#19 Periawan

September 15, 2014 § Tinggalkan komentar

6 September 2014 boleh jadi merupakan hari paling membahagiakan dalam hidup seorang Periawan. Pada tanggal tersebut, Ia melangsungkan pernikahan dengan khidmat di kediaman mempelai wanita di salah satu sudut kota Palembang. Malam hari pada tanggal yang sama, pesta pernikahan meriah diselenggarakan di gedung PUSRI.

Gue pun turut berbahagia dengan pernikahan salah seorang sahabat terbaik gue ini. Karenanya, gue akan mencoba menceritakan kembali sosok Periawan yang gue kenal mulai dari sekolah menengah atas, kuliah hingga saat ini.

Peri dan Kudanya

Peri dan Kudanya

Pagi itu, di sebuah sekolah yang terletak di pinggiran Jalan Jendral Sudirman, nampak riuh oleh kehadiran siswa-siswa baru yang culun dan polos. Mereka terlihat berbaris dan berjalan dengan patuh mendengarkan instruksi kakak-kakak OSIS yang terlihat lebih sangar daripada emak-emak yang ketinggalan nonton Sinetron Tukang Bubur. Para senior tersebut ternyata menginspirasi gue untuk bergabung dengan OSIS agar kelak gue pun bisa petantang-petenteng di depan junior yang kemana-mana memanggil gue dengan ‘kakak’. Gagal bergabung dengan OSIS, gue menjadi pelanggan setia Alfa*mart demi mendapatkan sapaan ‘kak’ dari penjaganya. Hiks

Usai masa orientasi sekolah, gue harus menempati kelas 10-B. Di sanalah gue bertemu dengan Periawan untuk pertama kalinya. Dia duduk persis di depan bangku gue. Kelang beberapa minggu, gue harus pindah ke kelas baru yang dikelompokkan berdasarkan nilai selama SMP. Di kelas baru ini gue kembali bertemu Peri dan untuk 3 tahun ke depan kami menjadi tablemate.

Kerasukan Jin Dragon Ball

Kerasukan Jin Dragon Ball

Yang paling gue inget tentang Peri selama menempuh pendidikan di SMA adalah ia termasuk anak yang tidak neko-neko, cenderung pendiem, introvert, dan fans garis keras Liverpool. Saking introvertnya, dia kerap kali ketauan ngelamun sambil nyemil semut rang-rang. Selain itu, dia jagoan untuk pelajaran matematika. Beberapa soal yang sulit untuk gue kerjain ternyata dapat diselesaikan Peri dengan memejamkan mata sambil ngupas kulit bawang. Kampret, ini mah guenya aja yang oon :D.

Di kelas, Gue dan Peri dikenal dengan duo pencipta istilah-istilah ‘gaib’. Kami bahkan lebih dulu dikenal dibandingkan Sinta-Jojo. Sayangnya dulu youtube belum ada. Peri handal dalam mencipta dan gue berperan sebagai marketing dahsyat. Kolaborasi maut kami berdua berhasil menciptakan berbagai istilah mulai dari ‘mengenge’, ‘kecipak’, ‘kacang-kacang’ dan ribuan bahkan jutaan istilah yang tidak akan pernah kalian temui di KBBI nya Selo Soemardjan. Hanya siswa di kelas kami lah yang familiar dengan segala penyalahgunaan bahasa Indonesia yang kami ciptakan. Gue tak pernah tahu bagaimana Peri mendapatkan semua ilham dan wangsit untuk istilah-istilah tersebut. Sebagai seorang marketer, tugas gue hanya mendistribusikan semua istilah ke siswa kelas lainnya agar bisa terinternalisasi dalam sebuah simfoni yang mendamaikan hati. Anjay bahasa gue.. Hahaha.

Periawan memiliki jiwa seni yang sangat unik dan luar biasa. Selain piawai dalam membuat istilah, ia juga juara dalam meng(g)ubah lagu, mulai dari ‘menanti sebuah jawaban’ milik Padi hingga lagu-lagu pop-balad Naff. Lirik lagu yang dinyanyikan peri selalu diselipi dengan pernak-pernik detektif ternama, Conan Edogawa. Yoi, doi ngefans banget dengan sang detektif rekaan Aoyama Gosho sampai-sampai kami menyematkan kata ‘OGA’ di belakang kata ‘Peri’ yang diambil dari kata ‘Edogawa’.

Merangkak ke kelas 2 SMA, periodisasi di sebuah organisasi mengharuskan dipilihnya ketua-ketua baru termasuk juga organisasi dimana gue dan Peri bernaung yakni Kerohanian Islam (Rohis). Dengan track record cenderung baik dan tingkah laku yang dianggap paling mewakili maka Peri dipilih menjadi ketua rohis yang baru setelah pemilihan dua putaran diselingi gugatan ke MK.

Sesaat setelah terpilih menjadi ketua rohis baru, mendadak muka peri memerah persis udang yang tengah direbus. Tiba-tiba Rudi Choirudin datang membawa penggorengan. ‘Angkat dan tiriskan’ ujarnya.

Di masa kepengurusannya, Rohis SMA 3 bisa dikatakan mengalami puncak kemajuan. Mulai dari anggota rohis yang berprestasi secara akademik maupun akhlak hingga berbagai pencapaian program kerja yang luar biasa. Karena prestasi tersebut, Periawan digelari dengan ‘Pak Wo’ alias singkatan untuk ‘Pak Ketua’ setelah sebelumnya ia dinamai dengan ‘angel’ merujuk pada namanya ‘peri’ (angel). Agak maksa karena bahasa inggris untuk ‘peri’ harusnya ‘fairy’. Y

Mendekati masa-masa terakhir di SMA, Peri berniat melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Where there is a will there is a way. Ia diterima di Jurusan Teknik Fisika ITB. Dan lagi-lagi, gue berjodoh setelah diterima di Jurusan Kimia di kampus yang sama. Bertiga bersama Vidia, kami mewakili SMA N 3 Palembang untuk menempuh pendidikan di Kampus para teknokrat.

Setelah lulus sarjana, Peri diterima bekerja di Malaysia untuk memerankan tokoh Upin. ‘Macem mane nih kak ros. Seronok Sangat’. Kira-kira seperti itulah dialog yang harus dimainkan Peri selama berada di Malaysia. 1 tahun di negeri jiran, Upin memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Upin harus berpisah dengan Kak Ros. ‘Sedih rasenye’ Cakap Upin.

peri

Sekembalinya ke Indonesia, Peri berniat melanjutkan studi ke jenjang magister. Tepat beberapa waktu sebelum pendaftaran ulang, Ia mengikuti rangkaian tes kerja di salah satu BUMN yang bergerak di bidang konstruksi, rekayasa, dan procurement. Sebut saja Wijaya Karya (WIKA). Dan Voila, Wika menerima Peri sebagai salah satu karyawannya. Bener-bener drama. Lebih drama daripada kisah Aliando dan Prilly. Doi akhirnya memilih Wika sebagai tambatan hati ketimbang melanjutkan studi.

Lebaran 2013 adalah salah satu momen di mana gue dan beberapa temen SMA termasuk Peri membulatkan tekad untuk menikah setahun setelahnya. Kami juga menggarisbawahi sebuah niatan untuk membawa istri masing-masing pada lebaran tahun 2014.

Setelah gue menikah pada April 2014, seperti tak mau kalah, Peri juga bersegera melancarkan misinya. Dalam suatu momen, Ia secara serius meminta bantuan teman kami yang bernama Hafiz untuk mencarikan seorang wanita yang bersegera ingin melengkapi separuh agama. Gayung bersambut, Hafiz membantu Peri untuk mencarikan apa yang dimaksud. Setelah beberapa waktu, Hafiz mengenalkan sesosok wanita teman kuliahnya.

Dengan gagah berani, Peri menyatakan niat untuk menikahi sang permaisuri hati. Bak Haruka yang melihat sosok Naruto, sang wanita pun mengiyakan sambil tersenyum malu disertai pipi yang kemerahan sambil sesekali menggigiti ujung kursi.

Yarra Azilzah nama sosok wanita. Seorang dokter muda dengan paras manis. Tak perlu waktu lama bagi mereka berdua untuk meyakinkan diri masing-masing guna melanjutkan mimpi bersama dalam romansa indah pernikahan.

Dalam balutan putih pakaian daerah, Peri dengan lantang mengucapkan ijab qabul untuk menyunting Yarrah. Alhamdulillah, akhirnya pada tanggal 6 September keduanya diikat oleh sebuah perjanjian yang berat. Gue pun turut senang berada di antara mereka. Menyaksikan seorang sahabat yang mengakhiri masa lajangnya adalah sebuah kebahagiaan karena mereka kini tidak lagi menjadi objek bully nomer satu mewakili kaum jomblo :D.

Sah...

Sah…

20140906_101452Namun tak ada hadiah dan persembahan seorang sahabat kecuali doa yang mengiringi sebuah pernikahan. Lebih-lebih doa yang saudaranya sendiri tidak tahu jika ia sedang didoakan. Congratulation my best buddy¸ now you are a real man.

Acara Resepsi pun tak kalah heboh :D.20140906_20500420140906_203939

Iklan

Tagged: , ,

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading #19 Periawan at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: