Yang tak Berubah
Agustus 12, 2014 § 1 Komentar
Ada hal-hal yang tak berubah seiring menuanya usia bumi. Ia tetap bertahan dalam posisinya. Terkadang siklus kehidupan mengikis dimensi fisiknya namun secara makna ia rigid. Jauh lebih stabil daripada artis yang suka lepas-pasang jilbab. Idul fitri kemarin menjadi saksi bagaimana ‘kekekalan’ tersebut berlaku. Bukan hanya termodinamika saja yang boleh memiliki hukum kekekalan. Beberapa hal ini juga ‘kekal’ setidaknya buat gue.
Dari tahun 2003, kekonyolan yang dibalut dengan rasa persahabatan yang lebih kental daripada kuah mie sedap kari ayam selalu menyelimuti pertemuan bersama teman-teman sekolah menengah atas. Katanya sih persahabatan tak mengenal usia. Tak perduli seberapa cepat waktu bergulir, segala kegilaan bersama sohib SMA adalah salah satu momen yang mengabadi. Bayangkan saja mulai dari hari-hari yang diisi wajah culun berseragam abu hingga sebagian sudah menikah dan membawa bayi, tingkah laku manusia-manusia pada gambar di atas tak berubah. Yang jayus tetap jayus. Yang heboh masih sama. Ya, karena bagi kami usia hanyalah angka angka yang berderet. Bertambahnya usia tak mengubah perilaku sosok yang pernah hadir setiap senin-jumat selama 3 tahun.
Selain momen bersama sahabat, kehangatan berkumpul bersama keluarga juga tak pernah berubah. Setiap tahun berkumpul bersama keluarga dalam momen idul fitri menjadi energi tersendiri untuk menapaktilasi kisah masa kecil, melihat tumbuh kembang keponakan dan canda-tawa renyah bersama ibu dan kakak-kakak diselingi tangis dan riuh rendah bocah-bocah yang bersautan.
Tahun ini kami tak bersama dengan ayah. Beliau selaku kepala keluarga yang senantiasa memimpin ‘seremoni’ idul fitri setiap tahunnya harus menghadap Allah terlebih dahulu. Kehadiran istri saya dalam keluarga besar kami semoga menjadi pelipur lara untuk menutupi kehilangan sosok sang jagoan pertama.
Keluarga dan sahabat adalah dua faktor yang menjadi magnet untuk selalu ingin kembali ke kampung halaman. Kehadiran mereka menjadi hawa dingin untuk menyejukkan teriknya Kota Palembang. Alhamdulillah gue ga butuh adem sari kalo begini.
Satu hal lagi yang tak berubah selama idul fitri adalah THR. Ssst.. Suka tidak suka, sadar tidak sadar, para kurcaci itu akan menghantui lo dengan todongan dan rengekan
‘Om, THRnya mana?’
Senin-jumat??? Sampe sabtu kaliiii eh minggu juga kaliii hahaha..