Our Turn
April 1, 2014 § 1 Komentar
Setelah berulang kali menerima undangan pernikahan. Setelah bertahun menanti kapan menaut hati. Kini giliran saya untuk membagikan sepucuk undangan mewakili segala perasaan.
“Saat sebagian orang memilih untuk jatuh cinta, kami memilih menahan diri untuk berkasih dalam pernikahan barokah
saat sebagian orang memilih untuk jatuh cinta, kami menganggit kasih untuk membangunnya
karena,
Jodoh bukanlah tentang berapa lama engkau mengenal dia.
tapi berapa dekat dan ikhlas engkau mengharapkn keridhaanNya”
Assalamu’alaikum wr.wb.
Tanpa mengurangi rasa hormat, izinkan kami mengundang teman-teman untuk hadir pada acara pernikahan kami,
ANNISA MARTINA
(Matematika ITB 2006)
&
ANDRI WIJAYA
(Kimia ITB 2006)
Akad nikah:
Jumat, 18 April 2014
Pukul 13.00
Di Jl.Raya Cugenang No.70 (Depan kantor Kecamatan Cugenang, Cianjur)
Resepsi:
Sabtu, 19 April 2014
Pukul 11.00-14.00
Di Gd. Balerancage Jl.Siliwangi No.42, Sawah Gede, Cianjur Kota (Samping Kantor Polsek Cianjur Kota)
Merupakan suatu Kehormatan dan kebahagiaan bagi kami apabila teman-teman berkenan hadir dan memberikan doa restu agar menjadi keluarga yg sakinah, mawaddah, warohmah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
4 langkah Mempersiapkan Si Pemimpin Kecil
Oktober 4, 2013 § 2 Komentar
“Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan”
Terkisah seorang anak yang agak tuli dengan kemampuan inteligensia di bawah rata-rata, pulang ke rumah dengan tertunduk lesu dan membawa secarik surat yang kemudian ditunjukkan kepada ibunya. Surat yang berasal dari guru sang anak tersebut berbunyi “Tommy, anak ibu sangat bodoh, kami meminta Anda untuk mengeluarkannya dari sekolah”.
Membaca surat tersebut, perih hati sang ibu. Namun ia bertekad akan mendidik anaknya dengan caranya sendiri. Ia akan mematahkan semua persepsi orang tentang Tommy.
Kini, kerja keras sang ibu telah berhasil membuat kita menikmati indahnya malam hari dengan sinar lampu. Anak bodoh itulah yang kemudian menjadi salah satu pionir keberadaan perusahaan General Electric yang menggurita hingga saat ini. Wanita tersebut adalah Nancy Matthews Edison, ibu dari penemu lampu pijar Thomas Alfa Edison.
Begitulah peran seorang ibu. Ketika semua memicingkan mata, ibulah yang selalu mengulurkan tangan memberikan semangat. Ketika dunia bermuram durja, ibu yang mengangkat kita hingga ke atas nirwana.
Rumah adalah sekolah pertama untuk seorang anak dengan sosok ibu sebagai pendidik utama. Berbicara masalah hubungan ibu dan anak berarti mendikusikan bagaimana melahirkan seorang pemimpin masa depan. Ibu, tidak dapat dipungkiri adalah garda terdepan dalam menyiapkan bekal kepemimpinan dari setiap individu yang lahir. Dalam ulasan sejarah, kita selalu disajikan oleh peran seorang ibu di balik kehebatan pemimpin-pemimpin tangguh
Ability can take you to the top. But it takes character to keep you there (Zig ziglar)
Pemimpin sendiri adalah hasil integrasi antara potensi dan karakter kepemimpinan. Setiap individu mempunyai potensi untuk memimpin tapi tidak banyak yang memiliki karakter. Seperti apa yang tersebut oleh John Locke dengan teori tabularasanya bahwa anak diibaratkan kertas putih tak berwarna, kitalah (orang tua) yang memberi goresan dan lukisan sehingga tergambar sesuatu seperti yang kita harapkan. Potensi tersebut akan dorman jika tidak ditopang oleh peran orang tua yang membentuk karakter kepemimpinan seorang anak.
The only thing in the world not for sale is Character (Antonin Scalia)
Lalu untuk membentuk pemimpin dengan karakter dan potensi kepemimpinan yang hebat, siapakah yang paling berperan? Tugas mulia kedua orang tua sebagai pewaris, penjaga dan pemelihara nilai-nilai yang diturunkan kepada seorang anak. Tetapi Ibu tetap dan selalu menjadi orang terdekat yang mendapatkan porsi paling besar dan bertanggung jawab dalam pembentukan karakter para pemimpin bangsa.
Seperti apa peran seorang ibu guna menyiapkan pemimpin-pemimpin hebat? Mari simak empat langkah berikut
1. Membekali Diri Sejak Dini
Great mom had great child
Untuk menyiapkan seorang pemimpin yang hebat maka diperlukan ibu yang hebat. Ibu yang hebat lahir dari kebiasaan-kebiasaan yang menuntut mereka untuk menjadi cerdas secara akal dan moral, menjaga diri dengan asupan-asupan pengetahuan yang menjadi bekal untuk menyiapkan generasi mendatang yang cemerlang. Pendidikan menjadi salah satu faktor kunci. Wanita berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi para pria juga bukan untuk mendapatkan pengakuan atas hak-hak kesamaan akan status sosial. Seorang wanita bertanggung jawab melahirkan generasi yang cemerlang sehingga pendidikan menjadi variabel yang penting dalam proses persiapan tersebut.
You teach a man, you teach a man. You teach a woman, you build a generation
Bahkan menyiapkan pemimpin yang hebat bukan sejak dalam kandungan tapi sejak memilih pasangan. Ibu yang baik, yang memiliki visi ke depan atas seperti apa anaknya kelak harus senantiasa memikirkan hal tersebut. Mereka harus memikirkan bagaimana pasangannya kelak dapat memberikan dukungan dalam melahirkan generasi penerus yang peka terhadap permasalahan sekitar.
Harus disadari bahwa sehat fisik dan akal sangat dipengaruhi oleh apa yang dikonsumsi oleh sang ibu pada saat mengandung. Bukan hanya asupan makanan seperti folat, protein, vitamin dan sebagainya namun juga asupan akal dan ruhani yang sangat mempengaruhi emosi sang ibu yang secara emosional berkorelasi terhadap pertumbuhan kejiwaan bayi tersebut sehingga tumbuh pemimpin yang sehat jasmani dan rohani.
2. Menerapkan Pola Asuh yang Tepat
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein” yang kemudian diserap oleh bahasa perancis pada abad ke 14 menjadi “caractere” dan kemudian diadopsi oleh bahasa inggris “character”. Karakter berarti suatu sifat atau watak yang membedakan seseorang dengan orang lainnya. Seorang pemimpin haruslah memiliki karakter kepemimpinan yang kuat.
Untuk mempersiapkan seorang pemimpin maka diperlukan pendidikan karakter yang dibangun sejak awal dan dapat terefleksikan dari pola asuh yang digunakan oleh orang tua. Pola asuh sangat berperan penting dalam menentukan karakter seorang anak.
Pola asuh adalah proses interaksi antara seorang anak dengan orang tuanya yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis serta norma-norma yang berlaku disuatu masyarakat. Menuut Hurlock, Hardy dan Heyes pola asuh dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif.
Pola asuh otoriter terindikasikan pada interaksi orang tua yang terlalu memaksakan kehendak dan memegang kendali aturan secara penuh dan terkadang bersifat “memaksa” tanpa melibatkan aspek-aspek komunikasi dua arah.
Pola asuh demokratis melibatkan anak dalam setiap pengambilan keputusan. Pola interaksi seperti ini membentuk karakter anak yang tenang, siap berdiskusi, kreatif dan peka terhadap solusi. Sementara pola asuh permisif bertendensi pada kebebasan penuh yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dalam mengambil setiap keputusan. Pola asuh permisif terkadang berujung pada ketidakpedulian terhadap resiko yang diambil.
Untuk menyiapkan pemimpin masa depan, pola asuh yang ditanamkan sebaiknya berakar pada nilai-nilai moral dan etika yang dilandasi oleh kepekaan terhadap permasalahan sosial. Latih mereka untuk lebih bisa berempati dan bersimpati terhadap realita sosial dan aktif melibatkan mereka sehingga timbul kesadaran untuk membenahi apa yang menurut mereka kurang baik dan mempertahankan apa yang baik.
Menurut psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, orang tua haruslah berada pada posisi sejajar dengan anak dalam kegitan parenting. Seorang ibu sebaiknya menerapkan pola asuh moderat yang membuka ruang diskusi dan memandang mereka sebagai partner yang sejajar sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka.
3. Memberikan Keteladanan
Dalam pepatah jawa tersebut “kacang mangsa tinggal lanjaran” atau buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya. Karena sikap, karakter, dan perilaku anak adalah buah dari pengamatan dan proses meniru orang tua terutama ibu maka untuk melihat seperti apa seorang anak berperilaku tengoklah seperti apa ibunya. Children see children do.
Karena setiap pribadi adalah pemimpin, setidaknya atas diri mereka masing-masing, seorang ibu dituntut untukmemberikan keteladanan tentang bagaimana memimpin diri sendiri dan memimpin orang lain dengan membiarkan si kecil mengamati tindak tanduknya. Ibu, sebagai pemegang nilai-nilai dan guru peradaban, harus memberikan contoh-contoh yang sejatinya dapat menjadi model bagi anak dalam aktifitas dan tingkah polah sehari-hari.
Seorang ibu harus mampu memberikan keteladanan dalam bersikap karena anak-anak adalah imitator terbaik. Mereka akan selalu meniru dan mengimitasi apa yang terindra. Keteladanan ini yang kemudian akan membentuk kebiasaan dan kebiasaan tersebut lama kelamaan akan menjadi karakter.
Berdasarkan teori oleh Stephen R.Covey terdapat tiga teori pembentukan karakter. Determinisme genetis yang menyebutkan bahwa karakter seseorang diwarisi sejak kakek-nenek terdahulu. Determinisme psikis, karakter yang diturunkan dari kedua orang tua dan determinisme lingkungan, karakter yang dibentuk hasil tempaan suatu lingkungan. Para psikolog banyak yang menjadikan teori determinasi lingkungan sebagai landasan.
Lingkungan terdekat bagi si kecil adalah apa yang dapat mereka jangkau dengan indra mereka secara langsung dan ibu adalah lingkungan itu sendiri.
Sembari menceriterakan bagaimana kisah para pemimpin-pemimpin hebat agar tertanam dalam otak bawah sadar mereka tentang para pemimpin, berikan mereka contoh dan keteladanan dalam bersikap. Bagaimana seorang pemimpin dilihat dari hal-hal kecil yang mereka lakukan setiap harinya.
4. Full Time Mother
Ibu, bagaimanapun juga, tetaplah seorang wanita yang memiliki keterbatasan dan kelemahan. Di antara keterbatasan tersebut adalah dinamika aktifitas yang terbentur oleh variabel waktu.Tidak sedikit wanita yang bekerja di luar rumah, menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk kebutuhan kantor dan menyaingi tugas utama mereka sebagai ibu. Pada akhirnya situasi tersebut menjadi dalih bahwa apa yang mereka lakukan dalam kerangka membantu pemenuhan kebutuhan keluarga.
Ibu dengan porsi waktu dominan di rumah memiliki peluang lebih besar menyiapkan putra-putri yang kelak menjadi pemimpin. Pendapat ini pasti akan sangat kontroversial mengingat working mother memiliki alasan tersendiri untuk bekerja misalnya sebagai jaminan keamanan finansial ketika terjadi sesuatu pada seorang suami. Tetapi pada dasarnya tugas tersebut bukan domain primer seorang ibu.
Pola-pola pendidikan juga akan berbeda mengingat ibu yang bekerja di luar kantor memiliki keterbatasan waktu untuk berinteraksi. Semua pilihan ada konsekuensinya. Yang jelas anak seperti apa yang diproyeksikan akan tumbuh di masa depan bergantung dengan bagaimana peran ibu dalam mengatur waktu.
Semoga empat langkah di atas dapat menjadi referensi dalam mempersiapkan si pemimpin kecil.
Kamu…
Maret 23, 2013 § 2 Komentar
Uncharted
Februari 19, 2013 § Tinggalkan komentar
Cinta hanya dapat dirasa, tak bisa dipaksa. Tak peduli berapa berat untuk mencoba, karena hati hanya bisa disentuh oleh hati. Tak bisa digurui, tak bisa didikte. Ia tak nampak, tak berujud. Laksana napas yang sedia berhembus, maka ia pun masuk tanpa tersadar. Tetiba hati mulai bergetar.
Inikah cinta? Manusia bertanya!
Inikah cinta? Manusia merasa!
Banyak yang bahagia, tak sedikit yang merana. Yang bahagia berarti menemukan dia yang selalu siap sedia menerima kekurangan, menjadi bijak dengan kelemahan dan menjadi tangguh dengan kealpaan, sang pasangan. Menemukan hati tempat berlabuh, menemukan telinga tempat mengeluh.
Bagi mereka yang bahagia, Jodoh itu hebat. Di antara milyaran manusia yang hidup di muka bumi, di antara manusia yang lahir dalam jumlah 7 stiap detiknya, kita mampu menemukan ia. Seorang asing, yang mungkin baru beberapa saat kita kenal. Seseorang asing yang mau berbagi beban bersama, seorang asing yang bahkan tidak ada secuil pun cintanya sebanding dengan cinta ibu kita. Tapi kita mau, melakukan itu semua demi ia yang tercinta. Ia berupa palindrome, dari depan dan dari belakang, ia tetap sama. Ia bisa menjadi baik dari arah manapun. Tetap indah.
Bagi mereka yang merana, cinta tak lebih dari sekedar kata kata. Ibarat nasi, ia sudah basi. Diksi pun menjadi tak berarti, klise. Dunia seolah runtuh, tidak adil dalam bersikap. Bagaimana mungkin, mencintai tak harus memiliki. Bagaimana mungkin cinta tak bisa berubah definisi. Ia tak mampu menembus kotak-kotak marjinal antara sahabat, teman, dan pasangan.
Bagi mereka yang merana, cinta tak ubahnya sebuah karma. Terjebak dalam nostalgia lama. Terkungkung, diam, terjerembab dalam siluet kisah yang kelam. Tak mampu keluar, atau sebenarnya tak mau keluar?
Ah gue tak mengerti cinta. Ia terlalu rumit untuk dicerna.
Tapi apa yang kini dirasa pasti berbeda. Sudah saatnya menghalalakan cinta? Tapi apa daya tangan ini tak kuasa. Manusia adalah hamba, tak berkenan menolak, tak kuasa mengelak. Hanya bisa berusaha dan berdoa. Bahwa Rabb, Sang Maha Pemilik Hati. Ia yang menggenggamnya, Ia juga yang membolak-balikkannya. Jika ia yang terbaik, insyaallah tak ada yang bisa menghalang. Dimudahkan, dilancarkan, ditenangkan.
Namun jika ia bukan orang yang terbaik, Ia akan menunjukkan jalan yang lebih baik. Bahwa kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita pinta, tapi yakinlah kita pasti mendapatkan apa yang kita butuhkan. Menikah dengan siapa itu penting. Tapi Lebih penting lagi respon kita dengan jodoh yang sudah ditentukanNya.
Ah ceracau apa ini.. Lagi lagi gue tak mengerti.
Meraba raba hati, adakah yang salah. Mengorek-orek sikap, adakah yang cacat. Ada, pasti ada. Lantas tidak adakah kesempatan itu? Lenyapkah ia sudah? Atau ada alasan lain yang bikin gue ga ngerti?
Cinta, tak pernah lekang untuk dicerna.
Karena sesungguhnya perasaan tidak bisa dipaksa, ia hadir dalam bentuk yang tidak direncanakan. Datang dengan spontanitasnya sendiri. Muncul dalam suatu dimensi yang abstrak, tidak terimaji, tanpa wujud.
Sia sia saja bagi mereka yang mencoba memaksakan cinta, apalagi membunuh dengan sengaja. Karena ia tanpa citra, biarlah ia menghilang dengan sendirinya. Perasaan itu sulit dimengerti, jenderal.
Kau bisa mencintai siapa saja yang kau suka, dengan dan atau tanpa alasan. Tapi untuk menjadi dicintai, itu hal yang berbeda.
Cobalah meraba raba hati, benarkah ia yang selalu terpatri. Tidak sempatkah Tuhan menjadi saksi bahwa benar cinta itu suci? Terlibatkah Ia dalam setiap aksi? Atau hanya berdoa saat tak ada lagi tempat untuk ditangisi?
Ga usah ditanggepin, eneg bacanya pun ga masalah. Sekali sekali gue nulis yang kyk gini :D.
Catatan Hati Untuk Istriku (Repost)
Agustus 3, 2011 § Tinggalkan komentar
Tulisan ini hasil repost dari punya seorang temen yang merayakan hari jadi pernikahannya yang memasuki bulan pertama. Disimak aja gan!!!
Ada sedikit kekhawatiran saat pertemuan pertama..
Setelah kita tak bersua lebih dari 7 tahun lamanya.
Kata orang, cinta tumbuh dari saling kenal.
Dari saling kenal itu ada ketertarikan jiwa, lalu datanglah riak-riak rasa.
Rasa itu kian tumbuh seiring adanya pertemuan dan interaksi..
Lalu dari riak-riak kecil itu akan tumbuh menjadi gejolak hati..
Tahukah? Saat itu aku tak merasakannya sama sekali..
Kita hanya saling tahu, tidak saling mengenal..
Itulah yang membuatku khawatir.
Apa mungkin cinta itu hadir?
Tanpa cinta apa artinya sebuah keluarga..
Kalau bukan cinta, apalagi yang akan memfondasikan cita2..
Rasa khawatir itu kian bertambah…
Seiring dekatnya waktu, yang bisa kulakukan hanya berusaha ‘memaksakan’ meyakini ayat2Nya..
Wamin ayatihi an khalaqa lakum min anfusikum azwajan litaskunuu ilayha waja’ala bainakum mawaddatan warahmatan inna fi dzalika laayatin liqawmin yatafakkaruun..
Ayat yang mungkin sudah sering terdengar..
Tapi selama ini entah mengapa bagian yang selalu teringat adalah “an khalaqa lakum min anfusikum azwajan litaskunuu ilayha waja’ala bainakum mawaddatan warahmatan…”
Bagian Wamin ayatihi kadang selalu terlupakan..
“Dan di antara tanda-tanda KebesaranNya..”
Ya, ayat ini diawali dengan kalimat tersebut menandakan pentingnya bagian ini..
Hanya mentadaburi sejenak.. Bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak dan Kebesaran Nya..
Maka segala sesuatunya harus dikembalikan pada Kebesaran Nya..
Karena hanya Allah yang tahu..
Karena hanya Allah yang Berkehendak..
Maka tiada cinta yang hadir tanpa Kehendak Nya..
Tiada cinta yang hadir tanpa Kebesaran Nya..
Karena Hanya Allah yang mempersatukan hati..
Bukan karena perkenalan, bukan juga karena interaksi..
Maka saat itu aku hanya yakin…
Dan kini, keyakinan itu terjawab sudah..
Cinta itu mulai menguncupkan kelopak-kelopak nya..
Siap bermekaran menghias taman jiwa..
Cinta yang hadir karena kecintaan pada Nya.
Cinta yang akan menguatkan langkah..
Menguatkan cita-cita..
Bismillah………
:: Harapan Kami ::
Hasan :
Karena Allah mempertemukan kita bukan karena cinta di antara kita, tetapi karena Cita-cita..
Maka impianku hanya sederhana..
Agar kita bahagia saat ini di dunia, dan juga kelak.. di syurga..
Jika dengan mencintamu tidak cukup untuk membawa kita ke syurgaNya,
maka izinkan aku juga mencinta jalan2 Juang Nya..
Cukuplah diriku diletakkan setelah Allah dan RasulNya..
Lalu berlelah-lelah lah kita di jalan juang Nya..
di jalan orang-orang yang berpeluh taqwa..
di jalan orang-orang yang bersabar dan berdoa..
juga di jalan orang-orang yang bersimbah darah syuhada..
Semoga yang kita bangun bukan sekedar istana cinta di dunia..
Tapi juga menara cahaya di syurga..
Insya Allah..
Rabbana Hablana Min azwajina wa dzurriyatina qurrata a’yun.. waj’alna lil muttaqina Imaman..
Syifa :
Hanya dengan kalimat yang terdengar sederhana, klise ; menjadi istri yang shalihah. Maka segala doa dan harapanku atas pernikahan ini terwakili
Sudah.. Karena ia telah merangkum segala penjabarannya.
Cita-cita mulia dari seorang wanita akhir zaman, setelah penatiannya, setelah jatuh bangunnya ia menghadapi segala uji di masa lajang nya.. Seorang istri yang shalihah..
menjadi pendamping, teman teristimewa bagi suaminya.
Menjadi guru peradaban untuk generasi penerusnya.
Menjadi sebaik-baik perhiasan dunia.
Membuat iri para bidadari syurga.. inilah doa dan harapanku, Perkenankanlah.. wahai Maha Rahman..
Pengantin Al Quran
Juli 3, 2011 § Tinggalkan komentar
Tanpa dicari pun, cinta akan tiba pada waktunya..
Karena hati akan selalu tahu kemana ia akan melabuhkan dirinya..
Allah lah yg berkehendak atas cinta, maka cukup lah Allah sebagai muara perlabuhannya…
Quote di atas gw ambil dari status salah seorang temen yang baru saja menikah sehari sebelum gw buat tulisan ini.
Muhammad Hasan sirojudin adalah temen kampus yang merupakan temen satu kelompok gw selama lebih kurang tiga tahun . Sehari setelah menggenapkan usianya ke-22, ia juga mengggenapkan separuh agamanya, Subhanallah. Penghafal Al-quran yang satu ini seolah benar-benar merasakan bagaimana Allah menepati janjinya yang terfirman di surat An-Nur : 26
Perempuan yang keji mendapatkan laki-laki yang keji, sedangkan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik (pula)
Seorang penghapal Quran pada akhirnya menikahi penghapal Quran juga. Sungguh sbuah keindahan yang dibalut dalam mahligai indah pernikahan. Begitu apik Rabb membuat skenario yang telah lama tersimpan dalam Lauhul Mahfudz. Hebatnya, kedua orang ini mempunyai visi untuk melahirkan generasi Qurani… Luar biasa akh!!
Perjuangan Hasan mencari pelabuhan tempat tambatan hatinya akhirnya terhenti pada seorang gadis yang ternyata adik kelas Hasan di SMP. Wow, kejadian ini makin buat gw yakin bahwa jodoh ternyata ga jauh-jauh dari kita,,,, *ngarep
Pernikahan ini terasa menjadi semakin khidmat di saat Hasan memberikan kado istimewa ke istri tercinta. Lantunan Ar-Rahman perlahan dan syahdu membuat setiap telinga yang mendengar takjub kepada pasangan tersebut.
Seperti inilah generasi Qurani, yang menjadikan Quran sebagai pegangan dalam setiap persoalan kehidupan. Semoga Quran tidak hanya menjadi teks yang dihapal tapi bagaimana ayat-ayat tersebut menjadi tanda, petunjuk yang senantiasa mengarahkan kehidupan hingga sampai ke Jannahnya. Amin
Doa-mu Cinta-Nya
April 16, 2011 § 2 Komentar
Repost dari notes temen. Tulisan yang bagus, gw terharu bacanya.
Tak kan tertukar
Tenang saja
Alloh senang mendengarnya
Dan sampai akhirnya Ia ridho
Dan mengabulkan
Kini atau nanti
Atau jika tak terkabul
Ia kan memberatkan catatan kebaikan mu
Tak mungkin merugi
Maka tak perlu bosan
Karena Alloh
tak kan pernah bosan mendengarnya
Ia senang
Ia ingin mendengar
seduh sedan mu sesering mungkin
Ia khawatir jika cepat2 terkabulkan
kau kan berpaling dari-Nya
Maka jangan jatuh
jika lama sudah menunggu
doa mu tak kunjung nyata
Karena Ia
hanya ingin tau
sejauh mana kau kuat
kau sabar
menantinya
Makin lama,
makin Ia cinta
Lalu, sudah tak berarti lagi
terkabul atau tidak
Jika Allah sudah cintai
—————————————————————————–
Berkata Abu Hurairah RA bahwasanya Nabi SAW bersabda :
“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia Ta’ala memanggil Jibril AS seraya berfirman :
“Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan maka cintailah dia.”
Beliau SAW kemudian bersabda :
Maka Jibril AS pun mencintainya.
Kemudian Jibril memanggil terhadap penghuni langit :
‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.’
Maka seluruh penghuni langit mencintainya. Kemudian di bumi ia diterima.”
[HQ. 3.5 Ditakhrijkan oleh Al-Bukhari, Muslim] [MZ74-79]
Sentilan dari Ar-Rahman
Maret 7, 2011 § 6 Komentar
Ar-Rahman, salah satu nama Rabbi izzati dari 99 nama terindah Asmaul husna. Pun menjadi satu dari 114 surat dalam Al-Quranul karim.
Maka, nikmat tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?? penggalan ayat ini terus berulang ulang didengungkan, berayun-ayun merdu, mengalun syahdu.
Bagi temen SMA gw, Hasbullah suliyansyah a.k.a aas, Ar-Rahman menjadi sebuah rahasia, sebuah kekuatan dari Allah untuk hambaNya yang bertakwa. Yang senantiasa menjaga dirinya dari segala apa yang diharamkan, yang mengisi hari-hari dengan penuh kesabaran dan tawakal. Hingga pada akhirnya, ia bisa memetik buah kemanisan dari ketabahan dalam penantian. « Read the rest of this entry »
Mom, do I really love you?
Desember 22, 2010 § 4 Komentar
22 desember, selalu diperingati sebagai hari ibu. Secara latah semua orang akan mengucapkan dan mengekspresikan rasa cinta kepada orang yang melahirkannya. Entah itu lewat status di jejaring sosial ataupun ucapan langsung kepada sang ibu tercinta.
Buat gw yang ga bisa pulang karena masalah jarak, teruntai doa yang ikhlas gw kirimin buat beliau.
Satu hal yang mengusik gw adalah, cuma di satu hari inikah kta mengucapkan rasa cinta kepada ibu?cuma di satu hari inikah kita beramai ramai mengganti status jejaring sosial dengan ucapan-ucapan klise menggambarkan betapa besar kasih kita padanya? dan cuma di satu hari inikah kita membayangkan dan melihat kembali potret masa kecil kita ketika di pangkuannya?
It seems ridiculous for saying, Mom I love you that much. Meanwhile for the rest of our life, we just hurt her with our demeanour, through our words.
Padahal tidak ada satu hari pun bagi ia untuk tidak mencintai kita. Baginya setiap hari adalah hari ahmad, hari khadijah, hari aisyah untuk melambangkan bagaimana cintanya tidak terbatas oleh dimensi waktu. Pantaskah kita untuk mencintai ia hanya di suatu hari saja.
Ask ourselves.. Do we really love them?
and sure I merely just wanna ask my own self also.. Me, do I really love you mom?? I hope I do..
Keluh
Juli 26, 2010 § 2 Komentar
Maha Suci Allah yang senantiasa membolak-balikkan hati, yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi, yang selalu mewarnai dan merahmati dunia dengan kasihNya yang tiada pernah putus. Tulisan ini aku buat di tengah gelombang hati yang sedang galau, gundah gulana. Di saat badai ujian datang menerpa, menghantam karang iman yang mencoba bertahan dengan secuil ilmu dan sedikit Tausiyah.
Segala Puji dan takbir kepada Allah yang menciptakan cinta hingga membuat dunia menjadi indah. Dengannya kayu bisa menjadi bara, dan dengan cinta pula kayu mampu menjadi abu. Cinta selalu indah untuk dibicarakan. Cinta jua lah yang mampu menggoyahkan iman, merusak hapalan, menurunkan produktivitas amanah dan melemahkan jiwa.
Tidak ada yang sia-sia apa yang diciptakan Allah. Semuanya t’lah tertulis jelas dalam Lauh Mahfudz bahkan hingga hal-hal terkecil di luar alam khayal kita. Semuanya mendatangkan hikmah, tinggal bagaimana kita bisa menggali ibrah dari setiap kejadian hingga kisah itu bukan sebatas skenario kehidupan yang lenyap begitu saja dan tidak berbekas.
Beberapa bulan terakhir, penulis merasakan kehilangan jatidiri. Kehilangan arah dan tujuan dalam melangkah. Dan semuanya bermuara pada ketidakhadiran Rabb dalam keseharian. Semakin menjauh dari kedekatan pribadi dengan Sang Khalik. Lalu apa dampaknya??? Dampak terbesar yang penulis rasakan adalah tidak lagi nampak nikmatnya beribadah. Tidak lagi terasa nikmatnya menjalankan amanah. Tidak lagi bersemangat mengarungi samudra dawah. Hingga pada akhirnya fatamorgana dunia menjadi dimensi baru yang membingkai fragmen hati.
Virus merah jambu menyerang dengan sangat cepat. Merusak sel-sel kepekaan terhadap amalan-amalan harian. Ia masuk dan menguasai hati. Tanpa disadari diri ini jauh dan semakin jauh denganNya. Terlalu banyak amanah yang terlalaikan, tidak sedikit waktu yang sia-sia dan terbuang percuma. Semuanya terasa hampa. Malu dan menyesal pada Allah dan diri sendiri. Betapa tidak, masalah klasik seperti ini masih dapat terus menjangkiti. Seolah level keimanan belum meningkat karena sejatinya masalah VMJ adalah problematika seorang anak sekolahan. Tapi apa mau dikata, semuanya sudah terjadi. Karena bermain api pasti akan terbakar. Karena Allah lah yang menghadirkan segala dinamika kehidupan hambaNya maka sudah sewajarnya segala sesuatu dikembalikan kepada Sang Pemilik.
Satu hal yang pasti adalah ketika diri ini semakin jauh dari interaksi dengan Al-Quran, tidak lagi meraba kepekaan terhadap amanah dan menjaga kecintaan terhadapNya maka cinta-cinta palsu yang justru akan hadir dan meracuni taman hati. Ya Rabb, hanya Engkau yang maha menghadirkan cinta, dan Engkau jua lah yang mampu menghapuskannya. Dengan mudahnya Engkau mampu membolak-balikkan hati kami.