After Training

Juni 6, 2012 § Tinggalkan komentar

Hidupku berharga dan aku berarti“.

What happened on earth? Gw bergumam saat menyadari temen-temen kampus yang mendadak menjadi “kesurupan” dan mengulang ulang annoying statement tersebut sehabis pulang dari training pengembangan diri. Kalimat serupa yang menunjukkan betapa mereka menghargai dirinya, betapa hidup ini begitu berarti, dan komitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik juga tidak kalah hebohnya.

And What make it worse? Yang kesambet bukan cuma satu, tapi lima lebih dan semuanya itu berjenis kelamin wanita. Its getting frenzy while listening them repeatedly grunt those freaky things with their noisy. Oh my

Dan pada saat itu gw dengan yakin 100% berujar “it wont getting long last. Semangat dan energi yang kalian heboh-hebohkan itu ga akan bertahan lama. Paling kenceng seminggu”.

Mereka persistent dan ga kalah pedenya bilang “mulai hari ini aku akan berubah”. Gw senyum-senyum aja!

Seminggu kemudian…

Tidak tampak lagi aura semangat yang mereka pancarkan. Teriakan penuh motivasi diri yang sempat menggetarkan hingga radius ratusan kilo, tidak lagi terdengar sayup-sayupnya. Semuanya kembali ke Real Life. Yang pemalas kembali menjadi dirinya, yang kurang pede ga berubah, dan yang manja masih berstatus manja.

Dan saat itu gw tersenyum puas, tanda kemenangan lahir di raut muka.  Estimasi waktu seminggu yang gw bilang, bener adanya!

Gw menyampaikan pesimisme terhadap hasil training tersebut bukan karena adanya sebuah bentuk  underestimate  namun  berdasarkan pengalaman mengikuti hal serupa berulang kali. Experience is the best teacher, seperti tulisan yang tercetak di bagian bawah buku tulis SD-SMA gw.

Training, Its not giving you real transformation. It just endorse you, trigger you to be better. And the rest, is up to you. You decide your own life.

So, You live in a bullshit if only rely your change to kind of one-two days training. Tidak akan ada yang berubah kalo kita ga berniat dan berusaha menjadi lebih baik dari diri kita sendiri.

Dari hasil pengamatan dan pengalaman gw, terdapat beberapa kesamaan di antara training-training  yang ada di muka bumi. Paling tidak yang ada di Indonesia.

1. Treat as a Child

“ayo bernyanyi ikuti saya, gerakkan badan dan jangan malu-malu. Tangan ke atas, tangan ke depan, bla bla bla”…

Jika kalian pernah mengikuti sebuah training, pasti akan pernah menemui sesi dimana kita bertingkah seolah anak-anak. Kita diminta untuk mengikuti gerak-gerik trainer. kita diminta melompat, bergoyang and any other childish things to do.

Buat gw pribadi, it seems ridiculous. Mungkin kegiatan seperti itu dilakukan biar audiens tidak bosen. Tapi please, is it the only way?
“Lantas, apa salahnya mengenang masa kanak-kanak?” Ya tidak ada yang salah sebenernya. Tapi kalo buat gw itu masuk kategori weird, bertingkah seperti bocah di hadapan ratusan orang lainnya.

2. Tagline

Setiap training pasti memiliki jargon atau tagline atau semboyan or anything else. Tagline ini biasanya diucapkan keras-keras sambil berdiri. Tagline nya pun khas dan menggambarkan seperti apa training tersebut.

Film Yes Man yang diaktori oleh Jim Carey menampilkan scene sebuah training dengan Slogan Yes Yes Yes. Semua peserta seminar didoktrin untuk selalu berkata Iya terhadap segala kondisi yang terjadi. Tagline mendeskripsikan isi training.

Jadi buat kamu yang punya rencana menjadi seorang trainer dan membuat lembaga training. Pastikan kalian membuat Tagline dari sekarang yang ear- catchy, bertenaga dan khas.

3. Words

Seorang trainer pasti mengulang kata-kata yang diucapkannya. Terutama kata-kata yang menjadi main point dari training tersebut. Karena memang berdasarkan penelitian, kata-kata yang diulang jauh lebih diingat daripada kata yang diucapkan hanya sekali. Itulah kenapa mesjid di deket kosan gw selalu mengulang-ulang pengumuman jika ada yang meninggal dunia. Mungkin biar kita selalu inget mati.

Tapi bukan itu yang buat gw males. Di saat mengulang kata, trainer sering kali mengajak audiens mengulang kata-katanya. Hello, we are not elementary school-boy!

Selaen mengulangi kata-kata, kita juga harus melengkapi ucapan trainernya. Misal : Jadi untuk meraih entitas diri yang bersahaja kita perlu ma….???

Nah lho, kan audiens bisa kaget jika dipenggal dengan potongan kata seperti itu. Bisa saja ada yang menjawab makan, mandi, mabok dan arbitrarty words lainnya.

4. Pose

Picture worth thousand words. Mungkin mengacu pada pepatah ini maka Foto-foto yang ada di spanduk, brosur, pamflet  sebuah training dibuat sekhas mungkin. Terutama sang trainer.

Biasanya tersenyum cerah, menggambarkan betapa bersemangatnya mereka dengan pose tangan yang berbeda beda. Sebagaian menyimpan tangannya di dalam dekapan, beberapa lebih ekspresif dengan mengeksplorasi tangan tersebut dalam bergaya.

Tidak ketinggalan adalah kostum berwarna hitam, entah itu jas, blazer, kemeja. Untung bukan kostum Batman yang digunakan. Karena mereka tidak akan pernah mengalahkan kerennya Christian Bale.

So, Training itu cuma ajang untuk menyentil kita biar sesuai dengan tujuan diadakannya. Ikutan 7 keajaiban rejeki, maka kita akan dipacu untuk berpikir dengan otak kanan. Join Training Muda Mulia, kita akan dibantu untuk hidup penuh kesholehan, berlimpah dan bermanfaat. Dan lagi, semuanya kembali pada diri kita.

Training itu akan totally failed kalo tidak muncul kesadaran dalam diri untuk menjadi lebih baik.

Iklan

Tagged: , , ,

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading After Training at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: