Aku, Dia dan OPPO N1

Oktober 24, 2013 § 10 Komentar

Aku & OPPO N1

Gue berlari dengan peluh membasahi kemeja yang tampak semakin lusuh. Mengejar kereta yang hampir meninggalkan stasiun Depok Baru. “Hffft” gue menghela napas.

Seperti inilah aktifitas gue sehari-hari. Beradu dengan ganasnya ibukota demi mengejar gerbong-gerbong besi yang berjajar di sepanjang peron. Dan untuk kesekian kalinya gue nyaris terlambat masuk kereta tujuan.

Suasana di dalam kereta tidak kalah sengit. Desak-desakan sudah menjadi hal yang mutlak. Semua bau bercampur menjadi satu. Siapa yang tahu jika sirkulasi udara di dalam kereta ini adalah reaksi kimia antara oksigen dan amoniak. Namun seperti apapun kondisinya, kereta ini lah satu-satunya harapan untuk menghindari kemacetan di Jakarta.

Mengamati aktifitas penguni kereta adalah secercah kebahagian di tengah sesaknya kereta. Ada yang tertidur, sebagian memainkan smartphonenya dan sebagian lagi memilih berdiskusi renyah dengan rekanan hingga mata gue berhenti di salah satu sudut gerbong. Seorang wanita dengan jilbab biru teruntai tengah membaca sebuah buku. Di saat yang bersamaan seorang ibu-ibu tua mencoba meraih lengan gue agar keseimbangannya tetap terjaga. Pandangan gue tak terlepas dari sang wanita sembari mengamati buku apa yang ia baca. Hikmat, ia membaca “outliers”. Buku best seller karangan Malcolm Gladwell. Sejenak gue berpikir bahwa wanita itu adalah mahasiswi psikologi.

“Woi ngeliatin apaan lo”

Tersentak gue kaget ketika seseorang dengan suaranya yang cempreng memecah konsentrasi.

“Astaga lo bikin kaget aja” jerit gue sambil sewot.

Ternyata gue berdiri berdekatan dengan Wahyu, temen kuliah gue yang freak banget dengan gadget. Dia bahkan melengkapi namanya menjadi Wahyu “gadget” kurniawan. Anak satu ini memang rusuh. Dia selalu bikin kehebohan dalam keheningan. Bahasa gue puitis abis.

“Eh, gue ada info gadget baru nih” Wahyu tetiba mengeluarkan sebuah ponsel berwarna putih dengan desain unik dari dalam tasnya tanpa diberi aba-aba.

“Apaan sih lo, tiba-tiba ngomongin handphone!!” gue mencoba menanggapi sambil terus memandangi  wanita berkerudung biru.

“Sini deh men, gue kasih tau lo barang bagus. ini ponsel baru dengan kualitas ungulan. Merknya Oppo”. Wahyu menjelaskan tanpa tedeng aling-aling.

“OPPO, Apaan tuh? Baru denger gue!” nyebelin juga nih orang, ujar gue dalam hati. Ganggu proses pengamatan aja.

Bak seorang sales promotion boy Wahyu mendeskripsikan OPPO dengan sangat detail. “OPPO itu ponsel keluaran China yang baru masuk pasar Indonesia pada April 2013. Sebelum datang ke Indonesia, OPPO sudah terlebih dahulu singgah ke Amerika, Vietnam, Thailand, Rusia dan Qatar.” Wahyu masih mencoba menjelaskan panjang lebar.

“Terus apa hebatnya” gue mencoba setengah hati menanggapi penjelasan dia tentang OPPO.

“Nah, sekarang gue kenalin lo ke generasi terbarunya, OPPO N1. Ponsel yang baru launching di pertengahan Oktober ini memiliki teknologi kamera yang bisa berputar 206 derajat dan kualitas gambar HD, cukup memenuhi spesifikasi lo yang doyan fotografi.” Wahyu menimpali.

“Oh serius lo. Terus apa lagi?”

OPPO N1 dibekali dengan RAM 2 GB dan memiliki “Distance Sensor”. Jadi lo bisa moto orang dengan kendali jarak jauh hingga 50 meter. No More camera timer. Selain itu OPPO dibekali dengan teknologi O-Touch Panel dan Color OS. Dua inovasi yang belum dimiliki ponsel lain di dunia maupun di akhirat”. Wahyu masih menjelaskan dengan sedikit lebay.

Tidak kerasa, gue kebawa suasana penjelasan tentang gadget baru tersebut. Tanpa disadari kereta telah melaju saat mata gue mencari sosok gadis berkerudung biru yang telah hilang bersama dengan laju kereta. Argh, entah mengapa gue merasa kehilangan. Wanita ini bener-bener misterius. Ia begitu saja hadir dan tetiba mengisi hati gue bak kisah FTV picisan.

Oke, besok gue harus ketemu dia lagi. Gue harus tahu dia turun dimana dan kalo mungkin gue ajak dia ke penghulu buat menikah. Lo pikir ini sinetron. Tetiba kata-kata Paulo Coelho terngiang di kepala gue “If you really want something, then world will conspire to help you to achieve it”.

Entah mengapa besarnya rasa penasaran terhadap gadis berkerudung biru tetap saja bisa teralihkan oleh fitur canggih dan kerennya OPPO N1.

Gue yakin, ini bak sinyal/pertanda seperti apa yang terkisah dalam  “The Alchemist”. Gue merasa terdapat chemistry antara gue, OPPO N1 dan gadis berkerudung biru. Gue langsung berburu OPPO N1. Setelah mempelajari fiturnya secara seksama, gue berkata “iya” untuk membelinya. Kebetulan hape gue yang lama udah soak.

Keesokan harinya, gue bangun lebih awal. Naik dari stasiun, gerbong dan jadwal keberangkatan yang sama. Cuma semangat gue yang beda.

Sesaknya suasana di dalam kereta seolah tak berasa. Mata gue hanya fokus mencari sudut gerbong. Voila, gadis itu persis berada di posisi yang sama dengan kemarin. Kali ini ia memadupadankan kerudung pink dengan rok jeans dan kemeja biru. Wah hari itu dunia seakan jauh lebih indah dari biasa. Gue seketika langsung teriak bahagia, loncat-loncat di dalam kereta. Sayup terdengar alunan merdu “Nothing gonna change my love for you” nya George Benson. Oke, gue lebay.

Cinta sejati itu sederhana. Tidak pernah rumit. Ia adalah penggalan dari misteri-misteri yang berulang. Gue sangat dan amat yakin bahwa gadis ini sepertinya jodoh gue. Dengan teknologi kamera oppo dan kualitas gambar HD, gue berhasil menjadi stalker handal. Dari jarak yang tidak begitu jauh, gue mencoba mengambil gambarnya yang sedang asyik dengan “Digital Fortress” Dan brown. Foto gadis tersebut akhirnya tersimpan di memori OPPO N1.

“Gotcha” gue sedikit berteriak saat berhasil menyimpan piksel-piksel gambar ke dalam memori OPPO N1. Saat gue sadar, banyak mata yang memandang sinis karena merasa terganggu dengan teriakan gue yang fals, termasuk sang gadis. Ia pun menatap gue lekat. Seakan sadar bahwa seseorang tengah memandangnya dalam.

Lidah gue tercekat, saat mata kami beradu pandang. Keanggunan wajahnya benar-benar bikin jantung gue meleleh. Gue pun langsung menunduk untuk menutupi raut muka yang semakin memerah.

Kereta pun berhenti di stasiun palmerah. Sang gadis ikut turun bersama penumpang lainnya. Sebelum turun ia sempat memandang sekilas ke arah gue dan seolah ingin mengatakan sesuatu. Gue pun hanya terpana ketika sekelebat ia kembali hilang tertelan oleh laju kereta yang menuju stasiun tanah abang, tempat persinggahan gue.

“Oke, beda satu stasiun doang. Besok gue harus berani kenalan.” Gue bergumam.

Hari berikutnya, dengan semangat membara bermodalkan foto kualitas HD yang ada di memori hape, gue kembali menaiki kereta di gerbong yang sama seperti kemarin.

Tapi ada yang beda hari ini, sudut gerbong tidak menunjukkan adanya tanda jilbab yang teruntai. Hanya seorang bocah lucu yang memamerkan giginya yang baru tumbuh ke arah gue yang memang masih terpaku.

Wanita itu tak nampak.  Dan, pemandangan di dalam kereta juga berbeda dari biasanya. Kereta ini tak sesak dan penumpangnya pun tidak mengenakan baju kemeja rapih. Sial, ternyata ini hari minggu. Gue terlalu bersemangat hingga tidak menyadari hari tersebut adalah hari libur.

Senin pagi hari ini jauh terasa lebih indah daripada senin pagi selama 25 tahun hidup gue sebelumnya. Tidak lain tidak bukan karena gue akan bertemu lagi dengan gadis berkerudung biru. Dengan baju paling rapih dan semangat 45, gue melangkah keluar dari pintu rumah dan bersiap menuju stasiun dibekali keberanian membuncah.

Untuk mengabadikan gagahnya gue hari ini, gue puter kamera OPPO N1 menjadi kamera depan dan bernarsis ria untuk selanjutnya gue  upload di instagram #semangat #future dan tidak lupa unggah di path. Iya, gue ga mau kalah sama syahrini.

Tiba di dalam kereta, mata gue kembali langsung tertuju pada sudut kereta. Tapi kali ini perasaan gue ga enak. Tidak ada gadis itu di dalam kereta. Gue mencari setiap sudut gerbong kereta, benar adanya ia tidak ada disana. Gue pastiin kalo itu adalah hari senen.

Tak lelah, gue berharap dia akan turun di stasiun palmerah. Tapi Tuhan berkata lain. Ia ternyata benar-benar tidak terlihat keluar dari gerbong kereta.

“Mungkin di gerbong lain” Gue meyakinkan diri sendiri. Gue paksain untuk turun di stasiun tersebut. Menunggu dan berharap siapa tau dia melewati stasiun ini dan bertemu di pintu keluar. Cinta tidak bisa menunggu, pikir gue.

Gue pun merogoh saku untuk memberikan info ke bos kalo kucing gue mati dan harus dimakamkan pagi ini juga. Alesan bolos kantor yang gue rasa sangat absurd. Ketika meraba saku celana, gue  baru sadar ternyata ponsel gue tidak ada di tempatnya. “God, I lost my phone”

OPPO N1 yang baru gue beli, lenyap. Gue mencari sekitar dan yang ada hanyalah deru dan jejak kaki para penumpang kereta. Dengan langkah gontai dan semangat yang memudar, gue berjalan menyusuri rel. Berharap Doraemon hadir di depan gue sambil membawa tongkat ajaibnya dan menyapa gue dengan lembut

“Ada yang bisa ibu peri bantu wahai pemuda nelangsa?” Like hell, ini kisah Doraemon apa ibu peri!.

Gue melangkah menuju bagian informasi dan melaporkan kehilangan handphone yang baru saja gue alami.

“Oh anda kehilangan handphone” sahut petugas di bagian informasi.

“Iya pak” Jawab gue dengan wajah lesu bak anemia stadium lima.

“Anda memang masih beruntung. Anak itu (sambil menunjuk seorang anak dengan seragam putih-biru) baru saja melaporkan penemuan hape dengan ciri-ciri seperti yang anda sebutkan” Petugas tersebut coba menjelaskan dengan seksama.

Gue ambil handphone tersebut yang diserahkan langsung oleh Pak Petugas Stasiun. Kemudian kami bersalaman untuk kemudian gue berijab qabul dengan lantangnya. Terus aja lo bikin cerita ngaco!.

Setelah mengucapkan terimakasih pada petugas informasi, gue langsung menghampiri bocah tersebut yang kelihatannya sedang menunggu sesuatu.

“Kamu, kok bisa menemukan handphone ini” Tanya gue.

“Iya kak, sepertinya aku berjodoh dengan dia. Hanya maut yang bisa memisahkan kami berdua”. Woi bocah, kenapa lo jadi alay gini.

“Kakak menjatuhkannya sesaat turun dan tergesa lari dari kereta. Karena saya tidak bisa mengejar kakak, makanya saya menitipkan pada petugas yang berwenang di stasiun” Sang anak berseloroh.

“Oh iya kak, tadi waktu saya mengambil ponsel kakak yang terjatuh, Saya melihat lock screen-nya gambar wanita cantik dengan kerudung biru. Itu istri kakak?” Tanya sang anak tanpa ragu.

“Ummm bukan, tapi kakak hampir kehilangan ponsel karena mengejar perempuan itu. Ahh kamu belum mengerti cinta, dik.” Gue mencoba memberikan penekanan sambil garuk-garuk kepala.

“Oh” gumam si anak.

“Berarti kakak harus siap bersaing dengan banyak pria lainnya. Karena kakak saya memang banyak penggemar”.

“Apa lo bilang, dik?”

Gue tercekat, antara senang, dan bingung. Ternyata jika jodoh memang tak lari kemana.

“Dik tunggu, anter gue ke kakak lo!!”

Iklan

Tagged: , ,

§ 10 Responses to Aku, Dia dan OPPO N1

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Aku, Dia dan OPPO N1 at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: