Selamat Ulang Tahun, Sayang
Maret 12, 2015 § 1 Komentar
Selamat Ulang Tahun, Sayang.
7 maret menjadi hari yang spesial buatku. Setidaknya mulai dari tahun kemarin. Karena di tanggal ini, Tuhan mengizinkan engkau menyapa dunia bersama dengan segala catatan rezeki, jodoh dan takdir lainnya. Artinya, untuk tahun-tahun ke depan selama hayat masih di kandung badan (keselek), aku akan selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan ‘selamat hari lahir’ buat engkau.
Selamat Ulang Tahun, Sayang.
Di tahun ini, engkau genap berusia 27 tahun. Segala harapan dan doa aku haturkan untukmu sebagai ungkapan cinta seorang suami atas segala perhatian, lelah, senyuman, dan kasih yang telah membersamai selama lebih kurang 10 bulan terakhir.
Tahun lalu, aku memberikan hadiah berupa buku dan miniatur eifel yang dibawa serta pada saat lamaran. Aku memang bukan suami yang romantis. Bahkan aku kebingungan untuk memberikan kado di hari ulang tahunmu. Entah kenapa, hadiah pertama yang aku bayangkan adalah memberikan sketsa dirimu dalam bentuk goretan berwarna. Jadilah, sketsa tersebut, walaupun tidak terlalu mirip, sebagai buah tangan yang aku berikan setibanya dari Jakarta. Lebih kurang jam dua belas lebih tiga puluh menit.
Selamat Ulang Tahun, Sayang.
Aku tidak bisa seperti suami lain yang membuatkan lagu di ulang tahun istrinya atau memberikan liontin mewah atau bahkan sekedar menggantikan pekerjaan rumah yang selama ini senantiasa kau kerjakan. Bukan karena ingin tampil berbeda namun karena memang aku tidak atau mungkin belum terbiasa dengan hal-hal demikian.
Sayang, tahukah engkau?. Menurut sumber yang aku baca, wanita senang diberikan hal-hal kecil namun simpatik. Lebih-lebih yang sifatnya kejutan. Kebetulan, sesaat sebelum menjemputmu di kampus, aku mengantongi tiga kuntum mawar merah dan putih sebagai buah tangan. Katanya mawar merah adalah simbol keindahan dan romantisme sementara mawar putih adalah simbol rasa cinta yang sejati dan keanggunan. Sejujurnya, sayang. Aku pun tak mengerti apa makna mawar-mawar itu. Tak usah jua kau berharap aku menambahkan prosa bersamaan dengannya. Aku tak pandai merangkai kata. Jangankan sebuah prosa, menganggit pantun pun aku alpa.
Aku mencoba menerka-nerka, apa lagi yang biasanya diberikan oleh seorang pria di hari ulang tahun wanita yang dicintainya. Ternyata simpel. Engkau doyan makan. Aku pun begitu. Maka mengajakmu ke tempat makan rasanya adalah pilihan yang sangat bijak. Alhamdulillah, engkau pun mengamini undangan makan yang aku ajukan. Tanpa sungkan engkau menunjuk hollycow sebagai tempat perayaan. Plus ada promo bagi sesiapa yang merayakan ulang tahun di Hollycow, ujarmu. Sungguh sebuah kebetulan yang sangat mencengangkan atau bahasa kerennya adalah serendipity.
Selamat Ulang Tahun, Sayang.
Kita pun menyadari bahwasanya ada yang lebih bermakna dari aneka hadiah yang nampak di mata. Ianya adalahi lantunan doa tulus sebagai harapan yang digantungkan di langit cinta. Berharap agar doa tersebut terijabah. Dipayungi oleh keberkahan-keberkahan atasnya. Karena keberkahan adalah puncak kebahagiaan. Tidak semua bahagia berarti berkah. Kebahagiaan yang semakin menjauhkan diri dan keluarga pada kecintaan terhadap Allah bukanlah sebuah ciri tanda keberkahan yang diharapkan.
Doa yang tulus aku persembahkan untukmu. Doa yang tertutur mesra agar engkau sentiasa menjadi wanita sholehah. Agar engkau meletakkan frasa istri dan anak pada posisi teratas dalam skalamu. Semoga kelak engkau menjadi wanita yang semakin dewasa. Tegar dalam menghadapi segala uji dan musibah. Selalu berada di sampingku di saat aku butuh maupun tidak butuh. Di usiamu yang semakin bertambah, aku mendoakan engkau menjadi wanita yang lebih tangguh hingga segenap masalah tak akan mudah menggoyangkanmu.
Aku berharap engkau menjadi ibu yang shalihah untuk anak-anak kita. Sekokoh cinta sang ibu, Fatimah pada Imam Syafi’i hingga sang faqih menamai karya terbaiknya dengan ‘Al-umm’. Iya Al Umm. Yang tak lain dan tak bukan artinya adalah ibu.
Dalam marahmu, hadirkan cinta. Seperti kisah Imam Sudais kecil yang menuangkan tanah ke dalam makanan yang disajikan untuk tamu. Besar kemurkaan sang ibu melihat polah anak yang memantik emosi. Namun sang ibu sadar bahwa setiap ucapan yang meluncur deras dari mulutnya bisa berarti adalah doa yang tak bersekat. Alih alih mengumpat atau mendoakan dengan ucapan semisal ‘anak durhaka’ atau ‘anak setan’, ia malah mendoakan sang anak menjadi Imam di Masjidil Haram. Dan Keridhoan Allah di atas keridhoan orang tua. Doa tersebut terijabah.
Sayang, rajin-rajin lah membaca. Karena anak-anak kita nanti menjadikan engkau sebagai guru pertama mereka. Ini-itu akan ditanya. Berulang kali dan berima.
Selamat Ulang Tahun, Sayang.
Semoga engkau selalu meneladanii khadijah yang dalam peluknya Muhammad merasa tentram. Juga laksana Aisyah yang cerdas dan menjadi teman terbaik berbagi cerita. Kepedulianmu pada setiap anggota keluarga yang akan menumbuhkan kami dalam cinta.
Berat bebanmu sebagai istri. Menanggung banyak hal, mendekapnya dengan erat. Ceritalah, saat engkau ingin cerita. Marahlah, jika engkau harus marah. Bahkan Umar pun hanya tertunduk diam saat istrinya memarahi.
‘Wahai Amirul Mukminin semula aku datang hendak mengadukan kejelekan akhlak istriku dan sikapnya yang membantahku. Lalu aku mendengar istrimu berbuat demikian, maka akupun kembali sambil berkata, ”Jika demikian keadaan Amirul Mukminin bersama istrinya, maka bagaimana dengan keadaanku?”
‘Wahai saudaraku, sesungguhnya aku bersabar atas sikapnya itu karena hak-haknya padaku demikian kata Umar’. “Dia yang memasakkan makananku, yang mencucikan pakaianku, yang menyusui anak-anaku dan hatiku tenang dengannya dari perkara yang haram. Karena itu aku bersabar atas sikapnya” lanjut Umar.
Dan akhirnya sayang, semoga kelak engkau terus membersamaiku dalam suka dan duka. Kelak kita akan menjadi tua bersama. Semoga dimudahkan setiap langkahmu untuk menempuh apa yang dicitakan. Dimudahkan studimu, dilancarkan proses mengemban amanah mencerdaskan ummat.
-Salam cinta untukmu-
dalem banget pesan ulang tahunnya, semoga apa yang menjadi doa segera terwujud ya