Blog itu…

Januari 17, 2010 § 10 Komentar

Sejak bulan September aku memiliki hobi baru yakni blogging. Sebenernya udah lama pengen tapi karena ga punya banyak waktu jadinya keinginan ini ditunda. Sekarang blogku udah running sekitar lima bulan. Selama itu juga aku telah menghasilkan tiga puluh lebih tulisan yang notabene adalah tulisanku pribadi dan beberapa hasil ”copas” dari sumber lain. Hobi baru ini cukup menyedot perhatianku dan memberikan sebuah fokus tersendiri terhadapnya.

Suatu malam seorang teman memberikan komentar tentang blogku. Ia berujar “blog kamu terlalu berat (dalam asumsiku penggunaan bahasa yang aku tulis terlalu rumit dan meninggi), jadinya gw males ngasih komen”. Oh begitu! … Aku menyikapi komentarnya.

Setelah kubuka ulang dan membaca tulisan yang ada di blog, aku menyadari bahwa beberapa tulisan yang aku buat terutama karya-karya terakhir terlalu berparas “mellow” dan menggunakan bahasa yang memang aku sendiri menyadari bahwa bahasanya agak tidak biasa. Temanku lalu menyarankan untuk membuka sebuah blog dengan inisial nama rindu yang konon menggunakan bahasa yang juga cukup rumit namun enak dibaca. Sontak saja aku berkonklusi bahwa tulisanku rumit tapi tidak enak dibaca, (rese niy temenku J).

Aku coba buka blog dengan inisial rindu tersebut dan menemukan tulisan-tulisan dengan segala macam cerita yang notabene dapat aku simpulkan bernada kisah pribadi yang bisa digali hikmahnya secara mendalam dari buah pikiran yang tertuang dalam tulisan tersebut. Entah mengapa, sense membacaku tidak menemukan sesuatu yang sangat special dari tulisan-tulisan rindu.  Namun mungkin karena tulisan itu bersumber dari kisah nyata dan benar-benar terjadi, penulisnya mampu memberikan sentuhan emosi dalam setiap kata yang tercipta.

Seusai fragmen kisah tentang komentar pada blogku, aku berpikir sejenak mencoba mengkritisi dan mengevaluasi secara pribadi blog yang ada. “ikatlah ilmu dengan menulisnya”  aku memberikan judul untuk blogku dengan harapan bahwa apa yang tertulis menjadi sebuah ilmu yang dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Aku menyadari bahwa blogku belum memiliki blog stats sebanyak teman lainnya. Bahkan komentar yang terpampang dan menghiasi tulisanku berasal dari orang yang sama. berbagai variabel yang ada memaksaku untuk  mencoba mengubah gaya menulis dengan memberikan sentuhan  yang agak ringan dan dengan bahasa yang sederhana. Aku berpikr keras, menggali ide-ide yang akan kukembangkan dalam tulisan tapi hasilnya nihil, nol besar.

Lalu aku bertanya kembali hakikat sebuah blog. Benarkah blog yang kita buat dan kita hiasi dengan tulisan-tulisan kita hanya mencari sebanyak-banyaknya pengunjung hingga blog statsnya semakin banyak? Pertanyaanku berikutnya adalah haruskah aku mengubah cara ataupun gaya menulisku agar orang lain mau mengunjungi blogku dan memberikan komentarnya? Ternyata bagiku jawabannya adalah tidak. Untuk apa menjadi orang lain jika kita bisa menjadi teladan. Untuk apa mengubah karakter kita seandainya kita mampu berbuat yang sama dan mungkin bahkan lebih baik.

Menulis adalah aktualisasi diri, setidaknya itu buatku. Mencerahkan hari dari penatnya dunia yang semakin keruh. Menggali dan mencari karya tersembunyi dari balik bilik-bilik otak kita. Mengisi waktu kosong yang terbuang percuma tanpa makna. Banyaknya komentar pada blog, ataupun kunjungan ke blog kita hanyalah sebuah konsekuensi. Sebuah efek dari kemampuan penulis menghipnotis para pembacanya. Tap bukan itu substansinya, bukan itu hakikatnya.

Blog akan menjadi sangat berguna jika memuat tulisan yang bermanfaat. Menambah khazanah pengetahuan bagi para pembacanya. Blog akan kehilangan nilainya ketika bloger lain hanya memberikan sebuah respon singkat pada blog yang dituju dengan alesan menambah tautan teman saja. Sangat disayangkan sekali jika blog kehilangan jatidirinya. Karena blog menjadi sebuah wadah, sebuah sarana bagi rakyat Indonesia dalam upaya peningkatan kemauan membaca bangsa kita. Minat membaca rakyat Indonesia sangat minim, oleh karena itu jika blog dapat difungsikan dengan baik bukan tidak mungkin blog menjadi mitra pas bagi masyarakat untuk memperkaya instrument pencerdasan bangsa.

Pada akhirnya aku membuat sebuah kesimpulan bahwa setiap orang, setiap bloger memiliki karakternya masing-masing dalam menulis. Tidak perlu mengubah gaya menulis karena yakinlah bahwasanya dunia tidak sesempit yang dibayangkan. Selalu ada tesis dan antithesis dalam semua agenda. Daripada aku menurunkan kualitas tulisan lebih baik aku meninggikan kualitas para pembaca yang singgah di blogku.

just be MySeLf

::Ternyata kritikan dapat menjadi pelecut semangat yang luar biasa. Untuk membuktikan bahwa kita tidaklah serendah apa yang dicitra::

Iklan

Tagged: , , , ,

§ 10 Responses to Blog itu…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Blog itu… at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: