Bukber dan Turunannya

Juni 19, 2017 § Tinggalkan komentar

Sumber: Burhan Abe’s Blog

Entah siapa yang pertama kali memulai kegiatan kumpul-kumpul saat berbuka puasa di bulan ramadhan. Agenda tahunan ini seolah menjadi menu wajib Ramadhan di samping kolak pisang dan sop buah. Momen buka bersama adalah saat-saat paling tepat untuk bersilaturahim dengan teman TK, SD, SMP, SMA, hingga kuliah yang sudah lama tidak berjumpa. Lebih-lebih untuk kelas menengah di kota-kota besar. Buka bersama adalah momen di mana kita bisa mengumpulkan rekanan dalam jumlah banyak selain saat menghadiri pernikahan dan acara kematian.

Saya memiliki pengalaman yang sangat panjang sebagai ‘penyelenggara’ acara buka puasa bersama. Sejak lulus SMA, secara naluri, saya terpanggil untuk mengumpulkan kembali teman-teman yang sudah merantau ke berbagai penjuru negeri. Tanpa bantuan Bulma dan Goku tentunya. Hampir setiap tahun buka puasa bersama ini diadakan demi menjumpai wajah-wajah yang tak bersua bertahun atau bahkan bertahun-tahun lamanya.

Berbekal pengalaman menjadi juru acara buka bersama teman SMA, saya mendapuk diri saya sendiri untuk mengambil peran yang sama bagi teman-teman alumni kampus. Hampir setiap tahun setelah wisuda, saya menginisiasi buka bersama dengan tujuan yang sama, menghimpun teman-teman angkatan yang tercecer.

Menyelenggarakan acara buka bersama tidak semudah membuka bungkus bumbu indomie dengan gunting. Menentukan jadwal, tempat makan, dan sekelumit hal lainnya yang terkait adalah kerumitan-kerumitan yang hadir manakala kalian harus berdiskusi dengan 40 kepala dan 40 mulut. Pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa buka puasa bersama hanya akan dihadiri oleh mereka yang benar-benar niat. Seniat orang-orang yang ribut mana yang benar apakah Gajah Mada atau Gaj Ahmada.

Delapan puluh persen dari rangkaian kegiatan buka bersama diisi oleh wacana. Saya ulangi, wa..ca..na. Semua orang yang diajak terlibat pasti berwacana, berargumen, berdebat tentang jadwal yang harus disepakati. Si A bisanya sabtu pekan pertama puasa, si B tidak bisa karena harus buka bersama bekas calon pacar. Si C usul hari minggu pekan ketiga ramadhan, si D sudah mudik ke Papua Nugini. Ribet. Ujung-ujungnya yang bisa dateng ya Lo lagi Lo lagi. Polanya sama setiap tahun. Keribetan yang HQQ (baca: Hakiki).

Meskipun begitu tetap saja momen buka bersama selalu dinanti. Puncak dari kebahagiaan saat mengumpulkan kembali wajah yang tak lama bertemu adalah kita bisa kembali mengingat gurat kekonyolan yang pernah ada. Atmosfir yang hadir menyajikan nuansa yang menghantarkan kembali ingatan kita pada masa-masa dahulu saat masih berseragam abu-abu, saat praktikum, ketika kumpul angkatan dan sebagainya. Situasi ini yang membuat orang-orang mau dateng ke buka bersama. Reuni sederhana untuk menertawakan masa lalu.

Hanya saja tidak jarang terdengar narasi bahwa ajang buka bersama dijadikan wahana untuk pamer. Segala sesuatu dipamerkan hanya demi menunjukkan eksistensi dan kemapanan. Untungnya, sejauh ini teman-teman saya tidak begitu.

Ada yang unik dari momen buka bersama. Ada hikmah mendalam yang bisa kita petik. Ini bukan cerita orisinil saya. Ia adalah buah pikir dari Ronal Surapraja yang dimuat di salah satu koran nasional. Jika buka bersama adalah perwujudan dari sebuah reuni dalam skala kecil, maka sejatinya banyak orang menyengaja diri untuk tampil dengan sebaik mungkin sebelum bertemu rekanan yang sudah lama tidak berjumpa. Bahkan tak jarang banyak orang yang menyombongkan diri, bertingkah pongah agar dianggap lebih. Jika untuk reuni bertemu manusia kita harus sesiap itu. Bagaimana dengan reuni yang nantinya lebih sebenar-benarnya?. Reuni dengan sanak saudara dalam kondisi yang jauh berbeda. Bukankah kita harus lebih siap ketimbang reuni buka bersama?.

Iklan

Tagged: , ,

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Bukber dan Turunannya at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: