Jalan yang mana?
Juni 19, 2011 § 4 Komentar
Hidup ini tidak pernah terlepas dari segala pilihan. Tidak ada pilihan yang benar atau salah selama kita punya alasan rasional dan mau bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Pun halnya bagi seorang sarjana. Dilema tak jarang menghinggapi, kegalauan akan masa depan selalu menghantui.
Menjadi sarjana tidak serta merta melepas beban atau tanggung jawab, justru sebaliknya. Dunia sebenarnya terpampang jelas di hadapan mata. Tinggal dipilah pilah jalan mana yang akan diikuti, dan mana yang akan ditinggali. Tidak banyak pilihan bagi seorang sarjana, dengan beban yang melekat erat di pundak, terlebih sarjana dari kampus terkemuka. Menjadi pekerja, melanjutkan sekolah, membuka lapangan kerja atau bahkan menjadi hamba bermuram durja yang tidak tahu arah untuk melangkah.
Menjadi pekerja sepertinya jalan teraman yang dipilih. Tidak masalah jika opsi pertama yang menjadi tambatan hati. Pada dasarnya toh memang kampus-kampus yang ada mencetak pekerja-pekerja yang ahli di bidangnya. Tinggal kita memilih mau menjadi pekerja seperti apa, occupation, profesion, atau vacation. Ketiga definisi kerja ini didasarkan atas bagaimana seseorang memandang pekerjaannya tersebut seperti yang tertuang dalam bukunya mas Marpaung Parlindungan, Fulfilling life.
Seorang dengan pola berpikir occupation hanya perduli tentang kesejahteraan dirinya pribadi. Yang dia tahu hanyalah bagaimana ia bisa menerima gaji setiap bulannya. Masalah perusahaan akan bergerak kemana tidaklah menjadi dimensi yang penting. Orang-orang dengan passion seperti ini menghabiskan masa kerjanya yang bertahun-tahun tanpa nilai lebih dari apa yang dikerjakan. Mereka yang bekerja selama 15 tahun pada kenyataannya hanyalah bekerja selama satu tahun dan 14 tahun mengulang-ulang pekerjaan yang sama.
Mereka yang memandang kerja sebagai suatu profesion akan dengan sekuat tenaga menyumbangkan segala energinya tidak hanya untuk kepentingan pribadi melainkan juga sumbangsih khas yang diberikan kepada tempat dimana dia bekerja. Mereka biasanya tidak mau menyia-nyiakan waktu di kantor dengan berleha leha. Sementara vacation menjadi sudut pandang seseorang yang menjadikan pekerjaan sebagai sebuah kebutuhan, self actualization. Mereka sudah tidak perduli apakah mereka digaji atau tidak dalam bekerja.
Pilihan diplomatis lainnya yang banyak dipilih oleh seorang akademisi adalah melanjutkan pendidikan hingga level paling tinggi sekalipun. Eropa, Amerika, Jepang seolah menjadi rumah kedua tempat berkumpulnya intelek-intelek muda. Fakta menjelaskan bahwa orang Indonesia yang belajar di luar negeri selalu memberikan hasil yang membanggakan, mereka sarat dengan prestasi dan namanya harum mewangi. Meskipun pada akhirnya negara tidak begitu menghargai.
Perlu kesabaran ekstra bagi mereka yang memilih melanjutkan studinya. Karena negara tidak mengakomodasi, tidak jarang negara lain menjadi sumber aspirasi, sumber inspirasi, dan tentunya sumber rejeki. Jadi jangan heran kalo banyak putra putri terbaik bangsa yang menjadi kutu loncat.
Membuka lapangan kerja adalah pilihan terakhir yang pada hakikatnya memiliki spektrum yang lebih kompleks. Dimensi yang lahir dapat banyak sekali dengan menghadirkan ruang-ruang kreatifitas yang luar biasa banyaknya. Tidak mudah menjadi seorang pengusaha. Walo begitu, hidup mereka jauh lebih dinamis daripada menjadi seorang pekerja biasa.
Rejeki seorang pengusaha jauh lebih fluktuatif. Oleh karenanya mereka jauh lebih menjadi orang yang bersyukur. Hidupnya juga sangat fleksibel, karena mereka merdeka secara finansial. Tidak ada yang teriak-teriak jika salah, tidak ada yang mengamuk jika kurang data, karena mereka menjadi tuan rumah atas diri mereka sendiri.
Hidup ini selalu memberikan ruang bagi kita untuk terus memikirkan segala sesuatu yang terbaik. Menjadi pekerja, melanjutkan kuliah ataupun membuka usaha adalah pilihan-pilihan yang sejatinya tersedia bagi sarjana-sarjana yang masih segar.
So, what is your choice?
If you get flustered, then So do I,,,,
note yang sangat berkesan & penuh makna yang bisa dipetik pelajarannya..so choose the best option for your life ? salam kenal mas 🙂
salam kenal juga mbak
wah, seneng bisa dikunjungi blog saya oleh mbak….
ga nulis juga mbak?
saya g punya bakat nulis mas..saya hanya hobi membaca 🙂 lanjutkan mas perjuangannya 😀
wah wah…padahal nulis itu juga sama serunya dengan baca lho mbak, coba deh ^^
pada dasarnya kita semua punya bakat buat nulis mbak…ayo mbak menulis 🙂