pelan-pelan saja

Januari 21, 2010 § 2 Komentar

Aku ingin menjauh dari semua ini. Rehat dari segala penat. Sampai aku mampu untuk berdiri kembali bukan berlari tanpa arti. Mereka bertanya dan terus menerka apakah gerangan yang terjadi padaku. Aku pun tak tahu jawabannya. Semuanya berlalu begitu saja. “kamu terkesan menghindar belakangan ini” ujar mereka. Apa yang harus kuhindari, benarkah aku harus menjauhi. Aku bingung, terpuruk dalam noktah hitam yang semakin lama semakin mewarnai hati, gelap dan semakin pekat.

Bukan aku tidak mau kembali. Butuh waktu untuk bercermin kekurangan diri. Pun itu yang sebaiknya kalian lakukan. Bukan sekedar kata yang tak berteladan. Entah sampai kapan aku harus mundur teratur. Pelan-pelan saja, Kotak bernada dalam lirik lagunya. Mungkin itu yang sekarang aku coba. Mengamati keadaan dan melihat segala perubahan.

Ingin rasanya bibir ini berujar, bercerita kepada dunia tentang segala keluh kesah. Tapi, apa yang harus diucapkan, sebuah kekesalan yang tidak bertuan. Semakin lama semakin kusadari. Semakin lama semakin aku mengerti. Ada secercah jawaban dari segala persoalan. Benang merahnya adalah pada keterbukaan. Bisa jadi semua terjadi karena ketidakdewasaan menyikapi keluhan.

Ingin kucoba merangkai kembali serpihan-serpihan hati yang berserakan. Mencoba menyikapi sebuah masalah dengan lebih dewasa. Bukan justru berlari menjauh pergi. Keterpurukan ini semakin melemahkan posisiku di hadapanNya. Semakin rendah, lemah tak berdaya. Yang jelas butuh waktu untuk kembali ke jalan ini. Hatiku sudah kadung gundah. Pelan-pelan saja, itulah upaya yang akan aku lakukan. Atau mungkin memang semuanya mesti kulupakan, kulepaskan. Ah, tidak. Itu bukan jawaban yang bijak. Berada di jalan ini adalah pilihan terbaik sekali untuk selamanya.

Saat-saat terakhir keberadaanku di kampus. Justru menjadi sebuah antiklimaks. Antiklimaks peran, fungsi dan posisi. Semakin menyisihkan diri dari kesibukan ukhrawi. Aku pasti kembali. Entah kapan tidak ada yang tahu pasti. Tidak ingin kutinggalkan tanpa sebuah kesan. Kesan yang indah meskipun dipenuhi dengan luka dan kecewa. Akan kupendam dan kusimpan semua cerita dan kisah sebagai sebuah hikmah. Bagi mereka yang akan meneruskan estafet perjuangan.

Ada saatnya aku akan bercerita. Tentang segala rasa. Kepada siapa hati ini merasa nestapa. Perlukah hal itu terucap, perlukah hal itu terungkap. Aku harap tidak. Cukuplah aku, hatiku dan Engkau saja Ya Rabb yang mengetahui. Tidak perlu ada yang menggurui. Hingga saat itu tiba, saat aku bercerita pada dunia.

ku tahu kamu pasti rasa
apa yang ku rasa
ku tahu cepat atau lambat
kamu kan mengerti

hati bila dipaksakan
pasti takkan baik
pantasnya kamu mencintai
yang juga cintai dirimu
cuma kamu

reff:
lepaskanlah ikatanmu dengan aku
biar kamu senang
bila berat melupakan aku
pelan-pelan saja

tak ada niat menyakiti
inilah hatiku
pantasnya kamu mencintai
yang juga cintai dirimu
cuma kamu

Iklan

Tagged: , , ,

§ 2 Responses to pelan-pelan saja

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading pelan-pelan saja at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: