Absurd
Maret 10, 2012 § 5 Komentar
Iseng-iseng di kantor karena ga ada kerjaan, gw ngobrol aja bareng anak-anak KP (Kerja Praktek). Semua hal absurd kami diskusiin sampe ujung-ujungnya mereka menyebut idiom “seumur jagung”. Seketika gw langsung mikir, kenapa sih mesti “seumur jagung”? Begitu pendekkah umur jagung hingga harus dibuat jadi idiom.
Setelah gw gugling ternyata usia jagung itu 80-120 hari dalam satu siklus hidup. Wah, ternyata ga pendek-pendek banget usianya. Lebih panjang daripada siklus hidup nyamuk.
Nyamuk itu kan hidupnya pendek banget. Telur-larva-pupa-ngisep darah-mati ditepuk/kena semprot. Tuh, terbukti nyamuk fasa hidupnya jauh lebih pendek daripada jagung. Tapi kenapa orang-orang ga pernah bilang, “wah, usia pernikahan mereka seumur nyamuk“, hahaha. Gw ngasal analisanya. Tapi yang jelas seinget gw nyamuk punya masa hidup yang memang pendek.
Bisa lo bayangin men, kalo seekor nyamuk bisa hidup sampe tiga bulan misalnya, bisa-bisa PMI selalu kehabisan stok.
Belom lagi istilah “anak bawang”. Dulu setiap kali maen petak umpet bareng temen-temen, gw yang notabene punya badan mungil (kecil) selalu jadi “anak bawang”. Kenapa coba gw disama-samain dengan bawang. Perasaan kulit gw ga seputih bawang putih dan tak semerah bawang merah, apalagi mirip bawang bombay….hadeuhhh.
Sampai usia sekarang pun gw belom pernah ngeliat anaknya bawang. Yang gw tahu cuma bawang yang udah gede sama bawang yang udah digoreng,slurrrp. Sekecil apakah anak bawang itu sampe-sampe permainan tradisional menjadikannya idiom?
Daun kelor, pernah liat daun ini? gw rasa ga banyak yang pernah lihat secara langsung. Namun, peribahasanya sudah kita hapal sejak baru bisa denger , (biasanya berupa nasihat dari orang tua) “wahai anakku, dunia tak selebar daun kelor” nah lho!!
Padahal tau juga ga bentuknya gimana. Untungnya sih gw udah pernah lihat langsung *senyum tiga jari*. Daunnya kecil mirip daun katuk dan bentuknya bulet. Tapi absurd ga sih, daun yang jarang kita temui ini masuk dalam kosakata yang dijadikan idiom *salut*.
Bonusnya gw kasih gambar daun kelor, biar lo ga penasaran
Ga cuma idiom di atas. Masih ada idiom lain yang sangat absurd dan yang paling bikin gw bingung, “Kumpul Kebo”.
Jreng-jreng… Sejak kecil gw bingung kenapa istilah untuk hubungan badan di luar nikah atau bahasa kerennya samen Leven harus dikait-kaitkan dengan kebo? Apa salah dan dosa kebo sampe harus dijadikan kambinghitam <<<—idiom baru.
Kenapa ga dibuat aja kumpul kucing, kumpul ayam atau kumpul-kumpul yang lain. Kasihan dong kebo, Selalu dijadikan objek aksi perzinahan -___-. Ada apa sebenernya dengan kebo? apakah pelaku zina doyan ngumpul bareng kebo? Atau orang yang suka zina itu perilakunya mirip kebo? atau justru yang bikin idiom itu terobsesi sama kebo sampe semuanya diidentikkan dengan binatang tersebut?
Yang jelas, pelaku zina itu memang melakukan perilaku binatang. Entah itu mau disebut kumpul kebo atau kumpul binatang yang laen.
Terkahir yang mau gw bahas adalah istilah yang sangat lekat dengan dunia kriminal. Dua spesies namun berbeda jenis, “teri” dan “kakap”.
Berita yang isinya penjahat pasti sering banget mengulang kata-kata maling kelas teri dan maling kelas kakap. Atau penjahat kelas teri dan penjahat kelas kakap. Dan tentunya paling sering dua kakak beradik ini paling banyak disandingkan dengan tokoh penjahat nomor satu di indonesia, “Koruptor”.
Ok lah, untuk menyebut penjahat dalam skala kecil kita bisa mengaitkannya dengan teri karena memang ukurannya yang mini. Tapi untuk penjahat dengan reputasi besar, tingkat kriminalitas tinggi kenapa harus digunakan istilah “kelas kakap”???? Padahal kan kakap ukurannya ga gede-gede amat. Mestinya istilah “kelas kakap” diganti dengan “kelas paus” atau minimal “kelas hiu” biar kelihatan gedenya.
Gw rasa masih banyak istilah atau idiom yang masih buat lo bertanya,.. Kalo ada istilah laennya lo bisa share di sini buat lucu-lucuan aja.
P.S : tulisan ini buat hiburan semata. Aku cinta bahasa indonesia
bukan nyamuk loh yang umurnya terpendek sedunia..
nih hasil gugel ndri
1. Mayflies alias lalat capung
Meskipun hewan ini memiliki jumlah lebih dari 2500 spesies yang tersebar di seluruh dunia, lalat capung tetap tergantung pada kuantitas, bukan kualitas hidupnya untuk kelangsungan hidup mereka di bumi. Hal ini dipengaruhi oleh siklus hidupnya yang sangat pendek, yaitu sekitar 1 – 24 jam saja. Sehingga demi mempertahankan populasinya, lalat capung ini harus selalu bereproduksi dengan jumlah besar agar tetap mempertahankan kuantitas atau jumlah spesiesnya dalam jumlah yang banyak supaya tidak punah.
nih siklus videonya http://youtu.be/4UjlT7fqJ1s
wah, nuhun pisan masbro..
ane nyari-nyari tpi ga ketemu binatang apa yang hidupnya paling pendek,hahhaa..
thanks masbro buat infonya.
eta blog ente, di protect mulu -_____-
Dri, kalo “pecah bulu” gmn??? hehehe
aku nak bikin lah istilah itu..tapi dak jadi, vulgar bro..hahha
dri, buka blog nguping jakarta. pasti ngakak kau baconyo…