Takwa Adalah Pembeda
Maret 4, 2013 § 1 Komentar
#Kisah 1
Ferruccio adalah seorang petani yang hidup di Italia. Ia juga mengembangkan bisnis pembuatan traktor. Dengan bisnisnya tersebut ia memiliki kekayaan yang cukup untuk mengoleksi berbagai mobil mahal, mulai dari Mercedes-benz hingga maserati.
Suatu ketika, Ferruccio membeli sebuah mobil Ferrarri, 250GT pada tahun 1958. Setelah beberapa waktu menggunakannya, ia tidak merasa puas dengan performa mobil dengan logo kuda jingkrak tersebut. Dengan bakat mekanik yang dimiliki, ia menyadari bahwa kopling mobil ini sama dengan kopling yang digunakan pada traktor buatannya.
Mengetahui demikian, ferruccio menemui enzo ferrarri, si empunya mobil dan menyampaikan keluhan terkait performa mobilnya. Mendapat kritikan, Enzo ferrari mengatakan bahwa Ferruccio hanyalah seorang pembuat traktor, dan tidak mengerti apa-apa tentang mobil. Mendapatkan respon demikian, Ferruccio bertekad untuk membuat mobil sport sendiri yang lebih baik dari ferrari. Tahukah anda siapa nama lengkap Ferruccio? Ferrruccio Lamborghini!!!.
#Kisah 2
Mungkin Anda sudah berulang kali mendengar kisah ini, tapi gue coba bercerita kembali
Seorang bapak-ibu dengan pakaian lusuh turun dari kereta api di boston. Mereka berdua dengan malu-malu berjalan menuju ruang pimpinan harvard university. Mendapat tamu yang ”biasa biasa saja”, sekretaris pimpinan menanggapi mereka dengan gesture merendahkan. Kedua orang tua tersebut dibiarkan menunggu selama 4 jam sambil berharap mereka bosan dan tidak lagi berniat bertemu dengan sang pimpinan.
Waktu berlalu, kedua orang tua yang lusuh ini masih setia menunggu, seolah ada hal penting yang ingin mereka sampaikan pada kampus harvard.
Akhirnya sang pimpinan menyerah, ia dengan ogah, menemui mereka.
Lamban, sang wanita bercerita “Kami memiliki seorang putra yang kuliah
tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di
sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami
ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini.
bolehkah?”
Mendengar pertanyaan tersebut, sang pemipin murka karena menganggap pasangan ini hanya menghabiskan waktunya yang berharga. “Nyonya,” katanya dengan kasar, “Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.”
“Oh, bukan,” Sang wanita menjelaskan dengan cepat, “Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk
Harvard.”
Mendengar ucapan tersebut, pimpinan harvard mulai semakin tidak percaya. Bagaimana mungkin dua orang renta dengan penampilan lusuh mampu membangun sebuah gedung untuk harvard. ”Apakah kalian tahu harga sebuah gedung? kalian perlu 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik harvard.
Kedua orang tua itu terdiam. Sesaat, pimpinan harvarad merasa berhasil “mengintimidasi”. Sang wanita berkata pada suaminya. ”kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?” Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.
Mr. dan Mrs Leland Standford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard.
Universitas tersebut adalah Stanford University , salah satu universitas favorit kelas atas di AS.
Demikianlah dua kisah tentang betapa, dalam keseharian kita, banyak orang yang kita abaikan keberadaanya. Bukankah kita selama ini mengdikotomi manusia atas dasar kacamata kita, baik-buruk, penting-tidak penting, kaya-miskin, padahal kita tahu bahwa manusia tidak layak untuk disekat atas dasar parameter dunia. Bukankah takwa yang menjadi pembeda?
Sejak kecil hingga saat ini. Kehidupan kita dipenuhi oleh orang-orang yang kadang kita lupa akan keberadaannya. Kita merasa menjadi manusia paling penting di alam semesta. Coba tengok masa lalu. Ada tangan-tangan yang senantiasa membantu.
Bahwa mungkin tanpa orang-orang tersebut, kita tidak dalam kondisi saat ini. Mereka yang mungkin pernah kita anggap remeh, berjasa besar menjadikan kita manusia yang sekarang. Mulai dari pedagang di kantin, supir angkutan umum, tuakng ojek langganan, tukang bubur ayam di depan kosan. Semuanya berperan penting. Tidak ada yang selaiknya kita anggap remeh. Karena mungkin tangan-tangan mereka lah yang mengantarkan kita menjadi manusia luar biasa.
Kita tidak sadar, bahwa begitu banyak orang yang berjasa, yang tidak mungkin dieja. Tidak hanya mereka yang bekerja secara langsung, jua ia yang membantu dalam diam.
Invisible hand, tangan-tangan tak terlihat yang membantu kita. Dalam alpa kita tergugu, diam menggerutu. Padahal Allah senantiasa membantu.
Tengok di sekitar kita. Semua yang kita peroleh tidak lantas sekedar atas apa yang kita usahakan. Allah mengizinkan dengan perantara ciptaanNya. Kita masih hidup, bekerja dengan layak. Bisa jadi atas doa dalam diam saudara kita. Yang menghabiskan sepertiga malamnya dan menyelipkan nama kita agar senantiasa dalam kebaikan.
Karena sebaik baik pujian adalah doa, dan semulia mulia celaan adalah teladan!
Jadi tidak sepatutnya kita merendahkan orang lain dengan apapun alasannya. Karena kita tidak pernah tahu darimana sumber kebaikan yang ada pada diri kita berasal. Tidak lantas dengan mudahnya lisan menggurui, tangan mengajari ketika mata bersimpuh pada diri yang lumpuh. Karena semua orang adalah sama di mata Allah. Yang beda hanya takwa!
Nice share kak