Tontonan dan Tuntunan
Januari 31, 2012 § Tinggalkan komentar
Dulu waktu gw masih kecil, acara di TV dipenuhi dengan sinetron…. emang sekarang ga? ya masih sih. Cuma bedanya waktu jaman gw SD emak dan kakak gw mendominasi TV jadinya gw tidak kuasa untuk menolak ajakan mereka buat nonton bareng #ngeles. Sinetron yang membosankan itu pun harus gw tonton sambil dengerin ekspresi kaget, gumaman bahagia dan dibumbui teriak-teriak marahin tokoh antagonisnya. Sinetron jadul dipenuhi sama mukanya Adam Jordan, Jeremy Thomas, Onky Alexander plus lawan mainnya yah kalo ga Desy ratnasari pasti Paramitha Rusadi.
Tidak jauh berbeda dengan sinetron yang ada saat ini. Konten cerita sepertinya sudah baku dan terstandardisasi. Dari ratusan judul sinetron yang ada palingan ceritanya berkisar antara cinta segitiga, rebutan harta warisan, anak yang hilang, si miskin kaya mendadak, si kaya jatuh cinta sama si miskin dan hal-hal yang klise. Belom lagi Judul sinetron pasti diambil dari nama pemeran cewenya. Putri yang ditukar (pemeran : putri ), Binar bintang berlian (nama pemeran cewenya yang mana?), Intan, Kemilau Cinta Kamila. Buset gw sampe apal gini -____-“.
Dulu, pemeran pria dalam sinetron itu pasti gagah dengan jas, naek mobil (biasanya sedan warna item), tas kantor di tangan kanan dan sesekali liat jam di tangan kiri. Pokoknya imej parlente melekat pada aktor pria. Gw yang masih polos dan lucu terkagum kagum ngeliat betapa hebatnya pria dalam sinetron itu. Sesekali muncul keinginan untuk menjadi gagah dengan jas item layaknya sang aktor, kerja di kantoran dan biasanya kerjaan sang aktor cuma nerima berkas dari sekretaris kemudian ditandatangani. Kalo ga yah, ketemu klien dan langsung salaman tanda proyek deal buat dilakukan.
Gw bergumam, enak yah jadi orang itu. Sekali tandatangan dan duit ngalir gitu aja. Pengen deh jadi bisnisman!!! *ngayal*. Gambaran yang lahir dalam otak bawah sadar gw saat itu adalah bahwa ngejalanin hidup sebegitu mudahnya sehingga kerja keras tidaklah diperlukan. Dan kini, di saat gw sudah gede dan bisa berpikir rasional, teori yang dulu hadir di otak gw adalah Nol Besar. Bahwa hidup adalah rangkaian peristiwa dan ujian yang selalu mengisi keseharian. Seneng, sedih adalah bagian dari frasa kehidupan yang senantiasa harus dilalui. Tidak ada yang instan. Semua berproses. Kecuali ente masuk lingkaran keluarganya Aburizal Bakrie, atau Bill Gates ngadopsi lo jadi anak angkat, jangan pernah harap kita bisa hidup dengan kebahagiaan secara materiil.
Jangan terlalu sering menjadikan tontonan sebagai tuntunan. Menunggu pangeran tampan nan kaya dateng dengan membawa kuda putih dan membawakan anda sebuah cincin pernikahan adalah suatu hal yang wajar untuk diimpikan. Mungkin? kemungkinan selalu ada, tapi seberapa besar probabilitas yang lahir?. Dan jangan lupa, biasanya pangeran tampan nan kaya hanya datang untuk wanita idaman cantik jelita nan tinggi budi pekertinya.
Stephen R.Covey berkata bahwa Cinta sejatinya adalah kata kerja bukan kata sifat. Dengan menjadikan cinta sebagai sebuah kata kerja maka kita dituntut untuk berusaha, mengerahkan segenap tenaga untuk meraihnya bukan laksana dongeng di layar kaca. Jika cinta diposisikan sebagai kata sifat maka cinta itu laksana baik, cantik, indah, sombong yang merupakan suatu hal bawaan dan tanpa diusahakan pun ia akan datang dengan sendirinya. Jadi, ga semua yang lo tonton itu bener.
Tontonan dijadikan tuntunan dan tuntunan dijadikan tontonan, ini kata guru sosiologi gw di SMA dulu. Semoga kita semakin cerdas dalam memilih program terbaik yang dapat memotivasi, menambah wawasan bukan justru tontonan yang bikin sakit ati, dan nambahin dosa marah-marah ke pemainnya. Apalagi nonton singa, garuda jadi-jadian :).
Tinggalkan Balasan