Euforia (Euphoria)

September 13, 2013 § 4 Komentar

euphoriaHidup ini hanyalah pergiliran antara episode senang dan sedih. Bahagia dan gunda gulana. Gegap gempita dan keluh kesah. Hanya dua hal itu saja. Jadi tidak usah meradang penuh murka ketika kesedihan melanda, karena akan ada pelangi selepas petir menggelegar, awan kelabu, dan derasnya hujan. Karena saat paling gelap adalah pertanda akan terbitnya mentari pagi.

Pun sama halnya dengan bahagia. Usahlah berlebihan saat suasana sedang menebarkan pesona. Karena usia kebahagiaan selalu dekat dengan lamanya kesedihan. Bahagia selalu diiringi oleh sedih yang mengikuti. Ia bersembunyi, harap menanti kapan saatnya ia tiba, menerkam kebahagiaan dan merubah kisah gelora menjadi bayang kelam.

Pernah mendengar istilah euforia atau euphoria?

Technically, euphoria is an affect, but the term is often colloquially used to define emotion as an intense state of transcendent happiness combined with an overwhelming sense of contentment. It has also been defined as an “affective state of exaggerated well-being or elation.”

Tuh, definisi euphoria dalam bahasa inggris atau yang lebih kita kenal dengan “euforia”. Suatu keadaan atau perasaan bahagia yang meluap-meluap atau berlebihan. Asal katanya diambil dari bahasa yunani.

Mari menapaktilasi setiap penggalan kisah yang pernah terlewati dalam fasa kehidupan kita. Berapa sering kita melewati apa yang disebut dengan euforia. Bahagia secara berlebihan, terkespresikan dalam wujud yang terkadang menjijikkan dan menjemukan, bahkan membuat orang lain kesal. Mulai dari kenaikan kelas, diterima di PTN favorit, menjuarai lomba-lomba yang diadakan di kampus, diterima bekerja di perusahaan nomor wahid, menikah dengan wanita idaman, punya anak dan seterusnya.

Lihat saja bagaimana para ABG alay yang corat-coret baju seusai ujian akhir nasional. Lulus atau tidak adalah urusan kedua, yang pertama dilakukan adalah bereuforia karena ujian sudah selesai. Coret-coret baju, konvoi dan another bizarre either silly thing. 

Ada kalanya kita mengalami euforia bahkan tidak dalam momen yang tersebut di atas. Buat mereka yang senang berkelana, bisa jadi pamer bagaimana keindahan mentari terbenam di atas semeru adalah wujud kebahagiannya. Untuk yang gemar berbelanja, pamer tas dengan tulisan “Zara” atau “louis vitton” menjadi ekspresi euforia mereka.

Mengapa euforia? Karena tidak jarang refleksi kebahagiaan tersebut dicitrakan secara berlebihan. Lalu setelah itu apa? Semuanya lenyap, menguap mengudara. Kebahagiaan tersebut hanya sesaat terasa. Sisanya hanya berupa kehampaan yang tak bernyawa.

Menurut teori psikologi, tidak ada kebahagiaan yang datang dari luar dapat bertahan secara lama. Berdasarkan penelitian Dan Ariely yang termuat dalam salah satu video TED, orang yang mengalami amputasi dan mereka yang memenangkan undian lotere 1 juta dolar, memiliki tingkat kebahagiaan yang sama setelah dua tahun proses kebahagiaan/kesedihan tersebut terjadi pada mereka. Jadi gue, elo, kita semua menjadikan euforia sebagai bagian dari kehidupan kita. Sadar atau tidak.

Kebahagiaan yang diumbar secara berlebihan dan tidak pada tempatnya hanya meninggalkan sisa-sisa yang sejatinya membuat orang antipati dan tidak perduli.

Kebahagiaan yang sebenarnya datang dari dalam diri, bukan pengaruh aspek-aspek luar. Jadi manage rasa bahagia dengan tidak terlalu mengumbar apa yang terjadi.

Euforia beririsan dengan narsis. Lihat saja di antara mereka yang perdana ke luar negeri dan mereka yang paspornya sudah penuh cap imigrasi, mana yang lebih sering mengaktualisasi dirinya dengan meng-update foto, status, lokasi di media sosial? Di antara mereka yang berhasil menaklukkan gunung-gunung tertinggi di Indonesia dibandingkan dengan para anak bawang yang baru berhasil menaklukkan semeru, itu pun karena termotivasi oleh film 5 CM, mana yang lebih sering bercerita berkoar tentang petualangan pendakiannya?

Itulah euforia, ketika kesenangan sesaat diumbar terlalu berlebihan. Euforia menjangkiti mereka yang biasanya melihat sesuatu yang baru dan tanpa terkendali ingin berbagi kepada orang lain yang sering kali tidak perduli.

Duh, kalian pasti sering melihat freak people yang lagi hot-hotnya seusai menjalani prosesi pernikahan. Wiii, seluruh dunia sepertinya mesti tahu kemesraan dan romantika mereka. Come on dude, be mature. Moso abis nikah masih ga dewasa juga. Kalian sedang mengalami euforia.

Sah-sah saja dengan euforia. Karena tidak ada undang-undang yang melarang seseorang merayakan kebahagiaannya, mengumbar ekspresi rasa. Selama tidak berlebihan. Proporsional saja. Seperti apa batasan proporsionalnya? tanya hati masing-masing, karena hati adalah tempat terbaik untuk menimbang, menilai dan memberikan jawaban.

And eventually, We are euphoria man-woman living in completely marvelous world. So please dude. Stop acting as new born, crying, overwhelming on your happiness. Because everything gonna instantly fade.                

Iklan

Tagged: , ,

§ 4 Responses to Euforia (Euphoria)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Euforia (Euphoria) at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: