Your body Language Shapes Who You Are
Februari 13, 2014 § Tinggalkan komentar
Salah satu anestesi kebosanan gue dalam menghadapi rutinitas yang menjemukan, tugas-tugas kantor yang melelahkan, serta kehidupan yang datar, diam pada tempatnya adalah dengan menonton video-video yang menginspirasi dan menambah pengetahuan.
Ada begitu banyak video yang mengelaborasi pemahaman kita tentang sains, teknologi, seni, budaya dll. Salah satunya adalah “malam minggu miko”. Menurut lo?
Gue pribadi lebih sering menyaksikan video-video yang diputar di salah satu situs yang dikenal dengan TED (technology, education and design). TED berisi kumpulan hasil pengamatan, penelitian para expert di bidangnya yang menyampaikan ide-ide fresh dan out of the box.
Salah satu video paling populer di TED adalah hasil penelitian yang disampaikan oleh seorang social psychologist, Amy Cuddy tentang bagaimana bahasa tubuh sangat mempengaruhi karakter seseorang. Video yang “dipajang” di TedTalks pada bulan Oktober 2012 ini telah ditonton lebih dari 14 juta orang. Judul Asli Video ini adalah “Your Body Language Shapes Who You Are“
Apa yang dijelaskan oleh Amy Cuddy?
Pemahaman selama ini mengajarkan bahwa wajah, gerak tubuh adalah monitor dari perasaan atau emosi yang sedang kita rasakan. Saat marah, seseorang akan menunjukkan ekspresi cemberut dengan menegangkan otot di muka dan mengkontraksikan otot di sekitar mata. Mereka yang sedang gembira akan mengekspresikan perasaan tersebut dengan senyum terkembang bahkan tertawa lepas atau mereka yang tengah berpikir akan senantiasa mengernyitkan dahi dan memfokuskan mata pada suatu titik.
Riset tentang “pride” yang dilakukan oleh Jessica Tracy menjelaskan bahwa seseorang yang berada pada posisi menang atau bangga terhadap sebuah pencapaian akan membuka tangan membentuk huruf “V” dan menaikkan dagu. Ekspresi bahasa tubuh ini tidak diajarkan atau ditularkan. Bahkan para tuna netra pun mengekspresikan power atau kemenangan dengan cara yang sama.
Hasil riset di atas semakin memperkuat teori bahwa wajah dan gesture adalah display dari perasaan dan emosi yang tengah kita rasakan.
Ternyata sains membuktikan hal baru di luar pengetahuan kita. Dalam sebuah penelitian dijelaskan bahwa orang-orang yang dengan sengaja membuka mulut mereka dengan lebar (atau kalian bisa mulai mencoba menggigit pulpen secara horizontal hingga gigi kalian nampak) serta memposisikan ekspresi mereka pada kondisi tersebut akan cenderung merasa lebih bahagia. Jadi, wajah tidak hanya menjadi layar bagi emosi yang sedang dirasakan namun mekanisme sebaliknya juga dapat terjadi. It goes both way. Percobaan tersebut dikenal sebagai sebuah tindakan untuk memanipulasi perasaan.
Bahasa tubuh merupakan sarana komunikasi sama halnya dengan bahasa verbal. Para psychologist menyebut bahasa tubuh sebagai bahasa non-verbal yang menjadi tools untuk berkomunikasi dan menghasilkan sebuah interaksi. Contoh sederhana adalah ketika seseorang menguap maka lawan bicara akan mendapati bahwa orang tersebut tengah mengantuk dan besar kemungkinan ia tidak mau diganggu.
Jadi tidak perlu teriak-teriak ke lawan bicara dan mengucapkan sumpah serapah saat kita sedang tidak ingin sendiri. Cukup dengan menguap kita sudah menyampaikan informasi serupa kepada orang di sekitar kita.
Bahasa tubuh atau bahasa non verbal memainkan peranan penting dalam komunikasi. 70% ketersampaian informasi berasal dari bahasa tubuh, 20% dari intonasi dan 10% dari kata yang diucapkan.
Lalu hal detail apa yang dijelaskan oleh Amy?
Amy menjelaskan penelitian tentang “two minutes pose”, dua menit pose yang mempengaruhi pikiran. Ia ingin membuktikan bahwa bahasa tubuh sangat berpengaruh terhadap apa yang kita pikirkan dan rasakan.
Amy membagi volunteer penelitian menjadi beberapa kelompok yang ditempatkan di ruangan terpisah. Salah satu kelompok harus menunjukkan bahasa tubuh dengan penuh kemenangan, membentangkan tangan, menaikkan dagu dan tersenyum selama dua menit. Sementara kelompok lain harus berpose dengan menutup tubuh, meringkuk, insecure dan bahkan menelungkupkan kepalan tangan ke leher. Masing-masing dilakukan selama dua menit.
Seusai melakukan pose tersebut, para volunteer diambil saliva (liurnya) untuk mengetahui kandungan hormonnya. Amy menganalisa dua hormon yang berpengaruh pada perilaku yang berhubungan langsung dengan bahasa tubuh para peserta penelitian, testosteron yang berkaitan denan sifat dominasi dan kortisol yang mempengaruhi tingkat stres seseorang.
Seorang dengan power, percaya diri, berani mengambil resiko adalah orang-orang yang memiliki tingkat testosteron yang tinggi dan diikuti oleh tingkat kortisol yang rendah. Definisi tersebut digunakan untuk pemimpin yang berani dan memiliki tingkat stres cenderung lebih tidak reaktif.
Peserta penelitian yang sebelumnya berpose dengan tangan terbuka, menaikkan dagu (high pose) memiliki kandungan testosteron meningkat 20% dan penurunan kortisol sebanyak 25%. Sementara mereka yang berpose menutup diri (low pose) memiliki penurunan testosteron 10% dan kenaikan kortisol 15%.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa peserta penelitian yang sedari awal melakukan pose selama dua menit dengan membentangkan tangan dan membuka diri akan memiliki level keberanian, kemampuan mengambil resiko dan memiliki jiwa kepemimpinan disertai tingkat ketahanan setres yang lebih baik daripada mereka yang melakukan pose sebaliknya.
Untuk memvalidasi hasil riset tersebut tidak hanya berlaku di skala lab, Amy melakukan riset dengan mengamati situasi karyawan yang tengah mengikuti interview.
Kebanyakan calon karyawan menutup diri saat hendak melakukan proses interview. Mereka nyaman dengan gadgetnya, bersikap introvert (tergambar dari gesture yang ditunjukkan) dan “melipat” diri sekecil mungkin. Amy pun melakukan riset yang sama dengan meminta para interviewee tersebut melakukan high-low pose sebelum proses interview dilakukan.
Proses interview tersebut dilakukan selama 5 menit dengan para interviewer yang sudah dilatih. Untuk mengamati aktifitas para calon karyawan maka proses interview akan direkam. Hasil rekaman tersebut ditunjukkan kepada pada ahli sandi (coder) yang “buta” terhadap kondisi pengamatan. Para coder ini diminta untuk memilih calon karyawan manakah yang kemungkinan besar akan direkrut oleh perusahaan berdasarkan proses interview yang mereka saksikan lewat rekaman. Seperti sudah ditebak, coder menunjuk mereka yang melakukan high pose sebagai orang-orang yang layak untuk direkrut.
Jadi, seperti itulah perilaku bahasa tubuh manusia. Ia dapat sangat berpengaruh terhadap karakter seseorang. Hanya dengan pose yang dilakukan selama dua menit, respon otak akan memberikan hasil yang berbeda. Jadi, mulai sekarang mari kita bersikap dengan bahasa tubuh yang “terbuka”, menegakkan kepala, membuka bahu lebar agar dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Apakah kalian akan mencoba dua menit yang mengubah diri anda? Try it…
*Video lengkap Amy Cuddy di TED dapat kalian lihat di link berikut
Sumber Gambar
Tinggalkan Balasan