Sribulancer Untuk Penulis Lepas
Maret 14, 2016 § 5 Komentar
Otak gue mampet.
Ya. Beberapa bulan ke belakang daya kreasi otak gue untuk menghasilkan tulisan-tulisan ber-nas semakin berkurang. Ga ada lagi tuh tulisan bergaya naratif-eksplanatori saat gue membuat langkah-langkah jitu menghemat penggunaan BBM. Atau tulisan bernuansa melankolis penuh petualangan mendaki merbabu. Tulisan-tulisan gue kini tidak jauh-jauh dari urusan rumah tangga, bayi, nikahan temen, urusan rumah tangga tetangga, bayi tetangga beserta susu merek apa yang mereka minum dan uang siapa yang mereka gunakan untuk membeli susu tersebut. Apakah A, uang ayah. B, uang ibu. Atau C, uang sampah pada tempatnya. Hoamm….
Bukan berarti gue ga bahagia menuliskan perjalanan hidup Alby dari bayi nol bulan sampe saat ini. Gue bahagia kok. Tapi gue butuh topik baru untuk konten blog. Bahan bacaan gue pun ga banyak membantu. Lebih-lebih sejak kenal situs mojok gue malah berpura-pura satir dalam tulisan. Sok iye, kan?
Lagi-lagi gue mencari kambing hitam atas ketidakmampuan gue membuat tulisan dengan topik lain. Gue berkesimpulan bahwa blog yang kita asuh adalah perwujudan dari perjalanan hidup seseorang.
Saat kuliah gue banyak mengulas tentang serba-serbi kehidupan kampus, kisah jomblo dan tulisan ngalor ngidul ga jelas juntrungannya. Begitu juga waktu koneksi internet merajalela di rumah kontrakan, gue saban waktu mengulas banyak hal yang disajikan oleh situs semacem TED atau menceriterakan kembali paparan subtil oleh Dan Pink, Simon Sinek, Dan Ariely dan kroco-kroconya. Sekarang semua berbeda. Ritual kehidupan gue berputar antara kantor, kosan, rumah setiap akhir pekan, bercengkrama bersama keluarga, dan kembali ke kosan. Siklus ini membuat gue stagnan dalam berkreasi. Oke gue tahu membersamai keluarga adalah punchline dari narasi hidup. Yang jadi sorotan gue adalah bagian-bagian hari lainnya dalam seminggu. Inspirasi apa yang bisa didapat dari pekerjaan kantor? Menulis tentang troubleshooting ketidaksesuaian melt-flow-rate pada proses pembuatan plastik injection molding? Atau membuat tulisan korelasi antara kebahagiaan karyawan dengan warna kaos kaki bos? Tulisan-tulisan serius yang membuat dahi berkerut dan mulut mengerucut jelas-jelas bukan lapak gue.
Semakin lama konten blog rasanya semakin tersegmentasi. Temen SMA gue belakangan ini lebih sering menuliskan tentang tema-tema permainan anak beserta tips-tipsnya. Atau tutorial membuat gendongan dan cara menanam jagung tanpa lahan. Pokoknya yang soo emak-emak. Padahal dulu mah blognya berisi kontes cakep-cakepan (literally, ini judul tulisannya) juga berisi galau-galauan. Dunia berubah, manusia di dalamnya berubah, Power Ranger juga berubah. Yang ga berubah cuma cinta ibu pada anaknya dan belahan rambut Kak Seto.
Temen SMA gue lainnya juga mengikuti pola perubahan yang sama sehubungan dengan konten blog. Mulanya blog tersebut berisi doa-doa berharap jodoh, konten romansa jayus hingga kisah cinta syar’i. Tapi kini blognya berisi tentang doa-doa berharap jodoh, konten romansa jayus hingga kisah cinta syar’i.
Sori gue lupa. Temen gue yang ini jarang update blog.
Dan pada akhirnya gue harus memberi jeda tulisan-tulisan tentang bayi, urusan rumah tangga, parenting atau tulisan bertemakan ke-orang-tua-an lainnya.
Singkat cerita, temen kantor gue memberitahukan bahwa ada situs yang memberikan ruang bagi para freelancer termasuk penulis lepas abal-abal macam gue untuk berkarya. Nama situsnya Sribulancer *bukan blog berbayar*. Situs yang menghimpun para pencari kerja lepas maupun pemberi pekerjaan untuk dipertemukan dalam ikatan suci tanpa penghulu. Kalian bisa menemukan banyak sekali pekerjaan-pekerjaan menulis, web developer, penerjemahan dan lain-lain. Tentunya bukan pekerjaan yang serius seperti mengaudit harta kekayaan Budi Hartono. Pokoknya pekerjaan yang mengembalikan seorang freelancer pada khittah–nya
Setelah melihat-lihat etalase situsnya, gue tertarik untuk bergabung. Bukan karena alesan nominal. Karena siapa sih gue. Nulis di Kompasiana aja kagak ada yang baca. Alesan utama buat join di situs ini adalah ia memberikan kesempatan buat tulisan-tulisan gue agar semakin tersebar di dunia maya dengan spektrum topik yang beragam. Semacam menambah portofolio. Mana tahu ada penerbit yang amnesia lalu secara tak sadar menerbitkan tulisan gue dan menjadikannya buku kemudian menarik buku tersebut dari peredaran setelah ingatannya pulih.
Demikianlah tulisan tidak penting gue kali ini.
*Ditulis dengan setengah sadar diakibatkan sepinya kantor*
gue juga daftar di web itu kok do.
selain websiter tersebut, masih banyak web lainnya yang memang dibayar untuk hasil karya kita. ya meski bayarannya kecil, kita sendiri jadi bisa mengasah kemampuan baik dalam grammar indonesia dan gaya penulisan lainnya.
temen SMA yang dia maksud itu GUE. Kelelawar! (eufimisme dari kata kampret bwahaha)
Maaf, mbak ini yang ikutan kontes cantik-cantikan? haha
Bahahahahaha..ayoo bangkit. →_→padahal gue sendiri juga ancur, gak bertema. Hahaha tulis apa yang bisa di tulis. Hahaha.
Memang ada keasyikan tersendiri ya jadi freelancaer itu, hehehe. Coba main2 jg deh ke http://www.kontenesia.com ^_^