Serpihan hati yang retak

Januari 11, 2010 § 13 Komentar

Sebuah momen baru saja terlewatkan. kembali momen yang menghadirkan aku sebagai salah seorang pejuang, jika tidak mau disebut panitia dalam sebuah kegiatan. dalam setiap kesempatan, Allah selalu memainkan peranannya, membuka tabir hikmah yang selama ini selalu tertutupi oleh kabut tebal kealpaan. pun halnya terjadi padaku pada saat aku mengurai ide-ide di atas tuts keyboard ini..

malam semakin menunjukkan keperkasaannya, namun pekatnya malam tidak menghambatku untuk bercerita tentang kisah ini. ntah kenapa, emosi terus menyelimuti perasaan yang berkecamuk. kesal, marah, tidak percaya memenuhi kamus otakku. menyadari sebuah kenyataan, sebuah realita yang tidak pernah sedikit pun terlintas dalam benak. kekecewaan semakin menjadi, terakumulasi.

aku terbangun menyadari sebuah kenaifan diri. semua yang tersimpan dalam memori hanya sebatas sebuah khayalan, imajinasi yang melenakan. ternyata selama ini kerangka berpikirku telah teracuni oleh kemuliaan yang menghanyutkan. apa yang terjadi pada diriku? kepada siapa rasa benci ini tertuju?? semua bias, semakin kabur menutupi jangkauan pandangku untuk melihat dengan jelas tentang sebuah kebenaran.

ah, mungkin aku yang terlalu memandang istimewa. atau mungkin memang ini yang tercitra. terlupa akan sifat seorang manusia hingga noktah kecil mengotori jiwa.

tapi….aku benar-benar tersentak. tidak pernah aku merasakan sebuah perasaan terkejut yang sangat. kata-kata itu, bahasa itu, ucapan itu benar-benar sebuah tindakan yang tidak pernah aku bayangkan untuk dilakukan. bermanja, berkata mesra seolah menembus hijab yang dikena. tapi apakah itu sebuah cela??apakah benar itu begitu hina? semakin aku berpikir semakin jauh aku dari jawaban. pantaskah hal seperti itu dilakukan? pantaskah tindakan itu dihalalkan? tidak ada yang mengharamkan, tapi pengetahuan memberikan sebuah batasan. bahwa ada batasan yang jelas yang seharusnya dipahami, disadari dengan sangat baik dan mengakar.

semakin aku membayangkan, semakin timbul benih-benih kebencian. memandang tinggi sebuah kemunafikan, berlapiskan topeng kebohongan. jahatkah aku? memberikan sebuah tuduhan, dugaan tanpa adanya keterbukaan untuk menjelaskan duduk persoalan. mungkin iya, aku terlalu picik memandang rendah. atau ini hanyalah rasa yang berbeda..sebuah kebencian sistemik.

rindu setengah mati d’masiv mengalun merdu, menemani malam ini di saat aku masih bercerita tentang kepedihan hati. kepedihan yang mengiris;

untungnya aku bercerita kepada orang yang tepat. yang mengerti dan benar-benar memahami kondisi ini. lantunan nasihat menyirami panasnya hati. memberikan sebuah kesejukan yang menenangkan. temanku menjelaskan bahwa tanyakan pada hati, kepada apa ia membenci. kenapa hati menghakimi. ujarnya, kita selalu berinteraksi dengan manusia. bukan dengan malaikat. selalu ada kesalahan yang terjadi, ada khilaf dalam setiap kata yang terucap. ia menambahkan bahwa mungkin aku yang terlalu memandang tinggi sesuatu. menyadari kelemahan seorang manusia menjadi poin penting dalam kehidupan ini. Dengan demikian pikiran akan bermuara pada premis tersebut sehingga akan mereduksi subjektivitas diri.

sebuah persetujuan terbersit di hati. mencoba menyamakan persepsi. mencoba menyadari kesalahan diri dan terus melakukan refleksi…

tapi..hati ini, masih tidak bisa menerima sepenuhnya. ada bagian yang tergores perih, lukanya sudah terbuka menganga. tak kan bisa tertutupi.Β  entah sampai kapan rasa ini tertahan, kecewa pada keadaan. moga waktu menjadi penawarnya. namun serpihan hati yang patah, akan tetap ada.

Iklan

Tagged: , , , ,

§ 13 Responses to Serpihan hati yang retak

  • dila berkata:

    caknyo dalem nian…

  • andri0204 berkata:

    nah dal..kalo nak cerito tentang pribadi biso sebenernyo..tapi maknanyo yang tersirat b..jangan frontal..
    ditunggu tulisannyo..^^

  • dila berkata:

    hmmm.. i see i see…
    bagus tulisannyo… ungkapan hati nian caknyo…
    doake be terus nulis aku.. :p

  • andri0204 berkata:

    amin ya rabb..moga biso terus nulis
    iyo nah, waktu nulis itu lagi kesel nian..jadi inspirasi biso ngalir begitu saja..hohoho
    inspirasi biso dateng dari mano b..

  • agungd berkata:

    dalem amat bung,,hal serupa sudah pernah saya rasakan,,namun semua asa itu harus dikubur sementara hingga saatnya tiba untuk dimunculkan kembali..tetep semangat ya ndri!!! mencari cinta sejati,,hehehe

  • agungd berkata:

    *maybe,,awak khan cuman coba mendeskripsikan yang awak pahami dari tulisanmu

    ga ada salahnya khan, menerka2??hehehe

  • andri0204 berkata:

    ternyata sense kamu masih perlu diasah kk

  • Berghuis berkata:

    Ada sebuah hadits yang mengatakan,,,, ada sebuah amalan yang dapat melebihi amalan QL yaitu memaafkan kesalahan orang lain, memaafkan kesalahan orang yang telah menzalimi kita…

    dan satu hal lagi akh,,,kekecewaan jangan sampai di pendam, jika antum merasa memiliki saudara dan saudara tersebut yang antum maksud di dalam tulisan ini, maka katakanlah kekecawaan antum, dengan landasan rasa cinta kepada Nya…

    Semoga ALLAH memberikan jalan keluarnya, jangan sampai setan memasuki relung hati antum sehingga setan memanfaatkan kondisi ini untuk menjauhkan dirimu dari jalan dakwah ini…..

    allahuallam

  • andri0204 berkata:

    amin teh..
    makasih buat masukannya πŸ˜‰

  • aye berkata:

    Aku sepakat sama teh nila, ndri..
    kalo ga diungkapkan, khawatir malah justru mendzalimi orang yang kamu kecewa karenanya, dan pastinya menzalimi diri sendiri atas kekecewaan itu.

    Semoga Allah memaafkan kekhilafan dan kemunafikan kita semua.
    Semoga Allah melindungi kita dari bisikan-bisikan syaithan yang dengan liciknya menjerumuskan manusia dalam lembah kesesatan.
    Semoga ALlah menjaukan kita dari hal-hal yang dapat merusak ataupun mengotori jalan yang mulia ini…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Serpihan hati yang retak at I Think, I Read, I Write.

meta

%d blogger menyukai ini: