Pengucapan Selamat Natal : Antara Toleransi dan Akidah

Desember 17, 2012 § 2 Komentar

Tulisan ini diambil dari facebook, buah karya seorang teman

Bismillahirrohmanirrohiim

Perihal Mengucapkan Selamat Natal Kepada Saudara Kita Kaum Nasrani

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Mengapa umat Islam tidak diperbolehkan mengucapkan selamat natal?

Apakah Islam tidak mengajarkan toleransi beragama?

Islam memperbolehkan dan menganjurkan hidup rukun berdampingan sesama saudara se-Adam. Pluralisme secara sosial dibolehkan dalam Islam, tapi tidak untuk Pluralisme atau toleransi secara Akidah.  Sedangkan mengucapkan natal merupakan perkara yang bersinggungan dengan akidah.

“Menurut saya pribadi, analogi perbandingan pengucapan selamat natal dengan pengucapan Syahadat kuranglah tepat,

Mengingat Syahadat setara dengan pembaptisan pada kaum Nasrani, namun tidak sepenuhnya salah,

Karena pengucapan selamat natal dapat membatalkan Syahadat kita.”

Mengapa tidak diperbolehkan mengucapkan selamat natal (Fatwa Ulama):

1. Nabi Isa AS tidak lahir pada tanggal 25 Desember:

– Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :

“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: ”Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu (untuk minum). dan goyanglah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan pohon kurma yang masak kepadamu.”(QS. Maryam:23-25)

Kesimpulan : Isa AS dilahirkan pada musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya.

– Para ahli kitab dan Sejarawan ahli kitab :

Uskup barns dalam bukunya, “Rise of Christianity” : Kepercayaan, bahwa 25 desember adalah hari lahir yesus yang pasti tidak ada buktinya. kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Betlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak dimusim dingin di saat suhu di negeri pegunungan yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 300 Masehi.

Herbert W. Armstrong dalam bukunya, The Plain Truth About Christmas :

Beliau mengutip Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”

“Christmas was not among the earliest festivals of Church… the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas.”

“Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja… bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.” Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul “Natal Day,” Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa:

“In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world.”

“Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”

2. Yang lahir pada 25 Desember adalah Dewa Matahari Yunani, Mithra

Perayaan 25 Desember adalah hari lahirnya (natal) dewa matahari Mithra, Dewa tertinggi yunani kuno. Perayaan ini “dilestarikan” sebagai bid’ah oleh kaum nasrani sebagai akulturasi paganism & nasrani.

Sedangkan dalam Islam, bid’ah dalam hal beribadah, apalagi dalam hal Akidah, sangatlah dilarang.

Jadi apabila kita umat Islam mengucapkan selamat Natal, apalagi ikut senang dan merayakannya, kita secara tidak sadar sudah keluar dari Tauhid, karena mengakui lahirnya Dewa Matahari yang tidak pernah ada.

-Wallahu’alam-

Rasulullah SAW bersabda :

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk mereka (kaum tersebut).” (HR. Abu Dawud dari Abdullah bin ‘Umar dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani tdalam Shahih Al-Jami’, no. 6149)

Semoga kita tetap istiqomah di jalan Tauhid, Aamiin

Iklan

Tagged: , , , , ,

§ 2 Responses to Pengucapan Selamat Natal : Antara Toleransi dan Akidah

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Pengucapan Selamat Natal : Antara Toleransi dan Akidah at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: