Tentang Sebuah Nama
Januari 31, 2015 § Tinggalkan komentar
Apalah arti sebuah nama. Bahkan jika sekuntum mawar memiliki nama yang lain, ia akan tetap wangi.
Seperti itulah parafrase sajak William Shakespare yang termuat dalam kisah cinta picisan yang menyejarah antara keluarga Montague dan Capulet atau lebih dikenal dengan Romeo dan Juliet. Hebatnya, gaung sajak tersebut bisa kita rasakan hingga saat ini, setiap kali ‘nama’ menjadi sebuah topik pembahasan. Dan, sebagai anti teori dari penafian sebuah nama yang membawa ideologi ‘barat’ maka akan dipostulatkan ungkapan ‘nama adalah doa’. Bak pertarungan ideologis antara orient dan occident, keduanya mewakili seperti apa barat dan timur memandang sebuah nama.
Di negeri kita sendiri, masalah nama sempat menjadi sebuah kontroversi. Pada suatu masa di era orde baru, warga Indonesia keturunan Cina harus memiliki nama bercorak Indonesia atau setidaknya seperti nama seorang muslim sebagai identitas. Maka nama macam Husin, Ali, Wijaya sangat laku di pasaran. Salah seorang warga keturunan bahkan mengganti namanya menjadi Diponegoro yang artinya Dipokso Negoro.
Oprah Winfrey adalah contoh dari seseorang yang sempat mengalami kesalahan dalam namanya. Nama asli Oprah adalah ‘Orpah’ karena orang tuanya terinpirasi dari Alkitab. Namun karena kesalahan pada surat keterangan lahir maka kita mengenalnya dengan ‘Oprah’ hingga saat ini. Tak ada yang tahu apakah jika ia masih menyandang nama Orpah dia akan tetap terkenal seperti sekarang. Kalian juga bisa memilih nama-nama unik agar terkenal. Pilihlah nama yang anti-mainstream agar meninggalkan kesan buat orang lain. Ayu ting-ting dan Cita Citata melakukannya dengan baik.
Sehubungan dengan nama, gue sudah bahas di tulisan sebelumnya bahwa pemilihan nama bayi kami melalui sebuah mekanisme yang panjang. Jauh sebelum bayi kami lahir, gue sudah mencari-cari nama yang cocok untuknya. Lewat beberapa referensi dan interupsi hingga ada banyak nama tandingan, kami memutuskan bahwa sang bayi bernama ‘Alby Shofwan Moissani’. Dan kalian perlu tahu saat berhasil memperoleh nama yang baik untuk bayi kita rasanya seperti ingin berucap ‘Eureka’ ala Archimedes.
Saat duduk di bangku sekolah dasar, gue dan temen sepermainan pernah berandai andai jika nanti punya anak, siapa kira-kira namanya. Iya, gue memang alay sejak SD. Bukannya mikirin bagaimana membantu Kotaro Minami melawan Gorgom dan Jendral Jack, gue malah berleha-leha memilih nama calon anak. Tiba-tiba gue pengen minjem mesin waktunya doraemon buat balik ke masa sekolah dasar dan ketok kepala gue yang masih bocah tapi udah ngomongin anak.
Tapi ada yang unik. Saat itu, di tengah ke-alay-an tersebut, gue sadar bahwa belum ada nama-nama beken sepeti Aliando, Kenzo, Zahra. Nama-nama yang beredar masih sangat amat KONVENSIONAL. Hanya ada Suraji, Ahmad dan Joko. Sangat berbeda dengan nama-nama anak kekinian. Yes, saat gue bertanya pada temen-temen yang lebih dulu mempunyai bayi, nama anak mereka pun tak lazim di telinga. Mulai dari Alaric, Azkadina, Gibraltar. Wow! Gue berdecak kagum. Apa bapak-ibu muda ini membuka Sirah Nabawiyah sebelum memilih nama. Atau mereka terlebih dahulu mengkonsumsi biskuat biar semua bisa jadi macan? Entahlah.
Sudah sangat jarang nama-nama seperti Andri, Dedy, Putri menjadi pilihan para orang tua. Deretan nama tersebut nampak terlalu old school. Nama Dedy tak lagi menjual Karena public figure dengan berawalan ‘Dedy’ tidak mencolok secara fisik. Tengok saja Dedy Corbuzier, Dedy dukun hingga Dedy dores.
Memberikan nama yang baik adalah satu dari tiga kewajiban seorang ayah pada anaknya. Jika Juliet terlalu mabuk dalam cintanya pada romeo hingga sebuah nama nir arti. Maka memang, bagi seorang muslim nama adalah representasi dari harapan orang tua pada sang anak. Pada nama, kita bisa bercermin tentang sosok anak di masa depan.
Sebaik-baik nama adalah Abdullah. Itu kata rasul yang termuat dalam prophetic parenting karya Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh. Jangan mentang-mentang berharap nama keren lalu memberi nama yang dilarang atau agar nampak kearaban lalu dipilih ‘Abu Lahab’ atau ‘Abu Jahal’. Ulama juga melarang memberikan nama dengan nama seseorang yang masih hidup karena kita tidak mengetahui bagaimana akhir hidup seseorang. Jadi tidak disarankan untuk memberikan nama ‘Erdogan’ misalnya hanya karena ingin berharap sang anak memiliki sepak terjang layaknya Presiden Turki tersebut.
Saran gue, nama seorang anak sebaiknya terdiri dari minimal dua suku kata agar mereka tidak kesulitan saat mendaftar di jejaring sosial yang mensyaratkan dua kotak untuk nama usernya. Tapi juga jangan terlalu panjang seperti nama berikut
Red Wacky League Antlez Broke the Stereo Neon Tide Bring Back Honesty Coalition Feedback Hand of Aces Keep Going Captain Let’s Pretend Lost State of Dance Paper Taxis Lunar Road Up Down Strange All and I Neon Sheep Eve Hornby Faye Bradley AJ Wilde Michael Rice Dion Watts Matthew Appleyard John Ashurst Lauren Swales Zoe Angus Jaspreet Singh Emma Matthews Nicola Brown Leanne Pickering Victoria Davies Rachel Burnside Gil Parker Freya Watson Alisha Watts James Pearson Jacob Sotheran Darley Beth Lowery Jasmine Hewitt Chloe Gibson Molly Farquhar Lewis Murphy Abbie Coulson Nick Davies Harvey Parker Kyran Williamson Michael Anderson Bethany Murray Sophie Hamilton Amy Wilkins Emma Simpson Liam Wales Jacob Bartram Alex Hooks Rebecca Miller Caitlin Miller Sean McCloskey Dominic Parker Abbey Sharpe Elena Larkin Rebecca Simpson Nick Dixon Abbie Farrelly Liam Grieves Casey Smith Liam Downing Ben Wignall Elizabeth Hann Danielle Walker Lauren Glen James Johnson Ben Ervine Kate Burton James Hudson Daniel Mayes Matthew Kitching Josh Bennett Evolution Dreams.
Dan luar biasanya, kalian cukup memanggil nama yang terdiri dari 161 kata tersebut dengan ‘Red’. Silahkan menghela napas.
Tinggalkan Balasan