Renungan sesaat
Desember 15, 2009 § 2 Komentar
Hidup ini memang unik. Bahagia, sedih diputar dengan rapih dan seadil mungkin. Bahagia merona, membuncah dalam setiap rasa. Sedih bertaut merangkai bunga durjana yang merasuk jiwa. Tidak ada bahagia yang abadi. Pun halnya sedih yang kadung berganti. Semuanya berubah dalam siklus kehidupan yang diatur dengan lautan hikmah di dalamnya.
Perasaan menjadi manusia paling sial di dunia hampir pernah dirasakan oleh setiap orang. bertindak berarti cela, menangis dianggap lemah. Tidak ada setitik kebenaran pun dalam segenap tindakan yang dilakukan. Hanya ratapan kepedihan memandang rendah dunia. Bahwa Tuhan tidak adil menjadi sebuah slogan pribadi yang siap dikumandangkan setiap saat, rutin setiap waktu. Seolah-olah Tuhan tidak pernah memandang kita sebagai seorang hamba. Namun, pernahkah kita mencoba memandang peristiwa yang terjadi dengan kacamata berbeda. Tuhan selalu ada , bahkan lebih dekat dari urat leher kita sendiri. Hanya saja kita tidak pernah tahu dan tidak pernah mau tahu. Kita tidak pernah mencoba mendekati-Nya. Padahal kita butuh. Absurd.
Tidak ada manusia yang tidak pernah terluka, kecewa, meradang, berteriak membahana. Disakiti oleh orang lain menjadi sebuah peristiwa yang kerap kali terjadi. Pasti, tidak bisa dihindari. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Menjadikannya racun yang mengendap mengikis emosi jiwa atau justru mengubahnya menjadi suplemen yang menjadikan kita memiliki pribadi yang luar biasa.
Menggerutu,berputus asa tidak pernah menjadi pilihan orang-orang hebat. Jika saja Soichiro Honda berlarut-larut dalam kekecewaan atas penolakan yang dilakukan oleh berbagai perusahaan untuk ring piston buatannya maka kini kita tidak pernah melihat Honda sebagai trademark kendaraan Jepang. Kecewa,iya. Betul sekali bahwa Honda kecewa dengan berbagai pahitnya penolakan yang terjadi. Tapi, disinilah letak perbedaan orang-orang hebat dengan orang-orang biasa. Kekecewaan diubah, dikonversi menjadi sebuah energi positif dengan kuantum energi yang luar biasa. Menyerah bukanlah sebuah pilihan. Menyerah merupakan jawaban terakhir atas hilangnya kemampuan untuk memberikan jawaban lebih baik dari segenap jawaban yang diberikan. Orang hebat selalu mempunyai berbagai jawaban atas setiap persoalan kehidupan sehingga kata-kata menyerah pun lelah untuk mengiringinya.
wah
ga nyangka
pembukaannya bisa menggunakan bahasa yang lumayan nyastra..mantap
do not necessarily translate into beautiful or…
striking poems. The way you write about the subject of your poem is more important than the subject itself. Presentation is everything. In a haiku poem, you should show the reader the beauty rather than telling them about it: The image…