5 Alasan Kenapa Korea Utara Tidak Akan Menyerang

April 25, 2013 § 1 Komentar

“Jar gimana kondisi di sana? Aman?”

“Eh gimana di Korea? Nggak serem tuh? Balik aja kenapa sih?”

“Selamat ultah Jar, semoga ga kena nuklir.”

OK, sebelum mulai bercerita, saya akui bahwa kalimat terakhir adalah ucapan selamat paling membuat merasa gagah yang pernah saya terima, yang maskulinitasnya mungkin hanya bisa ditandingi oleh mereka yang dulu berulang tahun di sekitar Chernobyl, dan saya menyukainya.

Mungkin sebenarnya saya harus berterimakasih kepada Kim Jong Un karena beliau telah membuat April tahun ini menjadi April yang paling menyenangkan dalam hidup saya; di mana saya sungguh merasa dicintai oleh teman-teman yang masih memperhatikan kelangsungan hidup saya. Thank you Dear Supreme Leader!

See? He’s not so bad. Gadis-gadis senang berada di dekatnya.

Walaupun begitu, sepertinya saya perlu menjelaskan ke teman-teman yang penasaran dan atau khawatir dengan keadaan di sini, agar teman-teman tidak terlalu takut (atau bahagia) akan ancaman perang nuklir.Plus, supaya teman-teman sekalian yang berada di Korea Selatan dan/atau sering ditanya handai taulan yang khawatir mengenai situasi di Korea Utara dapat menjawab dengan sistematis menggunakan artikel ini.

1. Kalau Kata Luna Maya : “Sudah Biasa”

“Korea Utara menyatakan perang! Mencabut perjanjian genjatan senjata! Mulai mengarahkan misil ke Korea Selatan, Guam, Washington DC dan Antartika!”

Well, bagi orang-orang yang tidak tinggal di Korea mungkin ancaman ini terdengar sangat serius dan mengkhawatirkan, apalagi bagi orang-orang yang tinggal di negara yang aman damai tenteram seperti Indonesia, yang konflik paling parahnya cuma memaki-maki negara lain di dunia maya. Namun bagi yang tinggal di Korea, ancaman-ancaman dan provokasi seperti ini sudah biasa. Sudah sering. Malah sebenarnya mungkin terlalu banyak, sampai ada halaman wikipedia yang khusus mendaftar provokasi-provokasi  iniSeriously.

Speakin’ bout missile, they actually FIRED some and hit South to provoke on 2010. Sudah biasa.

Seperti yang ditulis di halaman wikipedia tersebut, provokasi yang mereka lakukan beragam, mulai dari menembaki kapal nelayan Korsel, menginfiltrasi Seoul untuk membunuh Presiden, sampai yang aneh seperti “menyandera” sebuah kapal.

Di sini lah maksud “sudah biasa” kami tadi. Rakyat Korsel sudah sering menerima ancaman, bahkan sering disertai aksi provokasi yang “serius” menurut warga dunia lainnya. Namun bagi mereka ini biasa. Gimana nggak biasa? Dibandingkan ancaman kemarin yang cuma omdo, mereka sudah pernah merasakan ancaman lebih serius seperti ditembaki, istana presidennya diserang, pesawatnya diledakkan, dan lain lain. Sudah biasa.

Tetapi seperti dicontohkan oleh teman-teman dan keluarga saya yang budiman, dunia luar yang tidak biasa dengan kejadian seperti ini menanggapinya dengan panik dan berlebihan. Yah, siapa yang nggak takut dan terpengaruh kalau tiap hari detik.com bikin berita dengan judul aneh-aneh.

If I get the opportunity, I’ll roundhouse kick the editor for makin’ my mom panicked

Dan teman-teman pasti bingung apa maksud dari provokasi-provokasi dan ancaman-ancaman ini. Berdasarkan pengalaman, ujung dari ancaman-ancaman ini adalah harapan bahwa pemerintah Korea Selatan akan mencoba “menjinakkan” mereka dengan uang dan beras, seperti yang terjadi biasanya. Dan biasanya pemerintah Korea Selatan menyanggupinya. Kenapa? Well, mereka sadar bahwa keadaan ini sangat buruk bagi bisnis dan turisme. Sedikit banyak orang-orang akan terpengaruh oleh bombardir berita “mengerikan” tentang situasi di Semenanjung Korea dan menjadi enggan berbisnis atau berlibur di Korea

Yang akan membawa kita ke poin berikutnya.

2. Ini memang cuma Development Policy mereka.

Dunia adalah tempat di mana semua negara menawarkan apa yang mereka punya untuk dibarter dengan produk negara lain untuk menjamin kelangsungan hidupnya dan menarik keuntungan. Dunia bisa diibaratkan seperti sebuah kampung, sebuah komunitas di mana setiap penduduknya mengasah skill masing-masing dan bekerja sesuai keahlian dan visinya untuk menjamin dapur tetap mengepul. Penduduk yang memiliki keahlian dan visi akan mempunyai produk dan akhirnya bargaining position yang lebih baik.

As seen on TV.

Dan Korut, dengan segala kebijaksanaannya, dalam mencari apa yang menjadi keunggulannya untuk “ditawarkan” kepada dunia luar untuk mendapat profit, menurut saya jauh lebih bervisi dari Indonesia. Korut sangat cerdas dalam menempatkan dirinya di dunia, sebagai PREMAN.

Amerika jualan teknologi dan film, Cina jualan manufaktur murah, Jepang jualan robot seks semi-intelligent, Eropa jualan bangunan-bangunan indah, dan Indonesia masih bimbang antara jualan manusia atau sumber daya alam. Korut tidak mau pusing-pusing memikirkan itu semua. Mereka dengan tenang mengambil pilihan semua orang yang terhimpit keadaan di tengah tetangga-tetangganya yang kaya : Memalak!

Seperti Pelita dan Repelita jaman Jenderal Besar kita, Korea Utara juga mempunyai skema yang kurang lebih mirip dengan Indonesia, hanya saja mereka menambahkan kata “senjata” atau “perang” di semua tahapnya. Dan setelah melihat dan mempelajari polanya, kami harus mengakui bahwa strategi mereka sedikit lebih unggul dibanding Negeri Zamrud Khatulistiwa.

Rencana Pembangunan Lima Tahun Korea Utara. Jenius.

3. Namanya Juga Mass Media

Dan semua kegilaan ini, diperparah dengan provokasi media massa, yang tujuannya memang untuk mencari oplah demi meraih keuntungan juga.

Well, conspiracy theories aside, dengan logika sederhana saja, mana yang akan dipilih media saat mereka disuruh memilih antara berita berikut ini :

“Korea Utara lagi-lagi mencoba memalak untuk kesekian kalinya dalam rangka mencari beras gratisan. Silakan abaikan.”

Atau ini :

Kaskus, where 13 years old asocial dorks with laptop can become a popular journalist by using provocative words alone.

Jelas sekali bahwa media pasti akan memilih berita yang kedua, yang lebih meningkatkan oplah karena lebih besar sensasinya di masyarakat. Sudah pasti media tidak akan melaporkan bahwa situasi di Korea Selatan sangat biasa, damai, tenteram, dan cenderung tidak peduli dengan Korea Utara.

Tidak akan ada yang melaporkan bahwa di sini hampir tidak ada yang membahas tentang hal ini sama sekali. Pelajar tetap belajar, pekerja tetap bekerja, mahasiswa tetap menjadi budak profesor, TKI tetap jadi budak majikan, cewek-cewek Korea masih…..ah, sori malah curcol jadinya.

Eh, cewek-cewek Korea….AAARGH stupid brain stop mentioning them!!!

4. Mereka nggak punya uang.

Jawab cepat, apa komponen utama kesuksesan sebuah perang?

Kalau Anda menjawab keberanian dan semangat juang, well, saya akui dengan sepenuh hati bahwa Anda sangat idealis dan jantan, tapi sayangnya, sepertinya Anda tidak cocok menjadi Presiden.

Kecuali di Korea Utara, di mana keberanian dan semangat juang mengalahkan gelapnya malam.

What? You call me coward and not nationalist enough? Capitalist? Bagaimana dengan ini : total anggaran pendingin ruangan (AC) tentara Amerika di Irak dan Afghanistan setahun saja : 20.2 miliar dolar, yang sama dengan 2 kali lipat estimated national budgetnya Korea Utara (APBN), dan sama dengan subsidi BBM Indonesia tahun 2012-2013 yang sempat hampir membawa Indonesia ke anarki demonstrasi itu.

Perang itu mahal, saudara-saudara. Marcus Tullius Cicero tidak bohong ketika mengatakan, “The sinews of war are infinite money”, atau, “Otot dari peperangan adalah uang yang tidak terbatas.”

Keberanian, semangat juang, dan nasionalisme saja tidak akan cukup untuk memenangkan sebuah perang. Kamu membutuhkan uang untuk membiayai senjata, peluru, bahan bakar tank, sampai seragam prajurit. Buset, gimana kamu mau perang kalau tentaramu berisi pria-pria telanjang tanpa senjata? Mencoba menyuruh mereka lari ke garis depan sambil berharap musuh kabur karena ketakutan disodomi Kim Jong Un yang didandani semi-nude mirip Rodrigo Santoro di 300??

ah stupid brain don’t imagine it *#$^%&*$^%&*$^!!!

Untuk lebih memperjelas perspektif ini, sebuah negara adidaya bersenjata modern bernama USA membutuhkan uang sekitar 444 miliar dolar untuk memerangi sebuah negara kecil miskin yang hanya mempunyai senjata bekas Perang Dunia ke 2 bernama Afghanistan. Biaya sebesar ini hanya dapat dilunasi Korut dalam 11 tahun apabila selama itu negaranya menghapus semua anggaran negara lainnya sampai NOL. Dan dalam hal ini Korut bukan memerangi Afghanistan; mereka akan memerangi negara-negara kaya, modern, dan kuat seperti Korsel, Jepang, dan Amerika itu sendiri. So, you can say that they are digging their own graves if they start to attack.

Walaupun dibantu seekor monster bernama Dennis Rodman.

Walaupun mereka punya nuklir yang bisa menghancurkan area luas, tapi apalah gunanya menghancurkan negara lain saat negaramu hancur lebur juga setelahnya? Itu juga kalau nuklirnya kena sasaran, nggak hancur ditembak pertahanan anti rudal atau malah gagal meluncur seperti roket percobaannya kemarin. Dan melihat poin nomor 2 tentang maksud mereka sebelumnya, sepertinya kecil kemungkinan bahwa mereka berniat “hancur bersama-sama” seperti diberitakan media-media pencari sensasi.

Maka, karena Korut tidak punya modal sebanyak itu, sangatlah pantas jika kita bergerak ke poin berikutnya:

5. Big RED Brother belum bergerak.

Yes! It’s the BIG RED KAMERAD!

Perang Korea itu bukan kapitalis Korsel + USA melawan Korut sang lone wolf gagah yang menghancurkan ambisi imperialisme seperti diajarkan oleh buku-buku revolusioner dan “anti kapitalisme” yang banyak beredar di pasaran.

Perang Korea bahkan hampir tidak melibatkan kedua Korea sama sekali pada klimaks akhirnya. Perang Korea adalah USA vs People’s Liberation Army of the People’s Republic of CHINA.

And probably plus 1 Great Patriotic Red Giant.

Saat Perang Korea, saat tentara Korut pada akhirnya hancur lebur dipukul dengan mudahnya oleh Amerika sampai mendekati perbatasan Cina, Cina akhirnya memobilisasi kegilaan besar berupa satusetengah juta manusia untuk membantu adik kecilnya.

In the end, Cina bahkan kehilangan 150 sampai 400ribu pasukannya selama Perang Korea, jumlah yang fantastis karena totalnya hampir 2 kali kematian total prajurit Korsel + USA. Walaupun jumlah segitu sepertinya tidak terlalu signifikan, terutama bagi negara miskin berpenduduk 1 miliar.

We are pretty sure this awkward situation often happens there back then.

Sejauh ini Cina tidak mendukung sekutu tradisional mereka tersebut, bahkan ikut menulis kesepakatan embargo setelah Korut nekat meluncurkan roket uji coba tanpa seijin Beijing. Sejauh ini belum ada tanda-tanda bahwa mereka akan berubah sikap.

Jadi santai saja, teman-teman. Sebelum Tentara Pembebasan Rakyat bergerak, sebelum Xi Jinping bersabda, “Serbu!”, sepertinya kami-kami yang di Korea ini aman-aman dan nyaman-nyaman saja. Tetap bekerja, riset, belajar, dan dihajar sampai sekarat oleh Profesor. Just another peaceful spring, with some overtime works.


Sumber : Poskamling

Iklan

Tagged: , , , ,

§ One Response to 5 Alasan Kenapa Korea Utara Tidak Akan Menyerang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading 5 Alasan Kenapa Korea Utara Tidak Akan Menyerang at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: