasa lebih indah daripada senin pagi selama 25 tahun hidup gue sebelumnya. Tidak lain tidak bukan karena gue akan bertemu lagi dengan gadis berkerudung biru. Dengan baju paling rapih dan semangat 45, gue melangkah keluar dari pintu rumah dan bersiap menuju stasiun dibekali keberanian membuncah.
Untuk mengabadikan gagahnya gue hari ini, gue puter kamera OPPO N1 menjadi kamera depan dan bernarsis ria untuk selanjutnya gue upload di instagram #semangat #future dan tidak lupa unggah di path. Iya, gue ga mau kalah sama syahrini.
Tiba di dalam kereta, mata gue kembali langsung tertuju pada sudut kereta. Tapi kali ini perasaan gue ga enak. Tidak ada gadis itu di dalam kereta. Gue mencari setiap sudut gerbong kereta, benar adanya ia tidak ada disana. Gue pastiin kalo itu adalah hari senen.
Tak lelah, gue berharap dia akan turun di stasiun palmerah. Tapi Tuhan berkata lain. Ia ternyata benar-benar tidak terlihat keluar dari gerbong kereta.
“Mungkin di gerbong lain” Gue meyakinkan diri sendiri. Gue paksain untuk turun di stasiun tersebut. Menunggu dan berharap siapa tau dia melewati stasiun ini dan bertemu di pintu keluar. Cinta tidak bisa menunggu, pikir gue.
Gue pun merogoh saku untuk memberikan info ke bos kalo kucing gue mati dan harus dimakamkan pagi ini juga. Alesan bolos kantor yang gue rasa sangat absurd. Ketika meraba saku celana, gue baru sadar ternyata ponsel gue tidak ada di tempatnya. “God, I lost my phone”
OPPO N1 yang baru gue beli, lenyap. Gue mencari sekitar dan yang ada hanyalah deru dan jejak kaki para penumpang kereta. Dengan langkah gontai dan semangat yang memudar, gue berjalan menyusuri rel. Berharap Doraemon hadir di depan gue sambil membawa tongkat ajaibnya dan menyapa gue dengan lembut
“Ada yang bisa ibu peri bantu wahai pemuda nelangsa?” Like hell, ini kisah Doraemon apa ibu peri!.
Gue melangkah menuju bagian informasi dan melaporkan kehilangan handphone yang baru saja gue alami.
“Oh anda kehilangan handphone” sahut petugas di bagian informasi.
“Iya pak” Jawab gue dengan wajah lesu bak anemia stadium lima.
“Anda memang masih beruntung. Anak itu (sambil menunjuk seorang anak dengan seragam putih-biru) baru saja melaporkan penemuan hape dengan ciri-ciri seperti yang anda sebutkan” Petugas tersebut coba menjelaskan dengan seksama.
Gue ambil handphone tersebut yang diserahkan langsung oleh Pak Petugas Stasiun. Kemudian kami bersalaman untuk kemudian gue berijab qabul dengan lantangnya. Terus aja lo bikin cerita ngaco!.
Setelah mengucapkan terimakasih pada petugas informasi, gue langsung menghampiri bocah tersebut yang kelihatannya sedang menunggu sesuatu.
“Kamu, kok bisa menemukan handphone ini” Tanya gue.
“Iya kak, sepertinya aku berjodoh dengan dia. Hanya maut yang bisa memisahkan kami berdua”. Woi bocah, kenapa lo jadi alay gini.
“Kakak menjatuhkannya sesaat turun dan tergesa lari dari kereta. Karena saya tidak bisa mengejar kakak, makanya saya menitipkan pada petugas yang berwenang di stasiun” Sang anak berseloroh.
“Oh iya kak, tadi waktu saya mengambil ponsel kakak yang terjatuh, Saya melihat lock screen-nya gambar wanita cantik dengan kerudung biru. Itu istri kakak?” Tanya sang anak tanpa ragu.
“Ummm bukan, tapi kakak hampir kehilangan ponsel karena mengejar perempuan itu. Ahh kamu belum mengerti cinta, dik.” Gue mencoba memberikan penekanan sambil garuk-garuk kepala.
“Oh” gumam si anak.
“Berarti kakak harus siap bersaing dengan banyak pria lainnya. Karena kakak saya memang banyak penggemar”.
“Apa lo bilang, dik?”
Gue tercekat, antara senang, dan bingung. Ternyata jika jodoh memang tak lari kemana.
“Dik tunggu, anter gue ke kakak lo!!”
Saat Idul Fitri
Agustus 13, 2013 § 2 Komentar
Ramadhan sudah usai, lebaran pun sudah berlalu sekejap mata. Banyak harapan yang masih kita gantungkan agar bisa bertemu kembali pada ramadhan tahun depan. Euforia idul fitri masih gue rasakan hingga H+5.
Saat sedang bersilaturahim ke rumah salah seorang keluarga, gue iseng-iseng melirik timeline guna mengusir kebosanan saat dikerumuni oleh anak-anak kecil tukang todong dan rampok yang merengek meminta jatah THR mereka. Gue melihat sebuah retweet dari tweetnya pak Anis Baswedan yang berkicau “Obat rindu ramadhan itu adalah meneruskan tradisi selama ramadhan, bukan ngetwit “aku rindu ramadhan!” 🙂 (langsung copas dari timelinenya). Wah bener juga tuh. Kebanyakan orang terjebak dalam retorika. Mengaku rindu ramadhan, tapi hanya sebatas kata. Tidak ada laku kesadaran untuk menghidupkan 11 bulan berikutnya seperti saat ia berada di pesantren ramadhan.
Di antara lebaran-lebaran yang udah 24 kali gue lewati, ada pola yang sama yang selalu terjadi di setiap silaturahim ke rumah keluarga besar. Gue dateng, salam-salaman, duduk manis, cerita-cerita, ketawa haha-hihi, pulang, ngegosipin keluarga laen, dosa lagi, nunggu tahun depan, maapan lagi, ngegosip lagi, maapan lagi. Hihihi. Feel the same?
Selaen pola gosip-maapan-gosip tersebut, ada aktifitas lain saat kita berjumpa dengan saudara jauh yang mungkin baru bisa kita temui setiap satu kali selama satu tahun kalender hijriah
1. Kapan nikah, kapan ini, kapan anu?
Saat scrolling timeline, gue meliat temen-temen yang berkicau dengan panik, gagap, bingung terhadap berbagai kemungkinan pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan oleh keluarga besar mereka pada saat silaturahim seputar “KAPAN MENIKAH”
Salah seorang berkicau “alhamdulillah akhirnya adzan, brb ke masjid biar terbebas dari pertanyaan seputar kapan kawin”. Lainnya juga bernada sama “pertanyaan kapan menikah akan segera hadir, mari bersiap”
Silaturahim pada saat idul fitri selalu menghasilkan pertanyaan-pertanyaan repetisi. Pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya antara kepo, nyepet, dan iba. Bagi sebagian orang, pertanyaan seperti itu hanya akan membuat galau.
Saat masih mahasiswa, orang-orang terlau sering bertanya seputar “kapan lulus kuliah?”. Pertanyaan ini akan sangat menohok bagi mereka para mahasiswa tuna toga :D. pertanyaan kapan lulus kuliah itu bak pertanyaan dosen penguji killer yang seremnya ngalahin machete saat sidang sarjana dan disaksiin sama calon mertua, its a cold sweat (damn, is that how you address “keringat dingin”?).
Untuk usia-usia produktif kyk gue, pertanyaan tentang “kapan menikah” adalah pertanyaan baku yang akan ditanyakan oleh semua anggota keluarga. Bagi mereka, apa lagi yang kami cari ketika gelar sarjana sudah diraih, pun halnya pekerjaan sudah diperoleh. Kenapa harus menunda pernikahan.
Banyak alesan yang bisa dijadikan sebagai tameng. Miaslnya, “sori gue masih mau mengejar karir dulu, nunggu bos gue mati. Gue ngincer posisi dia”. Atau “aduh jodoh akan
datang di saat yang tepat dengan orang yang tepat” jawaban ini adalah jawaban paling diplomatis antara pasrah dan optimis. LOL.
Ntar, saat lo udah lulus kuliah, udah menikah, pertanyaan berubah diksi menjadi ” kapan punya anak?” Woi, nanya-nanya mulu. Kagak bosen apa?
Kalo udah punya anak satu, masih ada pertanyaan lainnya. Hidup kita bak kisah syahrini dengan bubu atau seperti cerita anang-ashanty. Pertanyaan berikutnya adalah tidak ditujukan ke kita, tapi ke anak kita.
“kapan kamu punya adek?” sambil lirik-lirik ke ibu bapaknya
Arggh, kepo lo. Kalo ada adeknya, ntar ditanya lagi, “adeknya cuma satu aja?”
Pertanyaannya ya gitu-gitu aja, dirunut dari tahun ke tahun. Ga kreatif. Coba ganti pertanyaan “waktu di dalem perut, adek mesen apa pas umi ngidam?”.
Yah tapi itu sunatullah, saat keberadaan kita nun jauh di sana, keluarga hanya bisa mengapdet lewat temu keluarga saat silaturahim. Kecuali semua sodara lo punya fesbuk atau twitter. Cukup diumumin lewat jejaring social. Tapi kalo ga mau ribet, lo bisa minjem TOA masjid, umumin keadaan lo saat ini, istri siapa, anak berapa, kerja dimana.
2. Pamer harta
Pulang kampung menjadi ajang unjuk gigi bagi sebagian orang. Beramai-ramai memanfaatkan momen ini untuk bertingkah polah bak Qarun. Umbar-umbar harta hanya untuk mendapatkan pengakuan bahwa mereka sudah sukses ketika menjalani hidup di tanah rantau.
Suatu ketika, gue baca sebuah artikel tentang fenomena PSK dari indramayu. Konon, orang tua mereka ada yang mendukung profesi tersebut guna mengangkat derajat kehidupan keluarga yang sebagian besar adalah petani. Saat pulang kampung, PSK yang sebagaian besar berusia belia ini akan “show off” membawa segala kemewahan yang melekat. Tidak peduli bagaimana cara mereka mendapatkan harta. Parahnya, aktifitas ini menjadi model bagi para pemudi lainnya yang kemudian tergiur untuk menikmati jalan pintas yang ada. *geleng-geleng*
Kan banyak juga tuh yang ga jadi pulang kampung gegara ngerasa ga bisa show-off harta saat pulang kampung. Lo pikir mudik saat idul fitri mirip dengan kontes pencarian bakat? Kalo bawa harta banyak, bisa minta dukungan lewat sms, terus ntar ada pemenangnya dengan hadiah jadi model iklan provider, gitu?
3. Bagi-bagi THR
Idul Fitri juga menjadi momen bagi-bagi THR. THR itu adalah ksatria asgard, termasuk anggota avenger. *itu thor woi*. Eh iya.
THR adalah singkatan dari Tunjangan Hari Raya. Istilah ini seharusnya menjadi definisi mutlak untuk uang yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pegawainya sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan terhadap hari raya idul fitri. Makna hakiki THR kini berubah menjadi uang yang diberikan secara cuma-cuma dari mereka yang sudah bekerja kepada para “makhluk halus” yang masih ada ikatan darah ataupun tetangga terdekat rumah saat hari raya idul fitri. Atau istilah china-nya “bagi-bagi angpao”.
Bagi para perantau, bersiaplah THR yang lo peroleh pada saat idul fitri hanya akan berpindah tangan nominalnya ke dalam pecahan yang lebih rendah dan dibagikan kepada bocah-bocah ingusan yang “menodong” saat sowan ke rumah. Mereka menggunakan beberapa trik : datang bergerombol atau persuade you with their innocence. Kalo bocah yang dateng selucu Nabila JKT48 sih, gue ikhlas ngasih seluruh THR yang gue punya :D.
Bagi-bagi uang ini sudah menjadi semacem “invisible rules”. Ketika udah kerja, maka menjadi “kewajiban” untuk bagi-bagi kebahagiaan dengan para keponakan dan sepupu walaupun terkadang mereka sudah bahagia dari sananya. What’s a logic. Giliran bahagia dibagi-bagi, gilirain sedih disuruh tanggung sendiri. Yang bikin miris adalah tidak jarang para orang tua ikut ambil bagian dalam prosesi minta upeti THR. arghhh!!
Sekali bagi-bagi uang, maka untuk beberapa tahun ke depan, lo harus selalu mengalokasikan uang dari rekening untuk mensubsidi kebutuhan bocah-bocah sialan tersebut hingga mereka bisa mencari uang sendiri dan berhenti merengek. it will freak you out, much more creepy than “conjuring” as well. You will be enslaved, by those little maggot.
Nih, bagi-bagi THR ini berkorelasi kuat dengan penyakit “show-off” atau petantang-petenteng buat umbar kekayaan. Biar terlihat makin kaya dan sukses, THR yang dibagikan harus dalam nominal yang lebih gede dari siapapun. Kalo tetangga lo bisa ngasih cepek, maka mereka akan memberikan cepek gocap. Ckckck, sungguh pekerjaan mubazir dan tidak penting. Uang habis, dosa dapet. Ke laut aja dah.
Yah pada akhirnya, lebaran adalah “upacara” seremonial terhadap kemenangan kita mengatasi hawa nafsu. Kalo masih aja ada akitifitas-aktifitas berlebihan, mubazir dan niat kesombongan, di mana hasil perjuangan puasa ramadhan kita?
-End of my absurd analysis-
Masa Orientasi Siswa
Juli 24, 2013 § 2 Komentar
Bulan Juli selalu berarti untuk siswa-siswa se Indonesia mulai dari seragam putih-merah hingga putih-abu. Juli merupakan bulan transisi untuk sekolah negeri dan sekolah umum secara general. Transisi atau perpindahan strata pendidikan, melompat ke level yang lebih tinggi baik secara moral maupun level kesulitan soal matematika.
“Matematika itu sungguh menyenangkan”, kata siswa sekolah dasar. Memasukkan satu buah apel ke dalam keranjang, lalu ditambahkan lagi dua buah jeruk dan tiga buah anggur. Berapa jumlah buah yang ada di keranjang? iya, dulu matematika sesimpel itu. Kita bermain dengan angka-angka yang dekat dengan kehidupan.
Berganti warna seragam menjadi putih-biru, berubah pula level kesulitan pelajaran. Tiada lagi kalimat “aku cinta matematika”, yang ada adalah “oh matematika, hmmm (menghela napas). Engkau dulu sangat indah, saat hanya terdiri atas angka-angka. Tapi kini kau telah terjamah oleh huruf-huruf nista.”.
Saat berseragam putih-abu, siswa-siswi semakin menyadari seperti apa wajah matematika yang sebenernya. Mereka berujar “I hate math, it screws me up. Bagaimana bisa cacing-cacing integral merusak hari-hari gue. Mengapa akarnya tidak bisa dicabut. Mengapa ada akar di dalam akar. Dunia memang tidak adil”. OK gue drama.
Iya, seperti itulah perjalanan seorang siswa. Selain kepastian akan meningkatnya kesulitan mata pelajaran, kenaikan level pendidikan akan mempertemukan seorang siswa dengan sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Seperti general rule pada umumnya, sebelum memasuki gerbang atau pintu rumah orang lain, lo kudu mengucapkan salam serta ikut atau patuh terhadap aturan sang tuan rumah. Pun halnya dengan saat lo masuk ke sekolah baru sebagai siswa baru dengan seragam baru dan potongan kisah yang lama. Kalian harus melalui masa interaksi awal.
Siswa di sekolah mengenalnya dengan masa orientasi siswa (MOS) sementara kampus lebih familiar dengan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK).
Membuka arsip sejarah, Masa orientasi siswa sudah ada sejak zaman kolonial belanda, tepatnya di STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia Belanda (1898-1927). Pada masa itu, mereka yang baru masuk harus menjadi “anak buah” si kakak kelas dan harus melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti membersihkan ruangan senior. Dan hal itu berlanjut pada masa Geneeskundinge Hooge School (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran (1927-1942).
Jadi, masa orientasi siswa sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Bahkan lebih tua daripada Boedi Utomo ataupun Sarikat Dagang Islam.
Tujuan dasar dari masa orientasi ini sebenernya adalah mulia. Layaknya orang baru yang masih asing dengan dunia yang sangat berbeda dengan sebelumnya sehingga diperlukan guidance agar lebih mengenal rumah yang akan ditempati, mengenal orang-orang di dalamnya, dan terbiasa dengan aktivitas yang ada. Dengan demikian siswa-siswa baru, atau istilah di sekolah gue dulu adalah “kuncup-kuncup yang tumbuh”, dapat dengan nyaman mengikuti pendidikan dengan bekal yang sudah diperoleh selama masa orientasi. Cacatnya, beberapa oknum memanfaatkan masa orientasi ini sebagai ajang perploncoan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelonco berarti pengenalan dan penghayatan situasi lingkungan baru dengan mengendapkan (mengikis) tata pikiran yang dimiliki sebelumnya.
Wah merujuk definisi KBBI ini, pelonco memiliki makna positif. Namun, perpeloncoan mengalami distorsi makna. Perploncoan menjadi tameng untuk melakukan aksi-aksi “senior” tolol yang petantang-petenteng melakukan berbagai “abuse” kepada juniornya, verbal maupun physical. “Damn senior acts as a lion, roaring in the zoo”.
Sudah begitu banyak kasus perploncoan yang menelan korban. Mulai dari aksi kekerasan di kampus yang membuat mahasiswanya tumbang (baca : tewas) hingga aksi perploncoan di Sekolah Menengah Atas yang tidak mencerminkan insan bependidikan cerdas nan beradab.
Terlepas dari itu semua, ada baiknya kita mengenang kembali seperti apa wajah masa orientasi Sekolah kita dulu, mulai dari strata sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Ospek mahasiswa sengaja tidak gue bahas karena kualitas dan kultur orientasi siswanya yang sangat berbeda
Masa Sekolah Dasar
Pada umumnya sekolah dasar belum mengenal masa orientasi siswa secara formal. Tidak ada istilah plonco. Gile aja kalo ada anak SD yang disuruh datang pagi-pagi ke sekolahan sambil bawa tas kresek. Atau ada senior yang melakukan agitasi ke siswa baru sambil nyolot nyolot
“heh lo anak baru, tugas gue tntang review puisinya chairil anwar, udah lo kerjain belom?”.
Wow andai ada sekolah dasar yang seperti ini, pasti siswanya layu sebelum berkembang. Tapi lebih baik daripada anak kecil yang doyan lagu coboy junior. Makan aja masih disuapin, udah nyanyi lagu cinta-cinta.
Pada dasarnya, orientasi siswa secara non formal sudah dimulai sejak dini. Siswa baru diajak berkenalan dengan siswa baru lainnya, mengenal guru dengan iringan musik-musik lucu sambil tertawa renyah. Keep my words, temen SD yang lo ajak kenalan saat hari pertama masuk bisa jadi adalah seseorang yang akan menemani lo bertahun-tahun ke depan. Jadi manfaatin masa-masa kalian berteman di sekolah dasar. Ya, walau kalian belum begitu memahami apa itu teman, sahabat.
Persahabatan di sekolah dasar itu tulus. Tak memandang variabel-variabel apapun.
Masa Sekolah Menengah Pertama
Di masa ini, orientasi yang sebenernya mulai terasa. Ia dianggap sebagai peralihan anak-anak ke dewasa atau dikenal dengan masa remaja. Sekolah menengah pertama adalah gambaran kisah yang menyejarah. Lo akan punya gank, cinta pertama, mendalami apa makna persahabatan. Semuanya sangat mungkin terpupuk saat masa orientasi.
Dulu, waktu gue masuk sekolah menengah pertama, ada salah seorang senior OSIS yang sungguh senior. Wajahnya menjelaskan itu. Dengan congkaknya ia menantang kami para siswa baru,
“ayo siapa yang ingin bertanya, pasti akan saya jawab”.
Wah mendengar pernyataan tersebut muncullah pertanyaan-pertanyaan dari siswa baru yang penasaran ingin menguji sang senior
“kak, mengapa Eduard rivere tidak pernah menyatakan bahwa dirinya adalah William shaksepare??” Senior mulai panik.
Pertanyaan lain muncul
“Kakak yang cakep, di antara semua unsur yang ada dalam tabel periodik, mengapa elektron pada unsur golongan logam transisi dapat memenuhi orbital d?”
Sang kakak ganteng mulai memutih mukanya, panik, tercekat, kaku, kelu, malu.
Zaman dulu, zaman gue sekolah dulu (gue kayaknya tua banget), masa orientasi masih menggunakan interaksi fisik. Orangnya ada, bukan lewat dunia maya. Entah kalo di zaman android seperti sekarang. Mungkin orientasinya lewat skype, bikin conference satu kelas. Kenalan secara virtual. Biar akrab, saling follow twitter, tugas tinggal repath. Ada anak baru yang cakep, upload poto di instagram pake hestek #anakcakepdisekolah #diayangmembuatkumabukasmara #kamoohyangselalumenyemangatiakoohh
Masa Sekolah Menengah Atas
Orientasi di SMA gue dimulai sejak pukul 5.30 pagi. Kakak kakak OSIS pasang tampang (sok) galak. Disangar-sangarin. Entah karena abis digebukin bapaknya dirumah, atau gegara ditolak 10 dari 9 cewe yang mereka tembak. Senior-senior ini kompak pasang muka datar. Bener-bener datar, ga ada idung mata mulut, rata. *menurut lo*.
Dengan postur yang tidak atletis, mental mereka gue rasa cukup besar untuk membentak dan menggertak anak-anak baru yang badannya lebih besar dari mereka.
Di kelas baru, gue (sialnya) duduk satu bangku dengan seorang anak lulusan pesantren. Anak lulusan pesantren ini jauh dari santri yang notabene gue liat di tipi. Ia terlihat gemulai dan tidak menampakkan ciri-ciri anak pesantren selain peci yang melekat di kepalanya. Setelah ngobrol-ngobrol, gue baru nyadar bahwa dia adalah seorang model. Alamak, gue shock, kaget, tercengang, kalut. Hampir saja gue makan beling, minum minyak tanah.
Otak gue mencari-cari tahu model macam apa yang masuk pesantren? Apakah dia model iklan sosis? Semuanya jelas, terang benderang saat salah seorang temen gue mengajaknya bercanda. Dia mengeluarkan kata-kata “bingsal (baca : rempong)” dengan nada yang membuat gue bergidik. Gue baru nyadar, intonasi seperti itu persis dengan para pengamen transgender di deket kampus gue :(. Untungnya gue pindah kelas beberapa bulan kemudian.
One day kami disuruh membawa makan misterius. Klunya adalah air putih bersoda dan kentang bergelombang. Ya anak monyet juga tau, air putih bersoda adalah deskripsi untuk “sprite” sementara kentang bergelombang adalah “chitato”. Saat itu gue berharap ada anak cerdas yang memasukkan sodium karbonat ke dalam air mineral, atau seseorang membawa kentang yang digaruk dengan garpu hingga membentuk pola.
Kakak-kakak senior OSIS sering bermain peran. Setelah menjajajaki dunia kampus, gue baru menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh senior di SMA dulu adalah buah dari pendidikan orientasi di kampus. Berbagi peran antar senior, ada agitator, sang bijak bestari, provokator, dan tim hura-hura. Kesemuanya adalah warisan pendidikan selama OSPEK yang sangat mungkin diwariskan kepada siswa SMA.
Yang paling dibenci biasanya peran agitator. Dia harus banyak banyak minum obat penenang, bawaannya marah mulu. Lebih banyak marah daripada ngomongnya, belom ngomong dia udah marah, lagi jelasin dia marah-marah, lagi senyum pun dia marah. Marah sepertinya jadi nama tengah mereka. Kalo marah-marahnya bisa dijadiin duit, gue rasa Chairil Tanjung udah kalah tajir :).
Hakikatnya masa orientasi SMA itu adalah masa masa yang indah. Bisa bertegur sapa dengan ia yang tak pernah terlihat mata. Berkenalan dengan dunia baru, ragam latar belakang, variasi cerita. Justru cerita selama masa itu akan menjadi penggalan kisah yang paling memorable di antara tumpukan soal soal persiapan ujian masuk perguruan tinggi.
Tapi, masa orientasi siswa di Indonesia pada beberapa poin memang absurd level dewa. Apa fungsinya bikin topi dari karton? Musim panas, masih keringetan. Musim dingin, masih keujanan. Itu karton woi kakak senior yang pinter, dimana-mana karton bakalan basah kalo kena air hujan.
Terus bawa tas dari kresek. Itu kan penyebab Global Warming, kata WWF dan U-Green. Penggunaan kresek plastik menjadi salah satu faktor penyebab menipisnya ozon di atmosfer. Lah kalo organisasi konstipasi ini sedang sounding tentang reduksi kantong plastik, kenapa elo malah minta junior melakukan aksi pembangkangan dengan meminta mereka membawa kantong plastik sebagai pengganti tas? IQ? Pengen mencoba jadi siswa bandel?
Belom lagi tetanggga gue yang baru mau masuk SMK bercerita bahwa dia disuruh berpoto bersama kambing. What the heck your mind thinks of? Ngapain poto sama kambing? Apa dengan poto bersama kambing bisa merefleksikan tingkat inteligensia?
Dan pada akhirnya masa orientasi siswa haruslah bertendensi pada peningkatan kepekaan siswa baru terhadap sekolahnya. Meningkatan rasa kecintaan dan kepemilikan sebagai bagian utuh dari rumah yang baru. Di tempat itulah mereka akan tumbuh dan berkembang dari kuncup menjadi bunga yang mekar. Mekar bersama bunga-bunga lainnya, merekah dan merona.
Random Post
Juni 28, 2013 § 4 Komentar
Seminggu lebih hilang dari peredaran dunia maya. Gue jadi tidak seaktif biasanya. Di saat bersamaan, banyak projek yang terhambat gegara raibnya koneksi internet di kosan.
Gue udah hapal banget dengan pepatah “sesuatu itu akan lebih terasa manfaatnya, saat ia sudah tiada”. Iya gue tau, selama ada internet wifi yang kenceng dan dapat diakses dengan mudah, gue tidak memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Gue ga bisa mengeksplorasi internet secara baik dan benar. Gue tidak bisa menjadikan internet sebagai ruang untuk meningkatkan kapasitas diri. Gue ga bisa ngejalanin hidup tanpa loe, net :(.
And now???
Di saat fasilitas wifi sudah tiada, karena sitra lagi maintenance yang konon memakan waktu sampe 4 bulan (itu maintenance apa masa iddah?), gue malah dikejar-kejar oleh berbagai kebutuhan untuk memanfaatkan internet.
Ada sih koneksi internet di hape. Tapi ya itu, gue ga bisa menggunakan dengan luwes. Paling gue gunain buat browsing, atau nyampah. Ga bisa lagi tuh streaming TED, youtub-ing, download dengan berleha-leha. Arggh,,, I need my wifi back.
Selain itu agenda marketisasi tokkipokki via twitter juga agak tersendat. Dan gue yakin bisa mempengaruhi penjualan. Karena biasanya gue suka menyapa customer lewat twitter atau memberikan quote dan hal-hal yang update. Tetapi ketiadaan internet di kosan membuat semuanya terhambat. Bahkan aku pun telat datang bulan :(.
Duh banyak banget yang pengen gue ceritain selama satu-dua minggu terakhir ini. Gue harusnya tumpah-ruahkan semua di dalam tulisan. Tapi apa daya, kesempatan ngenet gue cuma di kantor. And what did screw me up? Dalam beberapa waktu terakhir, gue disibuk dengan kerjaan-kerjaan yang bikin gue stop breathing. Kerjaan yang biasanya sangat langka ditemui di kantor. Bener kata raihan “gunakan masa lapangmu sebelum datang masa sempitmu”.
Untungnya modem gue yang sudah obsolete, sisa perjuangan zaman majapahit, masih ada. Repotnya pake modem, udah mah mahal, kudu nyolok-nyolok, rempong dah. Tapi lumayan daripada ga ada sama sekali. “Kan tidak ada dian sastro, asmirandah pun jadi”.
Gue paksain buat ngegunain modem ini. Why oh kenapa?
Karena gue lagi dikejer deadline buat sebuah projek yang nentuin masa depan dan kehidupan gue *sound effect*. Iye, gue kudu nyelesein projek IT bareng rombongan LFC. Kalo ga sekarang, kapan lagi. Sementara deadline nyawa di tempat kerja udah tinggal sedikit. Gue belom beli chakra lagi. Sudah abis ngelawan madara. Dengan sedikit terpaksa, gue gunain modem ini untuk digunain dengan sebaik-baiknya. Karena sebaik-baik modem adalah yang paling bermanfaat buat tuannya.. *maaf malem ini, saat gue nulis ini, otak gue lagi korslet*.
Gue nulisnya campur aduk ye. Yang penting ada postingan di bulan Juni ini.
Beberapa waktu yang lalu, saat gue jalan-jalan ke Gramedia. Gue ngeliat ke salah satu meja yang meletakkan buku baru. Covernya orange-biru. Gue seolah familiar dengan buku itu. Seperti pernah liat di suatu tempat. Benar saja, itu buku yang dititipkan oleh Tong Sam Cong kepadaku. Itu kitab suci dari barat :(. Kagak woi, becanda doang!!
Buku itu diberi judul “Irrational Customer”. Wow, seems interesting. Pas gue liat nama penulisnya, “Dan Ariely”. Oh, jackpot. He is one of my favourite speaker in TED. Dan Ariely ini seorang pengamat ekonomi dan juga psikolog. Videonya di TED adalah salah satu video yang paling gue suka. Doi menggambarkan bahwa setelah beberapa tahun (katakanlah dua tahun), seseorang yang sebelumnya menang lotere sebesar satu juta dolar dan seseorang pada tahun yang sama mengalami amputasi kaki, memiliki tingkat kebahagiaan yang serupa. Bung Dan ini juga memberikan gmbaran negara yang paling berbahagia di dunia. Dan menempatkan Indonesia menjadi salah satu negara tersebut.
Langsung gue beli buku itu. Karena memang pada videonya, dia menceritakan sekilas tentang isi buku tersebut. Stelah gue baca, bagian pertama buku ini saja sudah sangat menggiurkan. Dikemas dengan bahasa yang menarik dan ringan, hasil penelitian tentang bagaimana orang secara tidak rasional memberikan keputusan terrhadap suatu peristiwia, dapat tersampaikan dengan lancar. Got the point.
Bagian-bagian selanjutnya dari buku tersebut, memberikan paparan penelitian yang tidak kalah seru. Bagaimana efek “gratis” dapat membuat konsumen gelap mata, bagaimana persepsi mempengaruhi rasa dan banyak hal lainnya. Buku ini sangat menarik untuk dibaca setiap orang terlebih bagi para marketing strategic.
Hal terakhir yang ingin gue bahas adalah tentang perasaan #tsaahh. Sebenernya gue males ngebahas poin terakhir ini. Intinya gue sempet dibuat sedikit galau oleh seseorang yang gue temui di candi borobudur. Bukan stupa atau arca, plis gue jomblo tapi ga gila :D. Seseorang yang pada awalnya gue anggap sebagai jawaban dari doa yang selalu terpanjat. Tapi pada kenyataannya, semua belum berjalan dengan baik. Perlu gue garis bawahi “belum” bukan berarti “tidak”. Karena lo tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan sampe lo mengalami sendiri kejadian tersebut.
Tapi gue ga akan berlarut, karena waktu adalah obat terbaik dalam hidup.
Sorry kalo gue curcol, berceracau ria. Nulis ini kagak pake kerangka. Ngalir aja dari otak gue. Itung-itung uji kemampuan modem jadul gue ini dengan paket “hot offering” nya telkomsel. 60 ribu dapet 3 GB.
Semoga gue bisa manfaatin modem ini dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya. “Ngana pikir ini pilkada”.
Yasudah begitu saja,.
Wassalam
Twitter Badass
Juni 6, 2013 § 1 Komentar
Pernah nonton X-Factor Indonesia? Itu loh kontes menyanyi yang udah ada pemenangnya Fatin Foya, anak SMA berkerudung dengan suara blues. Nah, sering dalam beberapa kesempatan, lagu yang dinyanyikan oleh para kontestan X-Factor menjadi World Wide Trending Topic. Iya ya, kok bisa sih? Kalo lo bertanya-tanya, sama halnya dengan gue.
Pasti pada mikir, pasti dong, Pasti aja deh, plis ya mikir plis banget. Beberapa berargumen bahwa jumlah penduduk di Indonesia terbanyak keempat di dunia, wajar aja banyak yang ngetwit dan memenuhi timeline dengan hashtag yang bertendensi mendukung peserta X-Factor. Emang iya? mana datanya? Kalo mau dikorelasikan dengan jumlah penduduk, kenapa Cina yang jumlah penduduknya 1 M lebh ga pernah diumumin masuk world wide trending topic saat acara X-Factor Indonesia berlangsung. *ya iyala, menurut ngana?*
Nah, let me reveal the reason why. Mengapa topik-topik yang hangat di negeri kita dapat dengan mudahnya menjai world wide trending topic. Jadi, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Semiocast, Lembaga riset media sosial yang berpusat di Prancis, pada Juli 2012 Indonesia menjadi negara dengan jumlah pengguna twitter terbanyak kelima di dunia di bawah USA, Brazil, Jepang dan Inggris.
Data ini diperoleh berdasarkan lokasi pengguna twitter yang tersinkronisasi dengan GPS. Hebat? Belum seberapa
Semiocast juga memberikan data yang menunjukkan bahwa Jakarta menjadi kota dengan aktifitas twitter paling banyak di dunia mengalahkan Tokyo, London dan kota besar lainnya. Dan tahukah anda Bandung, kota kecil itu, berada pada posisi 6. Silahkan jika mau terkejut.
Sekarang udah paham kan kenapa sering banget penyanyi X-Factor jadi populer se jagad time line? Jadi kalo punya produk atau mau ngejodohin temen, lewat timeline aja. Minta temen-temen atau kenalan ngetwit dengan hashtag yang sama. Dijamin bakalan jadi WW TT.
Nah itu tadi cuma pembukaan aja. Gue cuma pengen ngasih gambaran betapa masifnya pengguna twitter di Indonesia. Secara tidak langsung, aktifitas twitter kita termonitori oleh pengguna twitter lain.
Twitter bisa menjadi sangat bermanfaat bisa juga menjadi badass. Tergantung siapa yang menggunakan. Ibarat pisau, ia bisa digunakan ibu rumah tangga buat motong sayur, daging atau digunakan oleh penjahat buat ngerampok. Jadi dia bermanfaat di tangan yang benar dan sebaliknya. Jangan sampe juga salah pemanfaatan, ibu rumah tangga gunain pisau untuk ngerampok dan penjahat gunain pisau untuk bikin sayur asem.
Di antara perilaku badass yang ada di twitter itu adalah sbb
Twitter Addict
Pada dasarnya, apapun yang berlebihan itu ga baik. Sama kyk kamu kalo suka sama orang secara berlebihan jadinya malah pengen bunuh diri kalo gagal cinta. Suka sama sesuatu itu harus rasional. Ibarat lagu Efek Rumah Kaca “Jatuh Cinta itu biasa saja”. Wait, ini lagi bahas twitter, kenapa jadi ngomongin cinta? ehmm.. maap kebawa suasana.
Twitter addict adalah mereka yang mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk twitter. Apa-apa selalu twitter. Hidupnya bakalan gelap, kelabu, mendung jika kehilangan koneksi internet barang sejam saja. Ciri-ciri twitter addidict
Doyan curhat di twitter
Pernah ga sih lo ngeliat orang yang ngeluh di twitter? gue yakin pasti sering. “Aduh laper, pengen makan nich”. Gue bingung, daripada dia ngetwit which means buang-buang kalori yang akan membuat dia semakin laper, kenapa ga langsung makan aja. Anehnya lagi, sehabis makan dia pasti ngetwit lagi
“Baksonya ga enak, pasti yang digunain daging sapi aborsi”. Nah loh, laper ngeluh, udah dapet makanan ngeluh. Ngeluhnya diceritain pula ke orang-orang . Ga tau apa di tempat laen banyak yang ga bisa makan.
Pokoknya twitter adalah tempat terbaik buat dicurhatin. Kalo aja Jack Dorsey bisa bikin twitter ngomong, mungkin twitter udah ngeluh dan ngeblock lu yang doyan curhat. Ngapain juga semua orang tahu masalah lo? Orang-orang ga peduli. Semua orang punya masalahnya sendiri. Ngurusin masalah sendiri aja repot, apalagi ngurusin masalah alay yang nyilet-nyilet tangan gara-gara putus cinta. Dan ekspresi orang-orang saat liat curcol di twitter adalah
Ekspresif akut
Ciri twitter addict laennya adalah mereka lebih suka pamer segala sesuatunya. Twitter membuat orang yang menggunakannya menjadi lebih ekspresif.
Semua aktifitasnya perlu dan penting banget dikasih tau ke orang-orang. Twitter itu ibarat diari namun semua orang wajib tau isinya. Iya sih hak lo buat ngetwit apa aja di twitter. Dan hak 0rang-orang juga buat ga suka sama lo dan unfollow atau ngeblock. Adil kan? That’s Life.
Bangun tidur, liat jam, bukannya langsung wudhu buat sholat subuh, malah ngeliatin timeline. Ngarep dimention sama gebetan, padahal yang ada online shop yang mention secara random. Even lagi di kamar mandi pun twitter jadi bagian ritualnya. Sekarang aktifitas di dalam kamar mandi ga cuma mandi, buang air tapi juga ngetwit. Alhasil, kamar mandi lo digedor sama orang serumah yang kebelet.
Suatu ketika saat lo lagi makan di sebuah keramaian, tengoklah kanan-kiri. Pasti ada aja yang moto makanannya. Poto ini kemudian akan dipost ke berbagai social media seperti instagram. Twitter juga pastinya ga akan ketinggalan. Woi, makanan itu buat dimakan bukan dipoto. Apa selesai posting poto lo bisa kenyang? kalo emang bisa, gue mau nyobain. Dan di saat lo mengamati aktifitas-aktifitas poto makanan, popped-up notification menunjukkan “Indah sedang berada di menara BNI lantai 397,5”. Notification 4square yang tersinkronisasi dengan twitter.
Tuh kan, twitter membuat orang bener-bener menjadi lebih ekspresif. Apa aja harus dilaporin. Udah ngalahin hansip aja 1X24 Jam Tamu Harap Lapor. Bukan cuma itu, hingga luka pun di update di twitter
“Ga kok, gue ga addicted sama twitter”. Ok, kalo lo tetep ga mau ngaku. Gue bakalan bongkar semua rahasia lo. Ini yang kamu mau kan, suburrrrr. Demi kiaannn… *sori gue kebawa arya wiguna*. Disini nih kalo mau ngecek lo twitter addict apa bukan –> Twitter addict
Nah jika lo sudah resah dan gelisah dengan menjadi seorang twitter addict, dan ingin tobatan nasuha kemudian naik haji. Coba baca solusi dari wikihow tentang bagaimana mengatasi addicted pada twitter
Debat Kusir
Twitter itu adalah sebuah mikroblog. Ia tidak didesain untuk percakapan panjang seperti di facebook. Itulah mengapa jumlah karakternya hanya 140.
Dengan keterbatasan karakter tersebut, twitter tetap menjadi ruang gagasan yang sempurna. Sudah begitu banyak ide-ide bertebaran di twitter jika dan hanya jika kita mau menggalinya. Cukup ketik keyword yang kita mau di twitter search atau gunain hashtag untuk klasifikasi lebih terarah, maka lo bisa menemukan dunia ide di sini.
Apalagi sekrang udah ada “chirpstory” yang bisa merangkum kultwit menjadi lebih rapih dan accessible.
Nah di antara diskusi yang sehat yang menonjolkan argumentasi cerdas, masih banyak orang yang melakukan debat kusir di twitter. Ok, memang berlandaskan penjelasan rasional-argumentatif, tapi ga jarang diakhiri dengan ad hominem. Sebuah logical fallacy yang fatal.
Twitter itu mutlak permainan kata-kata dan ide. Tidak etis jika menyerang ide dengan sebuah hinaan. Karena yang demikian hanya menunjukkan kita tidak mampu menghadirkan ide komparatif sebagai tandingan. Justru kita membuka aib sendiri dengan menghadirkan kebodohan dalam diskusi.
Debat semakin panas ketika mulai menyentuh nilai-nilai agama. Bangsa Indonesia meskipun memiliki toleransi agama yang sangat baik, namun cukup sensitif jika nilai-nilai keagamaannya diusik. Entah sudah berapa banyak akun twitter yang sengaja dibuat hanya untuk menjelekkan agama tertentu.
Sebenernya mengkomparasi agama katakanlah, sah-sah saja dalam dunia twitter. Namun menjadi masalah ketika fokus dalam diskusi tidak lagi menjurus pada nilai-nilai ilmiah dan keluhuran.
Berbeda pendapat juga seharusnya menjadi hal biasa. Perbedaan pendapat harus menjadi khazanah ilmu yang memperkaya akal. Namun di twitter justru tidak jarang sumpah serapah yang terjadi. Ketika argumen sudah terbantahkan, semua cara dicari guna mendukung pendapatnya. Seolah diskusi tersebut berorientasi pada menang-kalah.
Debat ini sudah tidak lagi menjadi konsumsi elitis. Bukan lagi tergolong milik ranah intelek namun sudah menjalar ke debat ga penting. Seperti siapa yang lebih baik, JKT48 atau Cherrybelle. You dont say. Ga penting dua duanya.
Tapi Alhamdulillahnya di negeri kita belom ada kepala negara yang debat dengan menteri-menterinya lewat Twitter Seperti debat di twitter antara kepala negara dan kepala pemerintahan Libanon
Bullying
Definisi bully dari thesaurus
n. pl. bul·lies
Nah, jadi bully adalah semua jenis aktifitas yang mengintimidasi, mengerdilkan mental baik dengan verbal ataupun non verbal.
Banyak banget aktifitas bully. Mulai dari dunia nyata hingga dunia maya. Verbal abuse semacam bullying adalah aksi yang sangat tidak terpuji. Tekanan mental yang diterima oleh mereka yang mengalami aksi bullying dapat berakibat fatal.
Hanya ada dua catatan yang perlu digarisbawahi dari korban bullying. Melawan dan terhindar dari propagasi bullying lainnya atau diam dan berimbas pada beban moral yang melahirkan dua pilihan. Melepaskan kekesalan dengan menyerang balik orang atau institusi dan atau memendam perasaan terhina dan berakhir dengan bunuh diri.
Masih inget kasus penembakan di salah satu SMA di USA? Penembakan brutal yang dilakukan oleh remaja 17 tahun tersebut dilatarbelakangi oleh dendam karena dia sering dibully oleh teman sekolahnya.
Ok, mungkin aksi bullying pada kasus ini tidak serta merta melibatkan twitter. Tapi tetap saja, semua tindakan yang mencederai harga diri seseorang yang pada dasarnya banyak terjadi di twitter tidak dapat dibenarkan.
Baru-baru ini, media dikejutkan dengan berita seorang promotor musik ditemukan tewas bunuh diri di rel kereta api. Dan kembali, peristiwa ini dilatarbelakangi oleh aksi bullying yang dialami oleh almarhum karena acara konser musik yang dikomandoinya tidak sukses. Sebelum meninggal beliau sempat posting kekecewaannya di twitter
Bahkan Presiden SBY yang membuat akun twitter beberapa bulan lalu, tidak luput dari agenda bully. Terutama pada saat beliau mention girlband 7-icon. Tanpa dikomando, penghuni alam twitter merespon
Mereka yang menyebut dirinya menyampaikan aspirasi namun tanpa etika adalah para pecundang yang hanya bisa menjatuhkan, bukan mengkritisi dengan itikad membangun.
Virus
Timeline juga bisa menjadi virus. Virusnya menyerang mata. Ini bukan sejenis myopi atau hypermiopi. Virus timeline yang menyerang mata ini dapat seketika membuat lo muak, eneg dan puyeng. Virus itu adlaah virus “alay” di timeline yang ditandai dengan segala macam twit hibridisasi huruf kecil-besar, angka dan disingkat-singkat. Dear God, Sent me away far far from this planet. I dont wanna live here anymore.
Virus orang alay yang cepat menyebar mengalahkan H5N-1. Alay kini sudah menjadi mainstream. Sepertinya orang-orang yang dulu sangat resisten terhadap “kaum” ini sekarang berbalik menggunakan kosakata mereka walau hanya sebatas guyonan.
Kata-kata semacam “miapah” “Kmohhh m4u T4u 47a 4Pa Muuuu T4u bNgeDH” udah ngehits. Dipake oleh siapa aja dan dipopulerkan oleh artis di TV. Sehingga alay pun menjadi terkenal. Bahkan twit raditya dika tentang “alay” menjadi trending topic world wide.
Iseng, gue search di gugel dengan keyword “alay di twitter”. And dude, you know what is google popping up? here is the first page
Ada blog yang menyediakan jasa gratis untuk membuat status-status alay. Mari istighfar bareng-bareng. Dan setelah gue coba buka webnya, blog tersebut bersedia mentranslasi bahasa manusia normal menjadi bahasa alay dengan semua pernak-perniknya. Pantesan aja alay semakin menjamur dan kata-kata “eaaa” “ciyus” “woles” sudah menjadi konsumsi umum.
Tapi tenang, menjadi alay pun banyak manfaatnya seperti pembuat password dengan keamanan level dewa. Bisa buka bisnis laundry dengan gaya kucek jemur dan banyak lainnya. Sampe- sampe Owl City yang lagu-lagunya nyetel sama kuping-kuping kita pun “suka” dengan fenomena alay bahkan adam sang vokalis ngetwit seperti ini
FYI twitter juga sudah mendukung globalisasi alay dengan menambah bahasa interfacenya dengan bahasa gaulnya orang inggris. Jadi kalo menulis kata “home” maka otomatis berubah menjadi “hum”. Mirip kan dengan bahasa alay.
Selamat, Alay kini sudah go international. Menyaingi Mbak Anggun C.Sasmi yang sudah terlebih dahulu atau Agnes Monica yang Go Int’l nya (dari dulu) baru sebatas wacana :).
sumber gambar : google
Jagoan anak 90-an
Mei 28, 2013 § 3 Komentar
Well, gue adalah salah seorang anak produk tahun 90-an. Anak 90-an ini gue definisikan sebagai mereka yang lahir di akhir tahun 80-an atau awal 90-an. Sering banget gue liat di berbagai ulasan media sosial tentang betapa kangennya anak-anak angkatan ini dengan masa kecilnya. Masa kecil yang sangat indah, lebih indah daripada kisah shiren sungkar dan Teuku Wisnu Cinta Fitri yang berepisode-episode itu.
Notabene waktu kecil gue, dan kalian juga pastinya, dihabiskan dengan bermain bersama teman sebaya, berkehidupan sosial dengan baik dan tentunya menikmati televisi dengan tontonan yang wajar dan sesuai dengan usia kami kita. If you know what I mean!.
Saat itu belum ada yang namanya blackberry, tapi kami justru diajarkan bagaimana menjalin kerjasama dalam permainan-permainan tradisional. Interaksi kami nyata, bukan dengan berbagai topeng dan kepura-puraan dalam dunia maya. Kami bermain bentengan, petak umpet, gobak sodor dll. Zaman sekarang permainan tersebut digantikan oleh temple run, angry bird dan yang sejenis yang hanya membutuhkan mata dan kelentikan jari.
Era informasi belum sedahsyat saat ini. Saat dimana orang-orang berkumpul di meja makan, dan sibuk dengan dunianya masing-masing. Kami belum dijejali oleh berbagai gadget yang membuat kami dewasa lebih cepat. Bahkan generasi 90-an adalah generasi yang lambat dewasa, hahaha. Lo pasti sering ngeliat orang-orang dewasa yang masih sering loncat-loncat sambil teriak “kamehameha” atau mereka yang dengan spontan mengucapkan “saatnya berubah” khas power ranger.
Memberikan tuduhan bahwa anak anak di masa kini terlalu cepat dewasa sbnernya agak prematur. Kondisi kejiwaan tersebut sangat dipengaruhi oleh asimilasi teknologi yg berkembang dengan sangat cepat.
Kami adalah produk 90-an. Pada saat itu ragam acara anak-anak memang dikhususkan untuk seusianya. Sebenernya ada banyak banget tontonan anak 90-an. Kalo gue bahas semua bisa bisa 9 bulan 10 menit baru kelar. Gue bahas yang dalam terminologi gue mewakili anime anime secara keseluruhan dan tentunya menarik untuk dibahas. Untuk mengenang masa-masa itu, gue akan mengulas sedikit cerita tentang program tayangan tersebut
1. Power rangers
Anak-anak belahan Indonesia mana yang tidak kenal dengan power rangers selama di rumahnya punya tipi (bisa juga numpang nonton di tetangga). Mighty Morphin Power Rangers adalah jagoan kami sewaktu kecil. Serial yang tayang di RCTI ini adalah tontonan wajib setiap minggunya.
Go go power rangers, tet tot tet tot.. bunyi ini bak alarm. Tidak boleh ada yang mengganggu jadwal hari minggu kami. Biasanya tantangan datang dari orang tua yang pengen nonton tinju. Dan saat itu bocah di seluruh negeri kompak memasang wajah memelas. Mirip koala yg lagi sembelit.
Setiap anak punya idola rangersnya masing-masing. Ada yang ingin jadi Jason, Zack, Billy, Triny ataupun Kimberly. Belum lagi duo iseng bull dan skull.
Kemeriahan Power rangers semakin bertambah saat tommy bergabung. Bergabungnya Tommy adalah langkah bijak untuk kemajuan partai. Alamak, ini power rangers bukan partai politik.
Power rangers bukan sekedar tontonan. Mereka menjadi simbol dan idola. Setiap anak yg berjiwa pemimpin atau menjadi ketua kelas, pasti memilih warna merah sebagai jagoannya. Sampe nilai raportnya pun didominasi oleh warna merah. Yang komputer-geek ngefans berat sama billy. Yang cantik-cantik doyan sama kimberly. Alay deh pokoknya.
Pun halnya dengan warna rangers lain adalah sebuah kebanggan tersendiri.
Kami juga akrab dengan tokoh lainnya seperti zordon, alpha hingga para villain seperti rita repulsa dan lord Z.
Oh iya, FYI serial Power Rangers masih ada sampe sekarang loh. Ceritanya juga udah makin ngayal aja. Ada power ranger niinja, power ranger penyihir. Banyak deh pokoknya. Tapi tetep, We miss the old damn mighty morphin power rangers.
2. Kamen rider
Kamen rider atau yang lebih dikenal dengan satria baja hitam adalah jagoan utama anak 90-an. Kotaro minami itu seperti clark kent dalam tokoh superman.
Coba deh lo tanyain ke kakak kakak angkatan 90 an, apa nama jurus kamen rider rx? Mereka dengan fasih menjawab “pedang matahari” atau “tendangan maut”. Kami pun sukses meniru bagaimana kotaro minami bertransformasi menjadi seorang kamen rider.
Kamen Rider Black adalah kamen rider pertama yang tayang di TV Indonesia. Buat kami pada masa itu, Kamen rider bak Yati Octavia di sinetron Senja Makin Merah atau Paramitha Rusady saat berakting di sinetron Janjiku. Apal gini yak. Ya iyalah, gue terpaksa manut nonton, tipi gue disita emak.
Di sekolah pun kami berdiskusi serius tentang bagaimana caranya kamen rider black mengalahkan shadow moon, sang kakak yg berubah menjadi jahat. Atau membahas perubahan mana yg lebih disukai, robo atau bio. Tanpa sadar kami biasanya berkelahi demi mempertahankan pendapatnya masing masing. Yg menjagokan robo akan berpura pura memegang pistol dan yg berpihak pada bio akan memegang batang kayu yang diimajinasikan sebagai pedang.
Dan gue berperan sebagai merry baron.
Semua anak terkena virus satria baja hitam. Semua ingin berubah. Masing masing ingin menjdi satria baja hitam yang gagah berani. Di saat anak masa kini bernyanyi tentang bidadari yg jatuh dari surga. Miris.
3. Sailor moon
“Mamoru, maafkan aku” Usagi meminta maaf pada mamoru. “Tidak apa-apa, usagi” Mamoru pun menjawab.
Ahh jauh sebelum ada drama alay seperti twilight atau film di Indosiar yang pake pengisi suara, Sailor Moon sudah mendahului mereka.
Semua cewe generasi 90-an tahu siapa itu sailor moon. Dengan kekuatan bulan, akan menghukummu. Itu adalah jargon khas sailor moon sambil melipat jari tengah dan jari manis bak artis yg sedang kampanye. Pilih no 3.
Entah apa coba, kalo saja ada guru yang menghukum siswanya yang terlambat masuk kelas sambil berucap “Kamu terlambat, maka dengan kekuatan bulan ibu akan menghukummu”. Gue rasa siswa tersebut besoknya langsung pindah sekolah.
Sailor moon adalah idola cewe-cewe. Ditambah dengan kewl (cool) nya Mamoru alisa tuxedo bertopeng membuat serial ini sangat diidolakan.
Sailor moon adalah anime action-drama yang melibatkan lima orang gadis SMA dalam misi mencari kristal perak. Usagi yang berubah menjadi sailor moon mendapatkan kekuatannya dari seekor kucing bernama luna.
Selain sailor moon, masih ada beberapa serial anime dengan karakter utama perempuan yang nge-hits di era 90 an. Misalnya aja wedding peach. Wedding peach sebenernya lebih absurd daripada sailor moon. Masa mau ngelawan monster pake baju nikahan. Untung nikahannya pake gaun, coba kalo nikah di padang, kan repot bawa tanjak.
4. Samurai x
Penikmat anime, entah itu yang baru kenal ataupun yang geek, pasti tahu dengan yang satu ini. Samurai-X adalah serial dengan alur cerita yang kuat. Tidak melulu menggambarkan pertarungan pedang antara kenshin dan musuh-musuhnya, namun juga sejarah dan kisah yang dicover dengan apik.
Anime ini menurut gue sih anime yang cerdas. Dihentak dengan soundtrack sobakasu, bikin anime ini semakin garang.
Ciri khas kenshin, jagoan dalam cerita ini, adalah pedang bermata terbalik dan luka dengan goretan “X” di pipi kiri. Bekas luka saat dia masih menjadi pembantai. Nah, jangan ngaku-ngaku idola sama kenshin kalo belum bikin goretan luka yang sama. Hahaha.. Bercanda gue.
Kenshin juga menggambarkan karakter orang-orang yang mau melupakan masa lalu yang kelam. Jadi kalo lamaran ente ditolak sama keluarga mempelai, nonton kenshin aja. Ga ada hubungan sih, yah paling ga lo tau gimana cara harakiri :P.
4. Panji manusia milenium
Nah kalo ini jagoan asli indonesia. Primus yustisio berperan sebagai panji. Panji merupakan kstaria pada saat dunia memasuki awal milenium. Warna dasar panji pun ngikutin trend perak yg memang lekat dengan warna milenium.
Musuhnya panji bukan monster loh, kebanyak preman. Pernah suatu kali musuhnya adalah rombongan kapak merah. Entah ini cerita superhero atau pendekar silat.
Sebelum Panji sebnernya ada serial Saras 008. Wah, yang ini mah heboh banget. Mulai dari soundtracknya, bajunya, ceritanya. Jagoan yang satu ini bisa dipanggil. Cukup telepon 008, ntar Sarasnya nongol. Tapi inget biaya lokal sama interlokal beda.
Demikianlah rangkuman dari jagoan anak 90 an. Mungkin ga lengkap. Tapi gue cuma pengen berbagi bahwa ada suatu masa ketika kita memang menikmati tontonan. Mungkin masa kita udah lewat, tapi semoga kita bisa memutar kembali memori kita tentang serial-serial ini :).
Sumber gambar : Google
Politik Negeri
Mei 22, 2013 § Tinggalkan komentar
Miris melihat kondisi perpolitikan belakangan ini. Semua tiba-tiba menjadi ahli. Semua ikut andil berbicara. Satu masalah berarti seribu kepala. Keadaan diperparah dengan media yang tendensius, memihak pada yang berhak, memuji pada yang mengabdi. Kebenaran sudah tidak lagi menjadi mutlak, ia berubah relatif. Tergantung pada apa yang melatarbelakangi.
Saling sikut, saling tendang, saling tarik, saling dorong. Semuanya bersifat saling. Kenapa? karena jika lo ga menghajar maka lo yang akan dihajar. Mungkin itu perspektif umum yang melabeli kondisi perpolitikan negeri. Atau memang perilaku tersebut adalah wajah asli demokrasi? Gue tak terlalu mengerti, namun sebagai orang awam kita pasti berteriak.
“Lo ngerasa bener, saat lo sudah ga dianggap salah”
Yang satu merasa terzalimi, yang lain wajib menghakimi. Yang satu menganggap ini adalah konspirasi dan bagian lain menuduh tak mau diadili.
Lakon aneh dari para wayang, bermain drama hingga mabuk kepayang.
Satu pihak diposisikan sudah pasti tersalah, hujat menghujat, hina menghina terus diluncurkan. Media pun ramai membicarakan. Seolah ia pasti salah. Bopeng dan luka terus menganga. Bahkan membela adalah dosa. Ataukah memang lebih baik diam tak bersuara?
Diam pun dijadikan senjata. “Tuh kan, mereka diem aja. Diam itu kan berarti iya”. Hahaha, jika semua gerak adalah sebuah kesalahan. Bahkan diam pun berarti tuduhan. Maka mati bukan lagi menjadi sebuah jawaban.
Tertuduh pun bereaksi. Semua bukti coba digali. Merasa terdzolimi dengan kondisi. Sampai tahap ini semua normal. Bahwa membela adalah sebuah bentuk perlawanan. Bukan semata pencitraan. Namun yang lebih tahu wajib meluruskan opini yang bengkok, yang (dianggap) sengaja disetir dan bias.
Tapi ada yang mengganjal. Reaksi menjadi berlebihan. Bahkan etika pun dinafikan. Nirakal dan niradab menjadi hal umum yang didengungkan. Perang opini di media sosial sudah tidak lagi menggunakan etika. Mereka lupa dengan Q.S 3:159
Fabima rahmatin minallahi linta lahum walau kunta fazhzhan ghaliizhalqalbi lanfadhdhuu min haulika…”, Maka disebabkan rahman dari Allah, kamu lemah lembut kepada mereka. Seandainya kamu berperangai keras berhati kasar, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…”
Bahkan prasangka-prasangka lahir dan diungkapkan kepada semesta. Apakah mereka alpa bahwa saat kita tidak mau dihakimi, saat kita tidak mau diprediksi atau saat kita tidak mau dituduhkan dengan alamat negatif, maka jangan melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Bahkan menuduh seseorang ahli dosa pasti masuk neraka adalah sebuah dosa. Siapa sangka jika pada akhir masa seorang pendosa, ia bertobat dengan tobat nasuha. Hingga semua dosa terhapuskan, bersih. Lantas mengapa harus tuduh menuduh dengan sesama muslim. Kenapa kita membiarkan hati terdominasi oleh kebencian. Menganggap orang yang mengkritisi adalah para pembenci sementara kita sendiri terselimuti oleh rasa yang sama.
Sudahlah, doa adalah selemah iman. Semoga kita bisa menempatkan perasaan seadil-adil mungkin. Selalu ada jutaan kesempatan untuk berprasangka baik terhadap apa dan siapapun.
How Hard “R” is!
April 6, 2013 § Tinggalkan komentar
Huruf R oh huruf R
Salah satu “penyesalan” terbesar dalam keberadaan gue di dunia ini adalah gue, dengan penuh khidmat, sangat menyesali ketidakmampuan menyebutkan huruf “r” dengan baik dan benar.
Entah faktor apa yang mempengaruhi seorang manusia mampu/tidak menyebut huruf “r” secara sempurna. Faktor gen, faktor lingkungan, atau mungkin faktor x?. Kalo misalkan faktor gen, berarti ada gen yang mengalami mutasi dong ya? Which means gue adalah salah satu muridnya Professor Xavier. Yoi, gue member X-men dan bakalan jadi temennya Cyclops, wolverine, jean grey dan kawan-kawan. Gue akan mengeluarkan kemampuan “cadel” saat ngelawan magneto. Pfftt…
Setelah bertapa mengharapkan wangsit dari mbah gugel, setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan seseorang mengalami “cadel” dan tidak bisa melafalkan “r”
1. Kurang matangnya koordinasi lidah dengan bibir
Alamak, buat ngucapin “r” aja perlu koordinasi. Siapa korlapnya? siapa pletonnya? siapa danlapnya? kalo lidah ga mau ngikutin perintah bibir gimana? salah gue, salah temen-temen gue?
Karena huruf “r” memang sulit diucapin maka diperlukan koordinasi tingkat tinggi antara lidah, bibir dan langit-langit.
2. Kelainan fisiologis
Penyebabnya dibedakan menjadi 3: gangguan pendengaran, gangguan pada otak, gangguan di wilayah mulut. Gue ga akan bahas lebih jauh, karena memang bukan spesifikasi gue.
3. Faktor lingkungan
Para bayi yang baru belajar ngomong juga gagal mengucapkan huruf r dengan baik. “ma ma.. ma ma., abis huyuf ‘l’ teyus huluf apa ya ma?”
Tuh…
Orang tua yang terbiasa menyebutkan benda-benda secara cadel biasanya akan diikuti oleh anak yang baru belajar berbicara. Karena proses berbicara diawali dengan mendengar. Bisa jadi kondisi tersebut membuat sang anak terbiasa dan ngerasa nyaman hingga terbawa sampe dewasa. So dont blame me to be unable pronouncing “r” well…haha *denial
Sebagian toddler mengganti huruf “r” dengan “y” saat berbicara. Imutnya mereka dengan gaya bicara cadel yang natulal (eh natural maksudnya) membuat mereka semakin menggemaskan. Beda halnya dengan alay yang sok tampil unyu. Mereka juga bergaya-gaya lucu ala bayi. Bukankah kata “ciyus” adalah distorsi dari kata “serius”?
Atau ada muda-mudi labil yang berdialog.
“Ayang, peyut (perut) kamu sakit?”| “iya nih ayang, tadi peyut akyu nyangkut di pagel (pager) kantol polisi” *tabok pake kuali*
Lantas apakah kami yang mengalami cadel bawaan adalah bayi bayi yang terjebak dalam tubuh dewasa? Siapa kami sebenernya? Tolong…tolong seseorang jelaskan.
4. Faktor psikologis
Seorang anak secara psikologis bisa “tertular” cadel. Misalnya disebabkan oleh kehadiran adik mereka yang masih bayi yang berbicara dengan cara demikian sehingga anak tersebut bisa jadi ikut-ikutan bicara cadel. Karena perhatian orang tua yang terpecah, maka anak-anak ini akan bertingkah mengimitasi adiknya guna meraih kembali simpati orang tua.
Oke, ga masalah jikalau proses imitasi ini terjadi pada dua orang anak yang selisih usianya ga jauh beda. Jangan sampe kita gagal paham. Mentang mentang pengen dapet perhatian, lo yang udah tua gini ngiri sama adek lo yang masih bayi dan ikut-ikutan ngomong pake bahasa cadel. Lucu ga, eneg iya!!!
Tidak bisa mengartikulasikan huruf “r” secara sempurna, bisa menjadi sebuah “doomed” bagi sebagian orang. Pernah denger kisah cowo yang terus-terusan salah pilih menu hanya karena salah menyebut “nasi goreng” dengan “nasi goyeng”? padahal kan mirip-mirip. Sungguh, ini sebuah ketidakadilan. Dimana mereka, para pejuang Hak Asasi Manusia saat para cadelwan dan cadelwati disakiti? huh…
Selaen itu, sebagus apapun teknik vokal anda, dengan oktaf yang ngalahin Whitney Houston atau Mariah carey, selama menyanyikan lagu berbahasa Indonesia, suara lo bakalan tetep terdenger jelek. Karena aksen berbahasa Indonesia bisa dengan mudahnya membedakan konsonan “r” dengan non “r”.
Kalo ga percaya, coba deh yang cadel nyanyi lagu berbahasa Indonesia yang mengandung banyak huruf “r” di liriknya. Gue yakin, lagu tersebut lebih bakal kedengeran seperti bunyi kerupuk yang diremukin. kroookk…kriukkk!
Beda halnya kalo orang cadel yang berbahasa perancis. Karena aksen perancis yang kental dengan penekanan pada intonasinya, maka huruf “R” malah seolah menjadi corak artikulasi bahasa perancis. Jadi buat kalian kalian yang gagal ngucapin “r”, jangan panik saudaraku, perancis siap menerima kita dengan tangan terbuka. Welcome eifel :D.
Mengapa huruf “r” harus sulit diucap? Mereka seolah didesain khusus biar kami yang cadel ini digolongkan sebagai manusia berkebutuhan khusus. Andai gue punya doraemon, gue mau minjem kotak pengandaian. Gue pengen berandai-andai, huruf “r” diilangin aja dari dunia.
Jadi kalo ada kalimat “kerupuk keripik dimakan kriuk kriuk” cukup diganti dengan “keupuk keipuk dimakan kiuk kiuk”. Bagus kan??
Jujur gue akui, somehow being cadel person itu kadang ga ngenakin. Perlu kepercayaan diri yang tinggi agar berani tampil di depan umum karena anda akan menjadi pusat perhatian atas penampilan dan apa yang anda sampaikan. Oleh sebab itu, seorang cadel harus belajar mengeluarkan setiap kata dengan sangat lantang.
Mencoba mengaburkan huruf ”r” dalam ucapan hanya membuat pendengar semakin bingung. Pede aja dengan “r” anda.
Dan hal penting lainnya adalah bicara dengan pelan. Karena orang cadel yang berbicara dengan kecepatan maksimum itu seperti superman naek sepatu roda.
Sunda Pisan Lah (F/V/P)
Nyaris enam tahun gue kuliah di kota kembang, Bandung. Oke gue akui dalam keseharian di kampus, sangat jarang mahasiswa ITB menggunakan bahasa sunda mengingat makhluk di kampus ini datang dari sabang sampe merauke. Bahkan dari negara lain pun ada.
Namun tidak jarang dalam dialog warga asli bumi parahyangan, baik itu di kampus maupun di lokasi lainnya, menggunakan bahasa sunda. Gue bisa mengidentifikasi bahasa sunda kasar dan bahasa sunda halus. Selain penggunaan diksi yang cukup berbeda, bahasa sunda kasar juga menyelipkan beberapa kata yang khas seperti “sia” “njing” “koplok maneh”
tah eta.. tong cicing wae maneh. ulah ningali tulisan ieu n*ing
Bahasa seperti ini sebenernya mirip dengan penggunaan kata kata “cuk” “ndasmu” arek suroboyo.
Tapi walaupun secara pendekatan kosakata cukup berbeda, terdapat kesamaan dalam aksen/dialek orang sunda. Yup, seperti yang udah diketahui secara masif bahwa orang sunda sangat sulit menyebutkan hurup “F” dan “V”. Mereka hanya mengenal huruf “P”.
Setelah coba baca-baca artikel, ternyata kesulitan dalam mengucapkan huruf “F” dan “V” dikarenakan tidak terdapat kedua huruf tersebut dalam kosakata bahasa sunda sehingga masyarakatnya pun gamang.
Menurut sejarah, bahasa sundo kuno sudah ada sejak tahun 500 M yang dikenal dengan istilah Kaganga. Dalam kaganga, tidak dikenal huruf fa dan Va, hanya terdapat huruf “pa”. Bahasa sundo kuno ini kemudian mempengaruhi kemampuan masyarakat sunda dalam melafalkan huruf “f” dan “v”. Meskipun infiltrasi dari berbagai bahasa mempengaruhi bahasa sunda, namun pikiran sunda tetap mengakar dalam kemampuan linguistik masyarakatnya.
gue yakin banyak orang sunda tidak tahu sejarah ini, hehe 😛
Tapi, hemat gue sih biarin aja orang sunda tidak bisa melapalkan f dan v. Toh itu menjadi ciri khas mereka yang bisa dengan mudah diidentifikasi oleh orang indonesia lainnya. Yang jelas di bioksop-bioskop, tidak akan ada judul pilem semacem “Fast furious” “Final Destination” dan “V for Vendetta” :D.
Sebenernya apa yang terjadi dalam kegagalan melafalkan beberapa huruf juga terjadi di negara lain. Jepang misalnya. Bahasa jepang secara general tidak memiliki alfabet yang persis menyerupai alfabet latin. Kita tidak akan menemukan huruf-huruf yang berdiri sendiri seperti “L” “M” dll. Mereka hanya mengenal suku kata yang dilekatkan pada huruf vokal, karena memang kaidah bahasa mereka tidak begitu mengakrabi huruf konsonan.
Orang jepang menggunakan suku suku kata seperti “Ma” “Mi” “Mu”. Pun halnya mereka tidak tahu huruf tunggal seperti “R” dan “L”. Silabel yang ada adalah “ra” “ri” “ru” “re” “ro” dan pengucapannya pun cukup berbeda dengan “r” yang kita kenal selama ini. Bunyi dari suara tersebut adalah hybrid atau pencampuran fonem dari huruf “L” dan “R”. Oleh karena itu kita sering mendengar bagaimana Chef Harada, Chef asli jepang yang sering nongol di TV, kesulitan menyebutkan kata kata yang ada huruf “L” nya. Lezat terdengar rezat, dsb.
Gitu sih menurut gue. Pelafalan huruf yang mungkin menurut sebagian orang lucu, unik dan ga biasa. Gue sih nyaman nyaman aja. Satu hal lagi, setelah gue amati, orang-orang yang tidak bisa menyebutkan huruf “r” ini biasanya mempunyai nama yang mengandung huruf “r” nya. What a drama!
So which one is harder, to pronounce “R” or “F”? for me, R is the hardest one. I realize how hard “R” is. Just like your initial 😛